• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Kamis, 16 Mei 2024

Banten Raya

Menakar Toleransi saat Ramadhan

Menakar Toleransi saat Ramadhan
Majelis Kemisan Lakpesdam Kota Serang via zoom. (Foto: NU Online Banten/Screenshot Rahman Wahid)
Majelis Kemisan Lakpesdam Kota Serang via zoom. (Foto: NU Online Banten/Screenshot Rahman Wahid)

Kota Serang, NU Online Banten
Ketua Pimpinan Wilayah GP Ansor Banten Ahmad Nuri mengatakan, puasa ‎tidak hanya tentang ibadah kepada Allah saja. Tapi juga ibadah dari sisi ‎kemanusiaan.‎


Dia menyoroti soal peraturan rumah makan yang ditutup di Kota Serang pada ‎Ramadhan, apakah aturan itu sudah menjelaskan transedental antara manusia ‎dengan Tuhan atau mereduksi kebebasan Tuhan kepada manusia.‎

“Puasa menjadi momentum menggugah dimensi sosial kepada orang-orang ‎yang tidak seberuntung dan dari sisi transedental yang privat itu, tawakal, dan ‎menyerahkan segalanya kepada Allah,” ujarnya dalam kegiatan rutin Majelis ‎Kemisan Lembaga Kajian dan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Kota Serang ‎via zoom, Selasa (21/3/2023).‎


Dijelaskan, jangan sampai sisi transedental ini menjadi alasan pengekangan ‎dan merusak dimensi kehidupan sosial. “Harusnya umat Islam menampilkan ‎Ramadhan sebagai agama yang berkah kepada agama lain dan ada ‎kebahagian, bukan hal yang menakutkan bagi agama lain,” ungkap Nuri yang ‎menjadi salah satu narasumber.‎


Sedangkan Ketua Pelaksana Majelis Kemisan Imam Abdillah menyebut banyak ‎narasi intoleransi di Kota Serang pada Ramadhan tahun-tahun sebelumnya. ‎‎“Pada Ramadhan tahun-tahun sebelumnya, ada banyak narasi intoleransi, ‎maka Lakpesdam mengadakan kegiatan ini,’’ imbuhnya.‎


Senada dengan Imam, Ketua Lakpesdam Kota Serang Akbarudin mengatakan, ‎ada kecenderungan terjadi intoleransi di Kota Serang. “Sangat penting untuk ‎menakar toleransi di Kota Serang karena Ramadhan tahun lalu ada kegiatan ‎yang cukup mencengangkan soal toleransi,” tegas Akbar.‎


Sedangkan A’wan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Matin Syakowi ‎dalam keynote speakernya mengatakan, tujuan akhir dari puasa adalah takwa. ‎Di samping takwa, Kiai Matin juga menyoroti terkait orang yang menjalankan ‎ibadah puasa. ’’Puasa tidak cukup hanya dengan keimanan tapi perlu dilakukan ‎dengan keikhlasan. Bagi orang yang berpuasa sejatinya tidak perlu ‎penghormatan dari orang lain jika melaksanakan puasa dengan keikhlasan,” ‎ujarnya.‎


Narasumber lainnya, Hottua Mujiyanto menceritakan bahwa selama ini dirinya ‎yang merupakan pemeluk Katolik tidak merasakan momok menakutkan ‎selama Ramadhan. “Saya rasakan selama dari kecil, sebetulnya tidak ada hal ‎yang jadi momok yang menakutkan selama Ramadhan,” ungkap pria yang ‎akrab disapa Ucok ini.‎


Menurutnya, provokasi media sosial justru yang merusak dan mencoreng ‎toleransi. Ucok juga bercerita di agama yang ia anut adanya puasa yakni lebih ‎kepada menahan diri, menahan nafsu dan belajar mengolah diri.‎


Sedangkan narasumber lainnya Gus Ginanjar Sya’ban menjelaskan, isu ‎toleransi bukan hanya ada di Indonesia. Isu toleransi juga menyeruak di ‎negara-negara muslim lainnya. Padahal, agama Islam hadir sebagai rahmat dan ‎untuk menyatukan dunia dengan kehidupan persaudaraan.‎

“Misi Islam adalah menyatukan dunia dengan kehidupan persaudaraan,” ‎ungkap peraih Santri Award 2021 sekaligus Filolog Islam Nusantara tersebut.‎


Dia memberikan contoh kehidupan di Mesir. Di sana, Islam dan penganut ‎Kristen Koptik begitu kuat bersaudara. Bahkan, gereja Koptik mengadakan ‎buka puasa bersama.‎


Pewarta: Rahman Wahid


Banten Raya Terbaru