Nasional

Ke PBNU, Dubes Amerika Bahas Penguatan Kerja Sama Penyelenggaraan Dialog Lintas Agama

Senin, 16 Desember 2024 | 22:33 WIB

Ke PBNU, Dubes Amerika Bahas Penguatan Kerja Sama Penyelenggaraan Dialog Lintas Agama

Dubes Amerika Serikat untuk Indonesia Kamala Shirin Lakhdhir memegang buku pemberian Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf di Gedung PBNU, Jakarta, Senin (16/12/2024). (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online Banten

Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Kamala Shirin Lakhdhir menyebut Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf sebagai pemimpin dialog lintas agama global. Itu disampaikan saat mengunjungi Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Senin (16/12/2024). Kehadirannya disambut Gus Yahaya--sapaam KH Yahya Cholil Staquf-- dan Wakil Sekretaris Jenderal PBNU Sidrotun Naim. Dalam kunjungan itu, Lakhdhir membahas penguatan kerja sama dalam penyelenggaraan dialog lintas agama dengan PBNU.


"Kami membicarakan dialog antaragama. Gus Yahya adalah pemimpin dialog lintas iman secara global yang telah bekerja sama dengan orang Amerika dan negara-negara lain. Jadi, kami juga mendiskusikan tentang pendidikan, kesejahteraan sosial, dan kiprah yang PBNU lakukan di Indonesia," ujar Lakhdhir.


Ditambahkan, Amerika dan Indonesia memiliki kesamaan dalam hal keberagaman masyarakat. "Kami memiliki multiaspek dan berbagai agama, dan saya kira kami membicarakan tentang semua agama serta bagaimana pemeluk agama memiliki tanggung jawab penting dalam pertahanan kemanusiaan untuk kesejahteraan sosial," terangnya.


Dia melanjutkan, peran aktif pemuda dalam diskusi terkait isu yang sulit sangat diperlukan sekaligus merupakan tantangan yang perlu dihadapi. "Tantangannya adalah bekerja sama dengan generasi muda. Bekerja sama dengan komunitas-komunitas sehingga mereka bisa memahami bahwa mereka punya peran dalam berterus terang pada pembicaraan yang jujur terkait isu-isu yang sulit," jelasnya, dilansir NU Online.


Wakil Sekretaris Jenderal PBNU Sidrotun Naim menyampaikan bahwa unsur kemanusiaan terdapat dalam seluruh agama dan perlu menjadi solusi atas berbagai konflik dan krisis yang tengah terjadi. "Secara khusus kami tidak menyebutnya Humanitarian Islam, tetapi diskusinya memang semua agama itu ada aspek humanitariannya. Agama apa pun sehingga ini harus menjadi bagian dari solusi," katanya.


Hal tersebut dilandasi realita konflik yang terjadi pada hari ini seolah berbasis agama. Padahal ada kemungkinan isu yang sebenarnya memicu bukan soal perbedaan agama, tetapi isu lain yang lebih fundamental seperti sosial-ekonomi dan lainnya.


Naim juga menjelaskan, Dubes Lakhdhir dan ketum PBNU membahas kerja sama yang telah terjalin dan akan dilanjutkan antara kedua belah pihak. "Tentu kalau bisa ada kerja sama antara PBNU dengan masyarakat Amerika misalnya dalam hal pendidikan, narasumber, dan guru bahasa inggris. Jadi akan lebih banyak orang Amerika yang mengajar bahasa Inggris di Indonesia juga tentu pertukaran intelektual," pungkasnya. (Afrilia Tristara)