Nasional

Memperjuangkan Teladan dan Warisan Gus Dur

Senin, 18 November 2024 | 14:21 WIB

Memperjuangkan Teladan dan Warisan Gus Dur

Peringatan Haul Ke-15 Gus Dur di Laboratorium Agama Masjid Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Jogjakarta, Jumat (15/11/2024) malam. (Foto: Dok Gusdurian)

Jakarta, NU Online Banten

Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah KH Ubaidullah Shadaqoh mengingatkan Gusdurian untuk terus memegang teguh dan memperjuangkan teladan serta warisan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 1984–2000 dan presiden RI keempat.


Ia menyadur sebuah peribahasa yakni wafat satu tumbuh seribu. Sebab, menurut Kiai Ubaid-- KH Ubaidullah Shadaqoh--, bangsa Indonesia tidak mungkin bisa lagi mendapatkan sosok sekaliber Gus Dur secara utuh. "Ada yang pegang toleransi, advokasi korban, permasalahan gender kalau itu dijalankan bersama-sama, maka akan lahir Gus Dur-Gus Dur yang lahir pada saat-saat selanjutnya. Itu yang diharapkan," katanya saat mengisi Haul ke-15 Gus Dur di UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta, Jumat (15/11/2024).



Kiai Ubaid mengingatkan bahwa Gus Dur jangan hanya dilihat sebagai putra Menteri Agama pertama KH Wahid Hasyim atau cucu dari Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari, pendiri NU. Menurut Kiai Ubaid, siapa pun anak kiai yang tidak sungguh-sungguh belajar, maka hanya akan membuat keadaan semakin sulit.


"Gus Dur punya pemikiran yang cerdas. Jangan sangka, ta'liqat kitabnya melebihi orang yang muthala'ah setiap malam, belum lagi soal bahasa macam-macam," terangnya.



Kiai Ubaid juga membagikan cerita dari Hasyim Wahid (Gus Im) bahwa Gus Dur kerap membawa banyak paper dalam berbagai bahasa saat ke luar negeri. Gus Dur meminta Gus Im mempelajarinya, dan dalam waktu seminggu ia akan ditagih isi paper tersebut. "Artinya, Gus Dur meski banyak mengalami kesulitan, tapi memiliki kesungguhan belajar, bukan berarti Gus Dur karena anaknya Wahid dan cucunya KH Hasyim Asy'ari. Innamal a'malu bil ilmi atta'alum. Jadi ilmu itu didapatkan dengan belajar," jelasnya, dilansir NU Online.


Kiai Ubaid menyaksikan Gus Dur sangat memahami teologi Ahlussunnah wal Jama’ah, syariat Islam, berbagai mazhab, tasawuf, hingga pendapat ulama. Keimanan yang diajarkan Gus Dur adalah keimanan yang membebaskan dari tekanan, kepentingan pribadi, dan kepentingan kelompok. "Tidak ada yang tahu bahwa Gus Dur benar-benar sungguh-sungguh memahami masalah kehidupan ini. Bukan ujug-ujug menjadi Gus Dur itu," ucapnya.



Kiai Ubaid pun mengaku bahwa pernah belajar tentang teologi pembebasan kepada Gus Dur meski cuma dua kali pertemuan. Diajarkan bahwa keimanan dan keberagaman adalah suatu pembebasan. Jika masih terjerat dengan kepentingan pribadi, apalagi kepentingan dunia, berarti belum merdeka aqidahya secara benar.



"Bahwa kepentingan saya adalah kepentingan spiritualitas, kepentingan kepada Allah dengan segala yang diperintahkan kepada kita. Itu semestinya yang dijalankan," jelasnya.



Kiai Ubaid menyebut bahwa banyak ulama pada akhirnya memahami bahwa segala yang dilakukan Gus Dur sejalan dengan hukum fiqih dan syariat. Ia mengisahkan, seorang ulama yang mulanya tidak menyukai pemikiran Gus Dur kemudian masuk tarekat dan mendapatkan guru tarekat, sehingga pemahaman tentang Gus Dur menjadi berubah.


"Almarhum KH Abdul Wahid Zuhdi pengasuh Pondok Pesantren Fadllul Wahid awalnya meragukan Gus Dur, tetapi setelah mendalami apa yang dilakukan Gus Dur, ia mengakui bahwa semuanya sesuai dengan fikih yang dipelajarinya. Jadi kadang kiai saja tidak memahami siapa Gus Dur. Namun alhamdulillah makin lama tahu arah Gus Dur yang kontroversi akhirnya para kiai mengerti," ungkapnya.


Seperti diketahui, Jaringan Gusdurian menggelar peringatan Haul Ke-15 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Jogjakarta, Jumat (15/11/2024) malam. Acara tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh agama, termasuk Direktur Jaringan Gusdurian Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid, Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah KH Ubaidillah Shodaqoh, dan pendakwah muda Habib Husein Ja’far Al-Hadar.


Peringatan haul ini menjadi momen merefleksikan kembali kebijaksanaan dan warisan pemikiran Gus Dur untuk bangsa. Direktur Jaringan Gusdurian Alissa Wahid menegaskan bahwa warisan Gus Dur tidak hanya dirasakan di Indonesia, tetapi juga di dunia internasional. “Kami bersyukur selama 15 tahun ini, kami tetap mampu menghadirkan beliau dalam keseharian bangsa Indonesia,” ujarnya.


Menurutnya, Gus Dur adalah pemimpin dengan akar jati diri yang kuat, yang memahami bahwa kepentingan umat harus diutamakan. Gus Dur dengan penuh kesadaran akan membela yang lemah dan menghadirkan imaji Tuhan dalam setiap perjuangannya melawan ketidakadilan. “Gus Dur membuktikannya dengan menjadi warga dunia tanpa kehilangan akar kesantrian dan kekiaiannya,” paparnya.



Peringatan Haul Ke-15 Gus Dur di Jogjakarta ini menjadi bagian dari rangkaian Festival Beda Setara (Best Fest) yang digelar selama satu pekan, pada 10-6 November 2024, yang bertujuan untuk merayakan kebebasan beragama dan berkeyakinan. (Suci Amaliyah, Nuriel Shiami Indiraphasa)