• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Jumat, 3 Mei 2024

Sejarah

Ekspedisi Jejak Wali Songo di Champa (Vietnam-Kamboja), Thailand, dan Malaysia (8)

Orang Champa Bukan Muslim Saja, di Phan Rang Setidaknya Masih Ada 4 Masjid

Orang Champa Bukan Muslim Saja, di Phan Rang Setidaknya Masih Ada 4 Masjid
Muhammad Abid Muaffan (kanan) di Phan Rang, Vietnam. (Foto: Ist)
Muhammad Abid Muaffan (kanan) di Phan Rang, Vietnam. (Foto: Ist)

MUHAMMAD Abid Muaffan sampai di Phan Rang, Vietnam. Menurut peneliti sanad Al-Qur’an Nusantara yang melakukan ekspedisi jejak Wali Songo di Champa (Vietnam-Kamboja), Thailand, dan Malaysia, itu, Phan Rang terletak di daerah Vietnam bagian selatan. Tepatnya masuk Provinsi Nin Tuanh. Sekitar 7 jam perjalanan dari Ho Chi Minh. Dulunya disebut Panduraga, wilayah terakhir Kerajaan Islam Champa sebelum ditaklukkan Dai Vet.


 

Dari sejumlah sumber, Gus Abid—sapaan akrabnya—menyampaikan bahwa Kerajaan Champa dulu adalah Hindu. Pada perjalanannya kemudian Syekh Jamaluddin Akbar al-Husaini atau dikenal sebagai Syekh Jumadil Kubro datang. Singkat cerita, berubah sebagai menganut Islam. ’’Raja Champa yang sebelum Islam bernama Che Bong Nga. Setelah berganti nama menjadi Sultan Zainal Abidin,’’ ujar Gus Abid, Kamis (10/8/2023).


Ada riwayat yang menyebutkan, Sultan Zainal Abidin menikah dengan Siti Zubaidah. Makam Siti  ada yang menyebut di Kelantan. ’’Yang konon merupakan adik Syekh Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) bin Barkat Zainal Alam bin Syekh Jumadil Kubro, wallahu a’lam,’’ imbuhnya.


 

Sultan Zainal Abidin atau Che Bong Nga dalam masa kepemimpinannya suatu saat berada dalam kondisi kritis karena menghadapi pertempuran melawan Dai Vet.  ’’Dikisahkan Che Bong Nga yang konon mendirikan candi untuk menghormati orang-orang yang banyak berjasa kepadanya, meninggal di medan perang. Seiring wafatnya Sultan Zainal Abidin, Kerajaan Champa pun runtuh,’’ tambah Gus Abid yang juga mendapat cerita dari Abdullah Na’im, seorang Muslim Champa yang pernah belajar di Pekanbaru, dan saat ini sebagai guru warga Muslim Champa dan mualaf setempat.


Dampak runtuhnya Kerajaan Champa, sebagian Muslim Champa ketika itu melarikan diri. Di antaranya ke perbatasan antara Vietnam dan Kamboja, semenanjung Melayu. Juga ke Pattani (Thailand) dan Aceh sampai Jawa (Indonesia).


Yang perlu diketahui, lanjutnya, Champa bukan hanya Muslim saja. Setidaknya ada 3; Champa Hindu, Champa Muslim, dan Champa Bani. Yang terakhir merupakan perpaduan Hindu dan Islam. ’’Jumlahnya lebih banyak daripada Muslim Champa di Phan Rang. Muslim Champa terpencar di beberapa titik.  Ada 4 masjid. Ceritanya, karena ’’dikuasai’’ oleh komunis, jadi tidak bisa leluasa. Tidak boleh mendirikan masjid lagi dan madrasah,’’ tambahnya.


Kembali Che Bong Nga. Candrawulan dan Candrawati merupakan keluarga dari Che Bong Nga. Candrawulan menikah dengan putra Syekh Jamaluddin Kubro yang konon mengislamkan Champa, bernama Ibrahim Asmoroqondi. ’’Seiring runtuhnya Kerajaan Champa, Ibrahim Asmoroqondi ke Jawa. Menemui iparnya, Candrawati yang menjadi istri Brawijaya V. Belum sampai ke sana, Ibrahim Asmoroqondi, ketika sampai di Tuban, wafat dan dimakamkan di Palang,’’ katanya.


Seperti diketahui sebelumnya, sumber NU Online Banten menyebutkan, Syekh Ibrahim Asmoroqondi diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh kedua abad ke-14. Babad Tanah Jawi menyebut namanya dengan sebutan Makdum Ibrahim Asmoro atau Maulana Ibrahim Asmoro.


Syekh Ibrahim Asmoroqondi menikah dengan Retno Jumilah, dikaruniai putra  Ishaq Maqdum atau Syekh Maulana Ishaq. Maulana Ishaq menikah dengan putri Adipati Blambangan, Dewi Sekardadu. Dari pernikahan ini dikarunia putra bernama Raden Ainul Yaqin yang dikenal dengan Sunan Giri.


Syekh Ibrahim Asmoroqondi juga menikah dengan Dewi Candrawulan, keluarga raja Champa dan dikaruniai  anak Ali Murtadho atau Raden Santri atau Raja Pandhita serta Ali Rahmatullah atau Raden Rahmad yang kemudian dikenal dengan Sunan Ampel.


Di antara putra Sunan Ampel adalah  Maulana Mahdum Ibrahim atau Raden Mahdum Ibrahim yang dikenal dengan Sunan Bonang dan Syarifuddin atau Raden Qasim yang dijuluki Sunan Drajat. Sedangkan di antara murid Sunan Ampel adalah Sunan Giri dan Raden Patah yang mempunyai darah dari Kerajaan Majapahit dari Brawijaya V.  (M Izzul Mutho/bersambung)


Sejarah Terbaru