• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Jumat, 29 Maret 2024

Tokoh

Obituari KH. Noer Muhammad Iskandar, Pendiri Pondok Pesantren Ash-Shiddiqiyah

Obituari KH. Noer Muhammad Iskandar, Pendiri Pondok Pesantren Ash-Shiddiqiyah
Dr. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ Pendiri Pondok Pesantren (Ponpes) Ash-Shiddiqiyah Jakarta
Dr. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ Pendiri Pondok Pesantren (Ponpes) Ash-Shiddiqiyah Jakarta

Jakarta, NU Online Banten

Ulama kharismatik yang juga pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Ash-Shiddiqiyah Jakarta, Dr KH Noer Muhammad Iskandar, SQ meninggal dunia pada Minggu (13/12/2020) siang sekitar pukul 13.41 WIB pada usia 65 tahun.


Semasa hidupnya, ulama kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur, 5 Juli 1955 itu dikenal sebagai dai yang sering kali menghiasi layar kaca televisi nasional. Tak sekadar sebagai dai, Kiai Noer juga aktif di panggung politik dan pernah menjadi fungsionaris DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kuningan.


Ponpes Ash-Shiddiqiyah yang beliau dirikan bahkan berkembang pesat hingga memiliki 11 cabang di dalam dan luar kota. Pesantren ini memadukan sistem pembelajaran klasik dan modern.

 

Dikutip dari laman resmi Pesantren Asshidiqiyah, asshiddiqiyah.com, Kiai Noer merupakan putra kesembilan dari sebelas bersaudara dari pasangan KH Iskandar dengan Nyai Robiatun. KH Noer Muhammad Iskandar memulai pendidikannya di pesantren tradisional Sumber Beras, Banyuwangi, Jawa Timur yang langsung diasuh oleh ayahnya sendiri, KH Iskandar.


Setelah menamatkan pendidikan dasar di madrasah ibtidaiyah, tahun 1967 beliau melanjutkan ke Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Jawa Timur yang pada waktu itu di asuh oleh KH Mahrus Aly.


Di Pondok Pesantren Lirboyo, beliau pernah memimpin ikatan santri Banyuwangi. Pada 1974, beliau lulus dari Pondok Pesantren Lirboyo kemudian melanjutkan kuliah di PTIQ (Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an) Jakarta.

 

Kiai Noer Iskandar merupakan sosok ulama yang sukses membangun tradisi keilmuan pesantren di jantung ibu kota Jakarta. Upaya membangun pesantren di ibukota bukan tanpa perjuangan. Perjalanan dan perjuangan panjang pun harus dilalui dengan berbagai tantangan yang berat. Namun berkat dukungan dan dorongan yang begitu kuat dari Kyai Mahrus Ali, Pimpinan Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Kiai Noer Muhammad Iskandar, SQ pun berhasil. “Ia banyak membuka wawasan dan cakrawala berpikir saya akan pentingnya pendidikan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia,” kata Kiai Noer tentang Kiai Mahrus Ali.

 

Bukan hanya itu, dalam upaya membuka cakrawala berpikir dan memahami Al-Qur'an, umumnya metode yang diterapkan di pesantren-pesantren berkembang dengan pendekatan dogmatis. Akibatnya, pemahaman Al-Qur'an sebagai way of life seringkali menjadi terbatas dipahaminya, yaitu hanya menyentuh aspek ubudiyah.

 

Sementara di sisi lain, kelompok akademisi yang berbasis di kampus sekuler, memahami Al-Qur'an dengan pendekatan rasionalistik. Kondisi inilah yang memperkuat dirinya untuk tidak bergabung dengan pondok pesantren, baik yang didirikan ayahnya, Kiai Iskandar, maupun di Pesantren Lirboyo kediri sebagai staf pengajar, melainkan ia merantau ke Jakarta untuk kuliah di Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur'an (PTIQ) Jakarta.


Kiai Noer Muhammad Iskandar menikah dengan Hj Siti Nur Jazilah, putri KH Mashudi asal Tumpang, Malang, Jawa Timur. Hj Nur Jazilah pernah memimpin pondok pesantren putri Cukir, Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Bersama dengan beberapa teman, KH Noer Muhammad Iskandar mendirikan Yayasan Al-Muchlisin di Pluit sebelumnya menempati sebidang tanah di bilangan Kedoya, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.


Beliau mulai merintis lembaga pendidikan pesantren seadanya. Namanya Asshiddiqiyah. Pesantren ini dirintis dengan keprihatinan, namun dalam keprihatinan ini ia punya keyakinan yang cukup kuat, bahwa kelak lembaga pendidikan ini akan bisa maju dan berkembang. Bahkan kini, di Kedoya, dari lahan wakaf yang seluas 2.000 meter, telah berkembang menjadi 2,4 hektare. Sementara yang di Batu Ceper sudah berkembang menjadi 6 hektare, di Cilamaya menjadi 11 hektare, dan di Cijeruk menjadi 42 hektare.


Kiai Noer Muhammad Iskandar ini juga terlibat dalam bimbingan haji bagi kalangan elite dan menengah. Orang-orang yang dibimbing tidak jarang adalah seorang artis atau tokoh publik lainnya.

 

abdul rochim


Tokoh Terbaru