Tangerang Selatan, NU Online Banten
Mengutip Hujjatul Islam Imam Ghazali, Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Tangerang Selatan Kiai Muhammad Hanifuddin mengatakan, jika Allah mengehendaki hamba-Nya baik, akan diperlihatkan aib, kekurangan sendiri. ’’Selain itu, dalam Kitab Ihya Ulumiddin, Imam Ghazali juga mempunyai empat cara agar seseorang mengetahui aibnya sendiri,’’ ujarnya saat ngaji Kitab Syarhun Lathifun ‘ala Arbain Haditsan Tata'allaq bi Mabadi' Jamiyyah Nahdatil Ulama di Lantai 2 Graha Aswaja NU Tangerang Selatan (Tangsel), Ciputat, Tangsel, Selasa (5/11/2024) malam.
Pria asal Sragen, Jawa Tengah, menyampaikan hal tersebut saat membahas hadist ke-20 yang dimuat dalam salah satu karya Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, Arbain Haditsan Tata'allaq bi Mabadi' Jamiyyah Nahdatil Ulama. Bunyi hadits dari Sahabat Abi Hurairah ra yang diriwayatkan Imam Ibnu Hibban tersebut adalah yubshiru ahadukukum alqodzata fi ‘aini akhihi wa yansa aljidz’a awil jidzla fi ‘ainihi. ’’Dalam syarahnya, pejelasan, di antaranya mengutip apa yang disampaikan Imam Ghazali,’’ terang pria yang pernah menimba ilmu di Pondok Pesantren Ringinagung, Kediri, Jawa Timur, itu.
Empat metode itu adalah pertama, duduk di antara guru, syekh yang mempunyai penglihatan mata hati terkait aib seseorang. Kemudian setelah tahu, mengikuti isyarat dan sungguh-sungguh berguru agar mengetahui cara menyembuhkannya. ’’Bisa melalui tarekat. Dengan bimbingan guru supaya mengetahui aib sendiri dan mengobatinya serta tidak sibuk melihat aib orang lain,’’ terang pria yang hobi wayang itu menjelaskan bagian dari halaman 64-65 itu.
Kedua, mencari teman yang benar-benar teman. Teman yang mempunyai mata hati dan kemampuan agama mumpuni.’’Sehingga jika seseorang punya aib bisa diluruskan dan diberi masukan dan diingatkan. Bukan teman yang asal temannya senang, entah berbuat baik dan jelek, tetap dibilang bagus. Tapi kalau salah, tidak baik, teman yang baik itu harus meluruskan,’’ imbuh dosen di Pondok Pesantren Darus-Sunnah Ciputat, Tangsel, tersebut.
Ketiga, mengambil faedah mengetahui aib sendiri dengan cara mendengarkan perkataan musuh atau orang yang membencinya.’’Musuh, orang yang tidak suka kepadanya, itu kan biasanya mengkritik, menyampaikan kekurangan-kekurangan, menunjukkan aib. Kadangkala mendengarkan apa yang dibilang musuh atau lawan lebih bermanfaat daripada temannya yang selalu memuji,’’ ungkapnya.
Terakhir, keempat adalah berkumpul dengan banyak orang, masyarakat. Dengan begitu tahu, apa yang disuka dan tidak disuka oleh masyarakat. ’’Dari situ, tahu diri sendiri, apa itu aib atau tidak. Mengetahui kalau masyarakat menilai itu aib, jangan melakukannya. Kalau ada seperti yang diomongkan, berarti diri sendiri ada aibnya,’’ terangnya.
Alhasil, imbuhnya, menyibukkan diri dengan aibnya manusia lain dan meninggalkan tersibukkan dengan aib sendiri itu kesalahan besar yang menimpa sebagian manusia.
Sekadar diketahui, ngaji kitab rutin ini digelar setiap Selasa malam. Satu rangkaian dengan istighotsah dan pembacaan Shalawat Nariyah yang malam itu dipimpin Kiai Muntasir dari Lembaga Dakwah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Tangsel. (Mutho)
Terpopuler
1
Perang Iran-Israel, PBNU Desak Genjatan Senjata Segera
2
AKN NU Membangun Kader dengan Jiwa Petarung
3
Jadi Kader IPNU-IPPNU Butuh Semangat dan Istiqamah
4
Sopian Terpilih sebagai Ketua PAC Ansor Banjarsari, Baehaqi Jadi Nakhoda Malingping
5
AKN NU sebagai Ikhtiar Lahirkan Pemimpin NU Masa Depan
6
Kader Fatayat Diharap Konsisten Semangat
Terkini
Lihat Semua