• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Senin, 29 April 2024

Opini

Menangkal Lost Generation

Menangkal Lost Generation
Ngaji. (Foto: NU Online)
Ngaji. (Foto: NU Online)

Keberlangsungan tatanan bumi karena adanya generasi penerus. Ini adalah sebuah keniscayaan yang bersifat sunatullah, terlebih pasca dunia dilanda balada virus corona, yang berdampak pada generasi Islam milenial. Maka, saatnya kita berusaha sekuat tenaga untuk menambal kebocoran kualitas generasi tersebut.


Sikap antipati terhadap nasib generasi penerus harus kita enyahkan dari benak. Keunggulan generasi penerus, menandakan bahwa proses panjang dalam mencetak lahirnya generasi bangsa berjalan lancar tidak stagnan. Allah memberikan peringatan keras kepada kita, “Hendaklah takut orang-orang yang andaikan meninggalkan keturunan lemah di belakang (kematian) mereka maka mereka mengkhawatirkannya; maka hendaklah mereka juga takut kepada Allah (dalam urusan anak yatim orang lain), dan hendaklah mereka berkata dengan perkataan yang benar.” (QS an-Nisa:9).


Al-Qadhi Abu Bakar al-Baqillani (337-403 H) mengamini terhadap penafsiran ayat tersebut ditujukan kepada para wali yatim dalam rangka memerintahkan mereka agar memperlakukan anak yatim dan hartanya dengan baik. Dengan kata lain, ayat tersebut menekankan pada faktor futuristik yakni nasib sebuah generasi sepeninggalan kita saat ini. Generasi penerus harus dibekali dengan kualitas diri yang unggul dan mumpuni. Sebuah generasi yang mampu menjawab segala tantangan kekinian yang muncul baik dalam persoalan agama, sosial, budaya, ekonomi dan politik. Tantangan generasi Islam ke depan sungguh tidak dapat diterka, sehingga kompetensi yang paripurna harus dimiliki oleh setiap pribadi generasi muslim yang ada.


Jeda ‘iklan virus corona’ yang hampir dua tahun, tidaklah serta merta menyusutkan ghirah para pendidik di berbagai lembaga pendidikan baik pendidikan formal maupun non-formal, agar terus menyupervisi anak didik mereka, karena proses transfer ilmu pengetahuan tidak dapat terlaksana dengan full speed. Para orang tua yang sempat menjadi ‘guru pengganti’ karena harus mengasistensi anak-anak mereka, harus juga menginventarisir berbagai ketertinggalan yang dialami, bahkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang telah menjadi ‘norma’ baru bagi anak-anak. Semua pihak agar tidak terlena dan memberikan perhatian yang khusus terhadap perubahan yang dialami oleh anak didik selama pandemi. Setiap orang tua, lagi-lagi, harus mengecek sikap mental negatif yang mungkin terjadi pada anak-anak mereka sehingga dapat memotong mata rantai drop out dari bangku sekolah. Kepedulian kita terhadap lingkungan sekitar adalah kunci lain agar tetap dapat memosisikan generasi penerus pada rel yang benar sehingga tercipta generasi penerus yang unggul karena sejatinya, generasi Islam yang kuat dan unggul akan lebih disukai oleh Allah daripada generasi Islam yang lemah dan lembek dalam segala aspek kehidupan (Shahih Muslim, hadits no 2.664)


Jika berbagai langkah untuk menambal kebocoran intelektual generasi yang dilanda pandemi virus corona konsisten dilakukan, maka kekhawatiran akan kehilangannya satu generasi atau lost generation tidak akan pernah terjadi.


Semoga!


Wallahu a’lamu bisshawab


K Hadi Susiono Panduk, Kolumnis Muslim; Rais Syuriyah Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama Bayah; Pengurus Pergunu Kabupaten Lebak; Pengurus MUI Kabupaten Lebak; Alumnus Pondok Pesantren Al-Khoirot & Sabilillah dan Madrasah Aliyah Nahdlatul Muslimin Kudus; serta Universitas Diponegoro Semarang.


Opini Terbaru