• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Senin, 29 April 2024

Nasional

Pemuda Harus Optimistis terhadap Bangsanya

Pemuda Harus Optimistis terhadap Bangsanya
Gus Miftah (kiri) dan Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka di Surakarta, Kamis (3/8/2023). (SSY Gus Miftah Official)
Gus Miftah (kiri) dan Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka di Surakarta, Kamis (3/8/2023). (SSY Gus Miftah Official)

Tangerang Selatan, NU Online Banten
’’Orang sukses memahami proses, sementara orang gagal banyak protes,” ujar Pengasuh Pondok Pesantren Ora Aji Jogjakarta Miftah Maulana Habiburrohman saat talk show kebangsaan yang digelar Pandhapi Gedhe Sala Balaikota Surakarta di Surakarta, Jawa Tengah, Kamis (3/8/2023).


Dikutip dari akun YouTube Gus Miftah Official, Gus Miftah—sapaan Miftah Maulana Habiburrohman, tampil bersama Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka pada obrolan rasional aktual spiritual intelektual (orasi) kebangsaan bertajuk moderasi beragama: beragama dan berbangsa yang happy dan menyenangkan.


Gus Miftah melanjutkan, pemuda perlu selalu optimistis akan segala hal, termasuk bagi bangsa Indonesia. Dia melihat sebagian generasi muda menatap masa depan bangsa Indonesia dengan tidak optimistis. ’’Contohnya 2022 diminta Bapak Presiden untuk ceramah di acara forum Investor Daily Summit 2022 di JCC, bagaimana mendatangkan investasi dunia. Orang optimistis melihat peluang dalam masalah, sementara orang pesimistis melihat masalah dalam peluang,’’ tegasnya kepada para audiens yang rata-rata pelajar SLTA sederajat itu..


Pada kesempatan itu, dia juga menyampaikan, saat ini begitu banyak dan gampangnya seseorang mendapat informasi. Sayangnya sering mendapatkan informasi yang salah melalui ujaran kebencian yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya tetapi diikuti, maka muncul paham radikal. 


Bagaimana orang diajarkan menjadi keras, benci kepada orang lain hanya karena postingan di media sosial. Dia juga memaparkan ciri-ciri orang yang berpaham radikal. ‘’Tidak menerima khilafiyah (perbedaan), tidak mengakui perbedaan pendapat, hanya mengambil satu pendapat dan menyalahkan orang lain,’’ ujar pria yag kerap memakai penutup kepala khas itu.


Selain itu, tidak punya dasar keilmuan dan biasa berdalih dengan memanfaatkan petikan ayat Al-Qur’an atau potongan hadits terjemahan yang diputarbalikkan maknanya dan dipelintir sekenanya.


Ciri lain, lanjutnya, ekslusif dalam berkelompok dan cenderung merasa kelompoknya saja yang berada di jalan yang lurus dan merasa paling benar. ’’Sehingga orang yang tidak sekelompok dengan dia, dikatakan salah,’’ imbuhnya dalam kegiatan yang dikemas dengan diskusi dan selingan guyonan khasnya.


Bahkan, ciri lainnya, anti terhadap Pancasila. Tidak mengakui Pancasila sebagai ideologi negara dengan menentang ideologi Pancasila karena dianggap salah dan tidak menerapkan syariat Islam. 


Juga memusuhi orang yang beda agama. ’’Beda agama bukan musuh, tapi partner kebaikan dan jangan menghina agama orang lain,’’ pungkas alumnus UIN Sunan Kalijaga, Jogja itu. (Singgih Aji Purnomo)
 


Nasional Terbaru