• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Selasa, 23 April 2024

Doa

Do’a dan Kiat Sukses Fokus Memahami Pelajaran

Do’a dan Kiat Sukses Fokus Memahami Pelajaran
Ilustrasi (Foto: NU Online)
Ilustrasi (Foto: NU Online)

Menimba ilmu  menjadi kebutuhan urgen yang dimiliki manusia. Setiap individu tidak bisa lepas darinya. Mulai dari-anak-anak, remaja, sampai kakek nenek. Selama ia masih bernafas, selama itu pula ia menimba ilmu.

 

Dengan menimba ilmu, seseorang akan mendapatkan pemahaman baru. Namun, mendapatkan pemahaman ini bukanlah sesuatu yang mudah. Apalagi dalam keadaan  Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di masa pandemi seperti sekarang. Pembelajaran dianggap sangat tidak efektif, sehingga fokus terhadap pelajaran menjadi lebih menantang.

 

Fokus belajar bisa disiasati dengan menyiapkan diri sebelum memulai belajar, yaitu dengan berdo’a yang khusyu. Ketika  memulai belajar sudah siap, maka kegiatan belajar pun akan lebih mudah. 
Syaikh Az-Zarnuji menulis dalam kitabnya, Ta’lim Muta’allim:

 

وَيَنْبَغِى أَنْ يَنْوِيَ اْلُمُتَعَلِّمُ بِطَلَبِ الْعِلْمِ رِضَا اللِهِ تَعَالَى وَالدَّارَ الْلآخِرَةَ وَإِزَالَةَ الْجَهْلِ عَنْ نَفْسِهِ وَعَنْ سَائِرِ الْجُهَّالِ وَإِحْيَاءَ الدِّيْنَ وَإِبْقَاءِ الْإِسْلَامِ

 

“Niat seorang pelajar dalam menuntut ilmu harus ikhlas mengharap ridha Allah, mencari kebahagiaan di akhirat, menghilangkan kebodohan dirinya, menghidupkan agama, dan melestarikan Islam” (Syekh Azzarnuji dalam Ta’lim Muta’allim, Tangerang: Lafazh Book, hal. 28)

 

Beginilah adab seorang thalibul ilmi ketika hendak memulai belajar. Ia harus berdo’a dan berniat untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya. Salah satu do’a memulai belajar adalah do’a yang dikutip dari Majmu’ah Maqru’at Yaumiyyah wa Usbu’iyyah karangan K.H. Muhammad bin Abdullah Faqih. Do’a ini diperoleh dari K.H. Ali Ma’shum Lasem yang kemudian diijazahkan oleh K.H. Abdullah Faqih, Pengasuh Pondok Pesantren Langitan. Do’a ini berbunyi:

 

اللَّهُمَّ ارْزُقْنَا فَهْمَ النَّبِيِّيْنَ وَحِفْظَ اْلمَرْسَلِيْنَ وَإِلْهَامَ الْمَلَائِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ، بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ 

 

“Ya Allah, anugerahilah kami pemahaman para nabi, hafalan para rasul, dan ilhamnya para malaikat yang dekat (dengan-Mu), sebab kasih sayang-Mu, wahai Dzat yang Maha Pengasih.” 

 

Selain berdo’a untuk meminta pemahaman, seorang thalibul ilmi juga hendaknya mendo’akan guru, muallif kitab, dan salafussolih. Hal ini dilakukan sebagai rasa syukur  dan tabarrukan (mengharap keberkahan) kepada mereka yang telah menjadi estafet tersebarnya ilmu yang sedang dipelajari.

 

Tawasul dengan orang shalih yang hidup, disebutkan dalam kitab Shahih Bukhari  sebagai berikut: 

 

حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْأَنْصَارِيُّ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُثَنَّى عَنْ ثُمَامَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ كَانَ إِذَا قَحَطُوا اسْتَسْقَى بِالْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ فَقَالَ اللَّهُمَّ إِنَّا كُنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا فَتَسْقِينَا وَإِنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَاسْقِنَا قَالَ فَيُسْقَوْنَ

 

“Diriwayatkan dari Anas bin Malik sesungguhnya Umar bin Khatthab radliyallahu ‘anh ketika masyarakat tertimpa paceklik, dia meminta hujan kepada Allah dengan wasilah Abbas bin Abdul Mutthalib, dia berdoa ‘Ya Allah! Dulu kami bertawasul kepada-Mu dengan perantara Nabi kami, lalu kami diberi hujan. Kini kami bertawasul kepadamu dengan perantara paman Nabi kami, berikanlah kami hujan”. Perawi Hadits mengatakan “Mereka pun diberi hujan.” (Imam Bukhori, Shahih Bukhari, 1987, Beirut, Dar Ibn Katsir, halaman 99)

 

Sebagai pelengkap, thalibul ilmi juga dianjurkan untuk berwudu sebelum mengambil buku pelajaran. Sehingga ketika belajar, ia berada dalam keadaan suci. Berwudu dan berdo’a ini merupakan bentuk ta’dzim terhadap ilmu. Redaksi ini terdapat dalam Kitab Ta’lim Muta’allim juga.

 

وَيَنْبَغِي لِطَالِبِ الْعِلْمِ  أَنْ لَايَأْخُذَ الْكِتَابَ إِلَّا بِطَهَاَرَةٍ

 

“Thalibul ‘ilmi hendaknya tidak mengambil kitab kecuali ia berada dalam keadaan suci”.

 

Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar tak terbatas melalui usaha dzahir (yang nampak) saja, melainkan harus dibarengi dengan usaha batin, yaitu berdo’a. Berdo’a menjadi stimulan agar dimudahkan dan difokuskan dalam memahami pelajaran.

 

Suci Amalia, Penulis adalah Mahasiswi Fakultas Dirasat Islamiyah (FDI) dan Kader PMII FDI UIN Ciputat
 


Editor:

Doa Terbaru