• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Jumat, 3 Mei 2024

Banten Raya

Sebagai Manhaj, Tarekat dari Dulu sampai Sekarang Itu Sama

Sebagai Manhaj, Tarekat dari Dulu sampai Sekarang Itu Sama
Haul Akbar Syekh KH Ahmad Suhari di Halaman Kompleks Makam Astana Cibeber, Cilegon, Sabtu (6/5/2023) malam. (Foto: NU Online Banten/Ummu Salamah)
Haul Akbar Syekh KH Ahmad Suhari di Halaman Kompleks Makam Astana Cibeber, Cilegon, Sabtu (6/5/2023) malam. (Foto: NU Online Banten/Ummu Salamah)

Cilegon, NU Online Banten

KH Rohimudin, perwakilan Ahlut Thoriqoh Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah, mengatakan, tariq dan tarekat itu berbeda. Abad pertama dan kedua hanya ada tariq. Tariq ini maknanya adalah kumpulan etika yang dilakukan dan disebarkan oleh para muslihin.

’’Sampai pada abad kelima muncul seorang sufi ternama ulama terkenal yakni Syekh Abdul Qadir Al-Jailani yang memprakarsai berdirinya tarekat ini. Jadi, sejak dahulu tarekat itu sudah ada, konseptornya adalah Imam Al-Ghazali dan eksekutornya adalah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani," terangnya di sela-sela Haul Akbar Syekh KH Ahmad Suhari bin KH Mas Tho'if untuk kali kedua di Halaman Kompleks Makam Astana Cibeber, Cilegon pada Sabtu (6/5/2023) malam.

Dijelaskan, tarekat itu banyak, ada Naqsabandiyah dan lain-lain. ’’Kita hanya memaknai secara lughawi saja. Padahal tarekat itu semua sama, sama-sama sebagai manhaj. Maka dari itu, tarekat dari dahulu sampai sekarang itu sama yang dibawa oleh Syekh Abdul Qadir Al-Jailani," imbuhnya.

Kegiatan ini diselenggarakan dan dihadiri oleh Tarekat Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah ke-38, para dzuriyat, dan para jamaah yang berjumlah kurang lebih 2 ribu orang dari berbagai daerah. Di antaranya Menes, Serang, Labuan, Tangerang, Bekasi, dan Lampung.

"Kami sampaikan ribuan terima kasih kepada bapak ibu, ustadz-ustadzah, panitia, tamu undangan, dan terutama kepada bapak ustadz salik yang telah memprakarsai acara ini," ujar H Nunung Nurzaini, perwakilan dzuriyat Syekh Suhari, dalam sambutannya.

Dia juga menambahkan, alasan memilih lokasi di komplek kuburan tak lain untuk mengingat orang-orang yang telah mendahului. "Haul ini bukan hanya untuk buyut saya saja, akan tetapi untuk orang-orang yang telah mendahului kita semua. Semoga tahun depan lebih tertib, lebih banyak lagi, lebih khidmat, dan bisa terlaksana kembali," harapnya.

Dijelaskan pula bahwa Syekh KH Ahmad Suhari memiliki tujuh orang anak yang tinggal dan membangun keluarga di sekitar wilayah Banten. ’’Beliau juga murid dari Syekh KH Tb Asnawi, Caringin,’’ imbuhnya

Kegiatan di antaranya diisi dengan bersalawat, dzikir, dan istighosah bersama yang dipimpin oleh KH Abah Endin. Kemudian ditutup doa yang dipandu oleh KH Irsyad Hambali, tokoh masyarakat setempat.

Pewarta: Ummu Salamah


Banten Raya Terbaru