• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Minggu, 19 Mei 2024

Nasional

Rais ’Aam PBNU: NU Bukan Ikut Hidup tapi Menata Hidup

Rais ’Aam PBNU: NU Bukan Ikut Hidup tapi Menata Hidup
Rais 'Aam PBNU KH Miftachul Akhyar di Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Bantul, DI Jogjakarta, Senin (29/1/2024). (Foto: Dok PBNU)
Rais 'Aam PBNU KH Miftachul Akhyar di Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Bantul, DI Jogjakarta, Senin (29/1/2024). (Foto: Dok PBNU)

Banten, NU Online Banten

Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi yang bertujuan untuk menata hidup bukan ikut hidup. ’’Berupaya mewujudkan kemaslahatan dunia secara keseluruhan. NU bukan nunut urip tapi noto urip (NU bukan ikut hidup tapi menata hidup),’’ ujar Rais ’Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar dalam khutbah iftitah pembukaan Konferensi Besar (Konbes) NU dan Halaqah Nasional Strategi Peradaban NU di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Bantul, DI Jogjakarta, Senin (29/1/2024).



Pada kesempatan tersebut, Kiai Miftach menganjurkan untuk mengikuti perintah organisasi NU yang dimulai dari komando garis perintah pimpinan paling tertinggi NU. "Oleh karena itu di beberapa tempat saya sampaikan, isma athi'u (dengarkan taatilah semua) karena itu sangat dipesankan Rasulillah saw. Jamiyyah yang mardhiyyah (NU) ini organisasi terbesar sedunia bahkan terbesar dunia dan akhirat. Ini nikmat yang besar diberikan kesempatan ikut nata, di samping memperbaiki diri," jelasnyaseperti dilansir NU Online.



Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya, Jawa Timur, itu melanjutkan, untuk menata kehidupan warga NU dan masyarakat harus dapat menerjemahkan makna agama Islam secara benar ke seluruh penjuru dunia. "Inilah NU ingin memerankan, ingin menjadi mutarjim (penerjemah) semampunya menerjemahkan dakwah islamiyah yang besar, dakwah yang merangkul tidak memukul, dakwah yang  membina tidak menghina, dakwah yang menyayangi tidak menyaingi dan dakwah yang simpatik," tegasnya.



Untuk membangkitkan NU, Kiai Miftach mengajak untuk adil dalam menilai seseorang, sehingga tidak boleh salah menilai sesuai dengan kemampuan masing-masing. "Apa yang dianggap besar, punya nilai ya kita besarkan, mengagungkan apa yang memang agung dan mengecilkan apa yang hakikatnya kecil. Sebab, ulama adalah sosok yang mampu memberikan mereka yang punya hak. Memberikan hak mereka yang memang haknya," ungkapnya.



Ini, lanjutnya, sebetulnya makna versi dalam memaknai NU. Tindakan tersebut, menurut Kiai Miftach sesuai dengan perintah agama Islam yang berkutat pada syariat yang diturunkan Allah kepada para hamba-Nya. "Karena agama kita sebagai agama yang terakhir, tentu lebih sempurna dari agama yang terakhir tentu lebih sempurna dari agama sebelumnya dan menyempurnakan dari kekurangan agama lain," katanya.



Sekadar diketahui, PBNU menggelar Peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-101 NU yang dipusatkan di Jogjakarta, mulai Ahad (28/1/2024) hingga Rabu (31/1/2024). Di antaranya Konbes NU di Hotel Melia Purosani, Jalan Mayor Suryotomo, Gondomanan, Selasa (30/1/2024).



Selain Konbes NU, Harlah Ke-101 NU ini juga diisi istighotsah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Bantul, Jogja, Ahad (28/1/2024). Juga Halaqah Nasional Strategi Peradaban NU di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Senin (29/1/2024). Dan ada Resepsi Peringatan Hari Lahir ke-101 Nahdlatul Ulama di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Jogja pada Rabu (31/1/2024). (Haekal Attar)


Nasional Terbaru