• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Minggu, 28 April 2024

Sejarah

Ekspedisi Jejak Wali Songo di Champa (Vietnam-Kamboja), Thailand, dan Malaysia (7)

Masjid di Ho Chi Minh, Salaman setelah Shalat, Ada Maulid, Selepas Maghrib Mengaji Al-Qur’an

Masjid di Ho Chi Minh, Salaman setelah Shalat, Ada Maulid, Selepas Maghrib Mengaji Al-Qur’an
Muhammad Abid Muaffan (tengah) di Masjid Anwar, kampung Muslim di Ho Chi Minh, Vietnam. (Foto: Ist)
Muhammad Abid Muaffan (tengah) di Masjid Anwar, kampung Muslim di Ho Chi Minh, Vietnam. (Foto: Ist)

PERJALANAN Muhammad Abid Muaffan, peneliti sanad qiraat Nusantara, yang melakukan ekspedisi jejak Wali Songo di Champa (Vietnam-Kamboja), Thailand, dan Malaysia, berlanjut.

Gus Abid—sapaan akrabnya—terbang dari Kuala Lumpur, Malaysia, ke Ho Chi Minh, Vietnam.’’Kemarin, saya diajak oleh kawan saya Bang Yusuf, alumnus Unbraw, Malang, Jawa Timur, menuju ke kampung Muslim, sekaligus melaksanakan Shalat Maghrib, Isya, dan Shubuh di Masjid Anwar,’’ ujar wakil ketua Pimpinan Cabang Jam'iyyatul Qurra' wal-Huffazh Nahdlatul Ulama (JQHNU) Kabupaten Bogor, itu, Rabu (9/8/2023).


Di Masjid Anwar, cukup banyak jamaahnya, meski secara prosentasi Islam di Ho Chi Minh, Vietnam, tidak sampai 1 persen. ’’Di Vietnam ini, dulu ada Kerajaan Champa, sebelumnya tidak Islam, lalu beralih menjadi Kerajaan Islam. Pada perajalanan selanjutnya diserang. Singkat kata, hampir habis jejaknya. Banyak yang melarikan diri di Delta Mekong, perbatasan dengan Kamboja,’’ ungkapnya.


Yang barangkali cukup menarik, tradisi atau ritual yang dipraktikkan sama dengan apa yang dilakukan oleh Nahdlyin di Indonesia.’’Sehabis shalat fardlu, ada wiridan. Setelah shalat, musafahah atau bersalaman (jabat tangan). Saya lihat juga ada tulisan Maulid, thala’al badru ‘alaina min saniyyatil wada’i. Ada di Masjid Anwar ini,’’ cerita alumnus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,  kelahiran Malang, 16 September 1993, itu.


Dan juga, meski minoritas, tradisi mengaji setelah Maghrib hidup. Baik di kalangan anak-anak maupun orang tua. Untuk orang tua, setelah Shalat Isya, ada tadarus Al-Qur’an. Juga ada kajian fiqih. ‘’Ustadznya atau yang mengajar kebanyakan pernah belajar di Malaysia. Sedikit menguasai bahasa Melayu. Tapi, aksara yang digunakannya dalam penulisan Arab Jawi atau pegon, namun memakai bahasa Champa. Bahasa itu yang digunakan untuk komunikasi,’’ terangnya.


Mereka, lanjutnya, juga membaur dengan warga non-Muslim. Sebab, beberapa meter dari masjid sudah banyak yang non-Muslim.’’Jadi untuk di Ho Chi Minh sendiri, jejak Wali Songo ya wallahu a’lam bis shawab. Saya tidak tahu. Hanya, informasi yang saya peroleh dari salah satu pegiat sejarah Champa, Nik Mansur, memang benar adanya kalau Champa dulu pernah ada jejak Wali Songo,’’ tambahnya.


Jejak itu, lanjutnya, seperti Ibrahim Asamaraqandi yang menikahi Dewi Candra Wulan, Brawijaya V yang menikahi Dewi Candrawati, saudara Candra Wulan. Dari pernikahan Ibrahim Asamaraqandi dan Dewi Candra Wulan melahirkan Sayyid Ali Rahmatullah.


’’Yang kemudian dikenal sebagai Sunan Ampel, yang punya putra Sunan Drajat dan Sunan Bonang dan punya menantu Sunan Giri dan Raden Patah. Sedangkan Brawijaya V kemudian hari melahirkan Raden Patah yang nantinya memimpin Kerajaan Islam Demak,’’ tambah Gus Abid yang melanjutkan perjalanan dari Ho Chi Minh menuju Phan Rang, konon di sana jejak Wali Songo berasal, meski peninggalannya sudah habis dan Champa tinggal suku saja.


Jadi, lanjutnya, jejak Wali Songo, tidak di Ho Chi Minh. Ada yang bilang, jejaknya ada di Vijaya. Sumber NUOB menyebutkan, Vijaya adalah sebuah daerah di Kerajaan Champa. Saat ini  menjadi kawasan pesisir tengah selatan Vietnam. Wilayah tersebut adalah ibu kota Champa selama beberapa abad sampai wilayah tersebut direbut oleh Vietnam pada 1471.


’’Tapi jejaknya hampir habis di sana. Ya, Champa meski hanya tinggal sedikit. Islam minoritas di Vietnam, tapi insyaallah Islam yang dipraktikkan adalah Islam Ahlussunah wal Jama’ah. Tradisinya sama persis yang dilakukan warga NU di Indonesia,’’ terangnya.  (M Izzul Mutho/bersambung)


Sejarah Terbaru