Banten Raya

Hadits di Karya Mbah Hasyim Asy’ari Ini Mengingatkan Trilogi Ukhuwah

Rabu, 20 November 2024 | 12:04 WIB

Hadits di Karya Mbah Hasyim Asy’ari Ini Mengingatkan Trilogi Ukhuwah

Ngaji Kitab Syarhun Lathifun di Graha Aswaja NU Tangsel, Ciputat, Tangsel, Selasa (19/11/2024) malam. (Foto: NUOB/Mutho)

Tangerang Selatan, NU Online Banten

Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Tangerang Selatan Kiai Muhammad Hanifuddin mengatakan, Nahdlatul Ulama (NU) hendaknya terus membumikan dan merawat hubungan baik dan persaudaraan di antara sesama Muslim.’’Apalagi sesama warga NU. Ini disebutkan dalam syarah kitab halaman 72,’’ tegasnya saat ngaji Kitab Syarhun Lathifunala Arbain Haditsan Tata'allaq bi Mabadi' Jamiyyah Nahdatil Ulama di Lantai 2 Graha Aswaja NU Tangerang Selatan (Tangsel), Ciputat, Tangsel, Selasa (19/11/2024) malam.



Pria asal Sragen, Jawa Tengah, menyampaikan hal tersebut saat membahas hadist ke-22 yang tercantum dalam salah satu karya Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari (Mbah Hasyim Asy'ari, pendiri NU), Arbain Haditsan Tata'allaq bi Mabadi' Jamiyyah Nahdatil Ulama. Hal tersebut, lanjutnya, pada gilirannya untuk selalu menjaga persatuan dan saling toleran sesama anak bangsa setanah air.’’Indonesia yang kita cintai ini,’’ imbuh dosen Pondok Pesantren Darus-Sunnah Ciputat, yang malam itu mengenakan baju lengan panjang warna putih, peci hitam, dan dipadu dengan sarung itu.

 


Oleh karena itu, pada syarah hadits dicantumkan persaudaraan dalam Islam dibagi tiga. Sesama Muslim atau mukmin, setanah air, dan antamanusia.’’Ini selaras dengan trilogi ukhuwah dikenalkan oleh KH Ahmad Shiddiq (tokoh NU, 1926-1991, Red). Ini masih relevan hingga saat ini. Mengambil dasarnya dari Al-Qur’an dan hadits,’’ tambah kiai yang mengenakan kacamata tersebut dalam ngaji kitab dari halaman 70-72 yang selesai menuju medio malam.


Hadits dari Sahabat Anas ibni Malik dari Rasulullah saw yang diriwayatkan Imam Muslim itu berbunyi la yu’minu ‘abdun hatta yuhibba liakhihi ma yuhibbu linafsihi (tidak beriman dengan iman yang sempurna seorang hamba sehingga mencintai sesuatu dari saudaranya seperti mencintai dirinya).’’Hadits ini ada di Shahih Muslim. Jadi sebagai ilustrasi ada tetangga atau saudara kita sesama Muslim, mukmin beli mobil, rajin mengaji, dan sesuatu yang baik lainnya, kita turut senang. Kita kalau melakukan, mendapatkan seperti itu juga senang,’’ ungkap
pria yang pernah menimba ilmu di Pondok Pesantren Ringinagung, Kediri, Jawa Timur, itu.



Perlu diketahui, konsep trilogi ukhuwah adalah menyatukan antara ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama umat Islam), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan dalam ikatan kebangsaan) dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan sesama umat manusia). Hal tersebut dikemukakannya menjelang Muktamar NU ke-28 di Krapyak, Jogjakarta, pada 1989. Dasar pemikirannya tidak lain adalah rangka menjaga hubungan baik antara masyarakat, agama, dan negara.



Sekadar diketahui, ngaji kitab rutin ini digelar setiap Selasa malam. Satu rangkaian dengan istighotsah dan pembacaan Shalawat Nariyah yang malam itu dipimpin Kiai Himam Muzzahir, sekretaris Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Tangsel. Hadir dalam kesempatan itu, Ketua PCNU Tangsel H Abdullah Mas’ud beserta sejumlah jajarannya, beberapa perwakilan dari Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU), dan warga NU.



Dan perlu diketahui juga, Arbain Haditsan Tata'allaq bi Mabadi' Jamiyyah Nahdatil Ulama merupakan karya Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, pendiri NU. Kitab Mbah Hasyim—sapaan Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari—yang berkenaan dengan berdirinya Jam’iyyah NU itu, memiliki kekhasan. Kitab tersebut dilampirkan bersamaan dengan Mukaddimah Qanun Asasi Nahdatul Ulama yang berkaitan erat (tata'allaq) dengan berdirinya NU.


Arbain Haditsan Mbah Hasyim ini dimulai dengan pesan kebaikan, bagaimana esensi agama, lalu bagaimana pula jika agama diserahkan kepada mereka yang bukan ahlinya. Redaksi yang ditulis oleh Mbah Hasyim dalam Arbain Haditsan tidak melulu dari Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim saja, akan tetapi juga dari Tabrani, Abi Dawud hingga kutipan dari Abu Nuaim Al-Asfahani, yang masih relevan hingga sekarang. Artinya, ada unsur continuity (keberlangsungan) di situ. Dari sinilah keistimewaan sosok Mbah  Hasyim mampu meletakkan 40 hadits pilihan sebagai pondasi Jam'iyyah Nahdatul Ulama.



Sedangkan Syarhun Lathifun merupakan syarah atas Arbain Haditsan yang ditulis oleh Khoiruddin Habziz, santri dan pengurus Ma’had Aly Situbondo, Jawa Timur. Kitab dengan tebal 124 halaman tersebut diberi pengantar oleh Wakil Rais ’Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Afifuddin Muhajir, yang juga mengajar di Ma’had Aly Situbondo. (Mutho)