• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Jumat, 26 April 2024

Banten Raya

Mantan Ketum PP IPPNU Jelaskan Tantangan Pelajar NU

Mantan Ketum PP IPPNU Jelaskan Tantangan Pelajar NU
Mantan Ketua Umum PP IPPNU periode 2009-2012 Margaret Aliyatul Maimunah
Mantan Ketua Umum PP IPPNU periode 2009-2012 Margaret Aliyatul Maimunah

Tangerang Selatan, NU Online Banten

IPNU dan IPPNU hari ini mempunyai tantangan yang berbeda tiap masa ke masa. Mengingat kemajuan teknologi dan informasi yang berkembang pesat, menjadi tantangan tersendiri bagi generasi pelajar NU dalam memperkuat ruh perjuangannya. 

 

Demikian disampaikan oleh mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Putri (IPPNU) periode 2009-2012 Margaret Aliyatul Maimunah pada peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad dan tasyakuran hari lahir IPPNU ke-67 di Posko NU Tangerang Selatan, Ciputat, pada Rabu (2/3/2022) malam. 

 

Maragaret mengungkapkan tantangan pelajar NU yang pertama adalah soal radikalisme. Hal ini dari waktu ke waktu masih menjadi tantangan bersama. Pelajar NU membutuhkan rumusan strategis dalam menghadapi tantangan soal radikalisme. 

 

“Jika dahulu radikalisme masuk melalui kampus, beberapa tahun belakangan radikalisme menyasar anak-anak. Sudah memasuki ke sekolah-sekolah, masuk melalui organisasi keagamaan yang ada di sekolah, mentor bahkan guru di sekolah,” ingatnya 

 

Terpaparnya radikalisme di pelajar, menurut Margaret bisa melalui banyak hal di sekitarnya. Kemajuan teknologi dan informasi digital, serta mudahnya arus infomrasi di media sosial menjadi salah satu pemicu seorang pelajar terpapar radikalisme. 

 

Dengan tantangan radikalisme, Margaret menyebut pelajar NU harus bisa lebih masif dalam membuat gerakan menangkal radikalisme. Salah satunya adalah memaksimalkan media sosial sebagai sarana dakwah yang ramah. 

 

“Namun begitu, bukan hanya IPNU dan IPPNU saja yang mengemban tugas besar ini. Tentunya hal ini merupakan pekerjaan rumah bersama bagi badan otonom lain, seperti Fatayat NU, Muslimat NU, GP Ansor dan yang lainnya,” terang Margaret 

 

Tantangan yang kedua, menurut Margaret soal pandemi Covid-19. Masyarakat harus bisa beradaptasi dengan pandemi ini. Jika dahulu, sebelum masa pandemi, Nahdliyin dengan bebasnya bisa menggelar pengajian dan acara yang mengundang massa dengan jumlah besar. Namun begitu, tidak pada hari ini. 

 

“Aktifitas organisasi kita jadi terhambat, atau kita tidak bisa melakukan hal apapun, karena dibatasi oleh pandemi Covid-19.” Katanya 

 

Tantangan yang ketiga, Margaret sangat menggaris bawahi soal terakhir. Yaitu kecanggihan teknologi yang berakibat pada kekerasan seksual. Akses terhadap internet melalui gadget berkembang pesatnya. Bahkan, pelajar dan anak menjadi salah satu pengguna terbanyak gagdet, hingga memakan korban dari tantangan ini jika tidak disikapi dengan baik dan bijak. 

 

“Suatu kecanggihan teknologi memang banyak hal positifnya, tapi jika tidak digunakan dengan baik dan bijak, hal itu menjadi boomerang tersendiri bagi kita,” ujarnya

 

Pewarta: Arfan Effendi


Editor:

Banten Raya Terbaru