• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Rabu, 24 April 2024

Tauhid

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 33

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 33
Foto : Al-Qur'an
Foto : Al-Qur'an

Berikut ini adalah teks, transliterasi, terjemahan, dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas Surat Al-Baqarah ayat 32:

قَالَ يَا آدَمُ أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ فَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ

Qāla, “Yā Ādamu, anbi’hum bi asmā’ihim.” Fa lammā anba’ahum bi asmā’ihim, qāla “A lam aqul lakum, ‘Innī a‘lamu ghaybas samāwāti wal ardhi, wa a‘lamu mā tubdūna wa mā kuntum taktumūna.’”

 

Artinya, “Allah berkata, ‘Hai Adam, beritakan kepada mereka nama-nama benda ini.’ Setelah Adam memberitakan semua nama itu kepada mereka, Allah berkata, ‘Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, sungguh Aku mengetahui rahasia langit dan bumi; dan mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan,” (Surat Al-Baqarah ayat 33).

 

Ragam Tafsir

Syekh Jalaluddin dalam Tafsirul Jalalain mengatakan, pada Surat Al-Baqarah ayat 33 Allah meminta Nabi Adam AS untuk menunjukkan pengetahuan atas segala sesuatu di hadapan malaikat. Nabi Adam AS menyebut satu per satu segala sesuatu sekaligus hikmah di balik penciptaannya.

 

Setelah Adam memberitakan semua nama itu kepada mereka, Allah berkata mengingatkan, “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, sungguh Aku mengetahui rahasia penciptaan yang ghaib pada langit dan bumi; dan mengetahui apa yang kamu nyatakan melalui ucapan sanggahan kamu “Apakah Kau akan menjadikan makhluk yang berbuat kerusakan dan menumpahkan darah” dan apa (kesombongan) yang kamu sembunyikan melalui ucapan di hatimu, “Allah tidak akan menciptakan makhluk yang lebih mulia dan lebih tahu dari kami.”

 

Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengutip pandangan sejumlah ulama. Menurut Zaid bin Aslam, Nabi Adam AS berkata sambil memberi isyarat, “Kamu Jibril, kamu Mika’il,” dan menyebutkan nama segala sesuatu sampai pada burung gagak. Sedangkan menurut Imam Mujahid, Nabi Adam AS menyebutkan nama burung merpati, gagak, dan nama makhluk lainnya.

 

Imam Ibnu Katsir mengutip riwayat Ad-Dhahak dari sahabat Ibnu Abbas RA, Allah berkata, “Aku mengetahui yang tersembunyi sebagaimana Aku mengetahui yang nyata,” yaitu kesombongan dan keterpedayaan yang disembunyikan Iblis dalam hatinya.

 

Adapun Abul Aliyah, Rabi‘ bin Anas, Al-Hasan, Qatadah, kata Ibnu Katsir, mengatakan bahwa kalimat yang mereka sembunyikan adalah, “Tuhan kami tidak akan menciptakan makhluk yang lebih mulia dan lebih tahu dari kami.” Setelah unjuk kebolehan itu, kata Rabi bin Anas, malaikat mengakui bahwa Allah memberikan keutamaan ilmu dan kemuliaan dibanding mereka.

 

Ibnu Katsir mengutip Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dari Ibnu Jarir perihal kisah malaikat dan Nabi Adam AS. Setelah melihat ilmu yang dianugerahkan oleh Allah kepada Adam AS, malaikat mengakui keutamaannya dibanding mereka.

 

Allah berkata, “Sebagaimana ketidaktahuan kalian atas nama semua benda itu, maka kalian tidak memiliki pengetahuan. Apakah Aku akan menciptakan mereka agar berbuat kerusakan di bumi? Hal ini tentu Aku mengetahui. Oleh karena itu, Aku juga merahasiakan dari kalian bahwa Aku menciptakan makhluk yang bermaksiat kepada-Ku dan sebagian dari mereka berbuat taat kepada-Ku.”

 

Ibnu Katsir mengutip Imam Ibnu Jarir bahwa pendapat paling shahih atas Surat Al-Baqarah ayat 33 adalah pendapat sahabat Ibnu Abbas RA, “Aku mengetahui apa yang kalian nyatakan,” dengan mulut kalian di samping mengetahui rahasia langit dan bumi; “dan apa yang kalian sembunyikan,” di dalam hati sehingga tidak ada apapun yang tersembunyi oleh-Ku. Bagiku, apa yang kalian nyatakan dan sembunyikan sama saja.

 

Ucapan yang dinyatakan malaikat, “Apakah Kau akan menjadikan makhluk yang berbuat kerusakan di dalamnya?” Sedangkan yang mereka sembunyikan itu mencakup kedurhakaan dan kesombongan Iblis terhadap perintah Allah.

 

Imam Al-Baghowi dalam Kitab Ma’alimut Tanzil fit Tafsir wat Ta’wil mengatakan, “Sungguh Aku mengetahui rahasia langit dan bumi” baik yang sudah terjadi dan akan terjadi. Imam Al-Baghowi dalam tafsirnya mengutip riwayat sahabat Ibnu Abbas RA.

 

Iblis, kata sahabat Ibnu Abbas RA, suatu hari melewati jasad Nabi Adam AS tanpa nyawa yang terbujur antara Kota Makkah dan Kota Thaif. Iblis berkata, “Aku akan melewati makhluk ciptaan Allah ini.” Iblis kemudian masuk melalui mulut dan keluar melalui dubur Nabi Adam AS. Ia berkata, “Ia adalah makhluk yang tidak dapat bertahan karena ia berlubang.”

 

Iblis kemudian berkata kepada malaikat yang mengiringinya, “Apa pandangan kalian jika makhluk ini diberikan keutamaan di atas kalian? Dan kalian diperintahkan untuk ‘sujud’ kepadanya? Apa yang kalian perbuat?”

 

“Kami mematuhi perintah tuhan kami,” jawab sejumlah malaikat yang mengiringi Iblis.

 

“Demi Allah, kalau aku berkuasa atasnya, niscaya kubinasakan ia. Tetapi jika ia berkuasa atasku, niscaya kusesatkan ia,” kata Iblis dalam hati.

 

“Sungguh Aku mengetahui apa) ketaatan (yang kamu) malaikat (nyatakan dan apa) kemaksiatan (yang kamu) Iblis (sembunyikan).

 

” Imam Al-Baidhawi dalam tafsirnya, Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil, mengatakan, Surat Al-Baqarah ayat 33 menunjukkan kesempurnaan manusia, keistimewaan dan keutamaan ilmu dibandingkan ibadah yang menjadi syarat dan penopang khilafah. Sanad pembelajaran sah juga dinisbahkan kepada Allah sekalipun tidak boleh menyebut Allah sebagai “guru” karena itu adalah istilah profesi.

 

Ilmu dan kesempurnaan malaikat, kata Imam Al-Baidhawi, memiliki potensi untuk bertambah. Tetapi hikmah hanya dapat diimiliki oleh lapisan tertentu dari malaikat. Nabi Adam AS lebih mulia dari malaikat karena ia lebih berilmu dari mereka.

 

Adapun orang yang lebih tahu itu lebih utama sebagaimana firman Allah, “Qul hal yastawil ladzīna ya‘lamūna wal ladzīna lā ya‘lamūn,” atau “Katakanlah, "Apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui?” (Surat Az-Zumar ayat 9). Allah mengetahui segala sesuatu sebelum terjadi. Wallahu a‘lam.

 

Penulis : Alhafiz Kurniawan



 


Tauhid Terbaru