• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Kamis, 25 April 2024

Tauhid

Benteng Tauhid Umat dengan Bersholawat

Benteng Tauhid Umat dengan Bersholawat
Ilustrasi (Foto: NU Online)
Ilustrasi (Foto: NU Online)

Perintah membaca sholawat tegas termaktub dalam al-Quran, “Sesungguhnya Allah Swt dan para malaikat-NYA bersholawat kepada Nabi (Muhammad SAW). Wahai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu semua kepada Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (QS. Al-Ahzab: 56). 

 

 

إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِي ج يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا ﴿الأحزاب-

 

 

Nabi Muhammad SAW sendiri juga sangat menganjurkan umat Islam untuk memperbanyak membaca sholawat dan perintah ini juga terekam dalam berbagai riawayat hadis-hadis sahih. Bahkan, dalam mazhab Syafi’i dan mayoritas pengikut mazhab Maliki serta Hanbali, membaca sholawat hukumnya wajib bagi setiap muslim khususnya saat tasyahhud akhir di setiap shalat, kecuali mazhab Hanafi yang menghukuminya Sunnah. Penjelasan ini diulas Imam al-Asybihi dalam kitab Mahasin al-Akhbar fi Fadhl al-Shalat ‘ala al-Nabiyyi al-Mukhtar.

 

Hadis berisi anjuran kepada umat Islam untuk memperbanyak sholawat ini mudah kita temukan dalam berbagai kitab hadis shahih, termasuk uraian dan penjelasan detil tentang tata cara warisan para ulama Salaf al-Shalih, baik mutaqaddmin (Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ Tabi’in) maupun mutaakhkhirin (ulama penerus). Salah satunya dikutip sarjana Muslim Imam al-Sya’rani dalam kitab Kasyf al-Ghummah ‘an Jami‘i al-Ummat (hal. 324), sebagai berikut:

 

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: صَلُّوْا عَلَيَّ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ عَلَيَّ زَكَاةٌ لَكُمْ وَإِنَّهَا أَضْعَافٌ مُضَاعَفَةٌ

“Bersholawatlah kalian semua kepadaku (Nabi Muhammad SAW), karena sesungguhnya sholawat kalian kepadaku menjadi zakat bagi kalian semua, dan pahalanya berlipat ganda”. 

 

Di luar ibadah shalat, mayoritas ulama Salaf al-Salih di atas juga sangat menganjurkan umat Islam untuk memperbanyak bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Mengapa penting? Sayyid Murtadha al-Zabidi al-Syafi’i al-Asy’ari dalam Kitab Ithaf al-Sadah al-Muttaqin Sharh Ihya Ulumuddin mengurai, salah satu warisan amaliah penting bagi umat Islam adalah tradisi bersholawat. Sebab dengan merutinkan bersholawat, status keimanan umat Islam kepada Allah SWT akan senantiasa terjaga dan terhindar dari berbagai bentuk penyimpangan hingga hari kiamat.

 

Melalui bacaan sholawat ini juga, mayoritas umat Islam tidak akan terjatuh pada bentuk penyimpangan tauhid secara masal, sebab akan senantiasa terpatri dalam keimanannya siapa yang berposisi sebagai “Dzat Pemberi” Rahmat dan Keselamatan dan siapa Kekasih-Nya yang berposisi sebagai “Penerima”, tanpa sedikitpun nengurangi derajat kemuliaan Baginda Nabi Muhammad SAW di sisi Allah SWT.

 

Salah satu sholawat mashur dikalangan umat Islam adalah Sholawat Ibrahimiyyah. Mayoritas periwayat hadis menilai Sholawat Ibrahimiyyah adalah sholawat yang paling paripurna sebab diajarkan langsung oleh Baginda Nabi Muhammad SAW berdasarkan konsensus para ulama Salaf al-Salih lintas generasi. Bacaan sholawat ini dapat kita termukan secara verbatim misalnya dalam kitab hadis al-Muwatta’ karya Imam Malik bin Anas Ra (pendiri Mazhab Maliki); kitab Shahih himpunan Imam Bukhari; kitab Shahih anggitan Imam Muslim bin Hajjaj; Kitab Sunan Abi Dawud; Kitab Sunan al-Thirmidi; Kitab Sunan al-Nasa’i, dan ratusan kitab-kitab ulama terkait.

 

Imam al-Hafiz Ibnu Jarir al-Tabari dan Imam al-Hafiz Syamsuddin al-Sakhawi al-Syafi‘i dalam kitab al-Qawl al-Badi‘ fi al-Shalat ‘ala al-Habib al-Syafi‘ menegaskan, Sholawat Ibrahimiyyah ini disepakati mayoritas ulama (muttafaq ‘alaih), termasuk ahli hadis dan sufi besar mutaakhhirin Imam Sulaiman al-Jazuli dalam kitab Dalalil al-Khairat. Adapun Sighat (bentuk) Sholawat Ibrahimiyyah cukup beragam, namun Sighat Sholawat Ibrahimiyyah yang paling mashur di Indonesia adalah sebagai berikut:

 

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إبْرَاهيمَ وَعَلى آلِ سَيِّدِنَا إبْرَاهيمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إبْرَاهيمَ وَعَلى آلِ سَيِّدِنَا إبْرَاهيمَ، فِى العَالَمِيْنَ إنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

 

“Ya Allah, curahkanlah rahmat dan salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarganya, sebagaimana Engkau curahkan rahmat dan salam kepada junjungan Nabi Ibrahim AS beserta seluruh keluarganya. Limpahkanlah rahmat keberkahan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarganya, sebagaimana Engkau curahkan rahmat keberkahan kepada junjungan Nabi Ibrahim AS beserta seluruh keluarganya. Sesugguhnya hanya Engkaulah di semesta alam ini satu-satunya Dzat Yang Maha Terpuji dan Maha Agung”.

 

Imam Ahmad al-Shawi al-Maliki al-Khalwati menulis, Imam al-Bukhari dalam kitabnya al-Adab al-Mufrad (Juz 1/223) meriwayatkan hadis tentang keutamaan Sholawat Ibrahimiyyah ini, sebagai berikut: 

 

أَنَّهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ قَالَ هَذِهِ الصَّلاَةَ شَهِدْتُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِالشَّهَادَةِ وَشَفَعْتُ لَهُ

 

“Barangsiapa yang membaca sholawat ini (Ibrahimiyyah), maka Aku (Nabi Muhammad SAW) akan bersaksi baginya di hari kiamat dan Aku berikan syafa’at (bantuan) baginya”.

 

Syaikh Yusuf Isma’il al-Nabhani al-Syafi’i al-Asy’ari dalam kitab Afdhal al-Shalawat ‘ala Sayyid al-Sadat menghimpun beberapa riwayat dalam karya-karya sarjana msulim penting terkait sholawat ini, antara lain: Pertama, para ulama ‘Arifin menganjurkan kepada setiap muslim yang ingin berjumpa dengan Nabi Muhammad Saw dalam mimpi hendaknya dia membaca sholawat ini sebanyak 1000 kali dengan niat kecintaan (mahabbah) kepada Baginda Nabi Muhammad SAW.

 

Kedua, meskipun dalam riwayat hadis asli dalam kitab-kitab hadis di atas (al-Muwaththa’, Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abi Dawud, Sunan Nasa’i dan Sunan Tirmidhi) tidak menggunakan kata “Sayyidina”, namun Imam al-Ramli al-Syafi’i al-Asy’ari dalam kitab Sharh al-Minhaj menyebut hukumnya adalah Afdhaliyyah (lebih utama) sebagai bentuk adab penghormatan atas derajat kemuliaan baginda Nabi Muhammad SAW. Begitu juga, Imam Ahmad Ibnu Hajar dalam kitab al-Jawhar al-Munazzam menegaskan, tambahan kata “Sayyidina” adalah boleh (la ba’sa bihi) sebagai bentuk adab penghormatan atas derajat kemuliaan Nabi Muhammad Saw.

 

Ketiga, menurut kajian para penghafal hadis (al-Hafiz) generasi mutaakhkhirin, khusus tentang hadis La Tusayyiduni fi al-Shalat (Janganlah kamu mempertuankanku (sayyid) di dalam sholat) adalah hadis batil dan tidak ada sumber riwayatnya (bathilun la ashla lahu).

 

Selain Sholawat Ibrahimiyyah di atas, Syaikh Yusuf Isma’il al-Nabhani al-Syafi’I al-Asy’ari juga menghimpun berbagai variasi shighat sholawat mashur semisal Sholawat Nariyah, Sholawat ‘Azimiyyah, Sholawat Fatih dan puluhan lainnya. Semoga kita, keluarga dan anak cucu kita kelak tercatat sebagai pengamal sholawat dengan niat semata mengharap ridha Allah SWT, syafa’atul ‘udhma Nabi Muhammad SAW di hari kiamat, penjaga iman dan tauhid, serta senantiasa dimudahkan dalam segala hajat dunia akhirat, Amin.

 

Badrus Samsul Fata, Penulis adalah Alumni Pesantren Darul Huda, Mayak, Ponorogo, Jawa Timur, kini menjadi Wakil Ketua Lakpesdam NU Tangerang Selatan 


Editor:

Tauhid Terbaru