• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Rabu, 15 Mei 2024

Keislaman

Bolehkah Berdoa dengan Ayat Al-Qur’an untuk Sesuatu yang Tidak Mungkin Tercapai di Dunia?

Bolehkah Berdoa dengan Ayat Al-Qur’an untuk Sesuatu yang Tidak Mungkin Tercapai di Dunia?
Ilustrasi. (NUOJB)
Ilustrasi. (NUOJB)

SEBAGAI makhluk berakal, tentu manusia mempunyai keinginan yang beraneka ragam. Allah memberikan solusinya, di antaranya dengan berdoa, memohon kepada-Nya. Dalam Al-Qur'an, Allah subhânahȗ wa ta'âlâ berfirman:

 


وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ

 


Artinya: ’’Dan Tuhanmu berfirman: Berdoalah kalian kepada-Ku, niscaya akan Kukabulkan bagi kalian." (QS Ghâfir: 60)

 


Menurut as-Sadiy, kalimat ud'ûnî di atas mempunyai arti mintalah kalian niscaya akan aku kabulkan. Pendapat as-Sadiy ini selaras dengan cerita Qatadah yang bersumber dari Ka'b. Di antara tiga keistimewaan umat Muhammad dengan umat sebelumnya adalah, jika kalimat perintah berdoa pada Nabi Muhammad berbentuk jama' (plural) kepada semua umatnya. Sedangkan perintah yang turun pada nabi-nabi sebelumnya, frasa perintahnya hanya berbentuk tunggal (mufrad) kepada para nabi saja sebagaimana pada kalimat berikut ini:

 

 

اُدْعُنِيْ أَسْتَجِبْ لَكَ

Artinya: "Berdoalah kamu, niscaya akan Kukabulkan bagimu."

 


Dari ayat di atas, kita dapat mambil  pelajaran, walaupun Allah Mahapengatur, Allah tidak menutup celah bagi hamba-Nya untuk menyampaikan segala keinginan yang ingin dicapai hamba. Oleh karena itu, Allah menyuruh berdoa, sebuah ritual penyampai usulan hamba kepada Tuhan-Nya.



Ada pertanyaan. Bolehkah berdoa dengan ayat Al-Qur’an untuk sesuatu yang biasanya tidak mungkin tercapai di dunia, misalnya ayat, ’’Ya Allah semoga Paduka turunkan hidangan dari langit kepada kami,’’ dengan maksud semata-mata berdoa. Jika boleh, apakah yang berdoa itu mendapatkan pahalanya membaca Al-Qur’an? Jika haram, manakah yang lebih utama, berdoa dengan ayat semacam itu dengan maksud membaca Al-Qur’an supaya mendapat pahala fadlilahnya atau dengan doa karangan sendiri?

 


Muktamar Nahdlatul Ulama ke-6 di Cirebon, Jawa Barat, yang dilaksanakan 12 Rabius Tsani 1350/27 Agustus 1931, seperti dikutip dari Juz Awal Ahkamul Fuqaha fi Muqarrarat Mu’tamirat Nahdlatil Ulama, Kumpulan Masalah Diniyah dalam Muktamar Nahdlatul Ulama PBNU, Penerbit CV Toha Putra Semarang, menjawab sebagai berikut:

 


Berdoa untuk memohon sesuatu yang tidak mungkin tercapai, baik ditinjau dari akal pikiran, agama, maupun adat, itu hukumnya tidak boleh, sekalipun dengan ayat Al-Qur’an. Karena yang dituju maksudnya tercapainya dan ia tidak mendapatkan pahala membaca Al-Qur’an, sebab tidak diniatkan. Tetapi jika diniatkan membaca Al-Qur’an, maka hukumnya boleh dan mendapatkan pahala. Bahkan doa dengan ayat Al-Qur’an itu lebih utama darpidapa doa karangan sendiri asal untuk maksud yang tidak mustahil tercapainya.

Rujukan: Kitab as-Shawi ‘alal Jalalain dan Kitab Ithaf ‘alal Ihya

 


لايجوز الدعاء وان كان بالوارد من القرأن فيما لايمكن عقلا اوشرعا او عادة ان قصد تحصيل المدعوبه. وليس للداعى ثواب الاخرة لعدم قصدها. والا بان قصدالقراءة فجائز وله ثواب الاخرة. بل الوارد اولى من الادعية المخترعة فى غير المستحيل. وفى الصاوى على الجلالين فى تفسير قوله تغالى: إتقوا الله...اى تأدبوا فى السؤال ولا تخترعوا امورا خارجة عن العادة فان الادب فى السؤال ان تسئل معتادا . ومن هنا حرم العلماء الدعاءبما تحيله العادة وفى جزء الخامس من الاتحاف غلى الاحياء فى آدب الدعاء ما نصه: الاول ان لا يكون المسئول ممتنعا عقلا ولا عادة كا حياء الوتى ورؤية الله فى الدنيا وانزال مائدة من السماء اوملك يخبر باخبارها وغير ذلك من الخوارق التي كانت للانبياء الا ان يكون السائل نبيا اه.

 

Wallahu a’lam bis shawab


Keislaman Terbaru