Kongres Keluarga Maslahat NU 2025 Usung Keluarga tanpa Sampah
Sabtu, 25 Januari 2025 | 01:21 WIB

Dari kiri, Ketua PBNU Hasanuddin Ali, Ketua PBNU Alissa Wahid, dan Wakil Sekjen PBNU Ai Rahmayanti saat jumpa pers di Gedung PBNU, Jakarta, Jumat (24/1/2025). (Foto: NU Online/Suwitno)
Jakarta, NU Online Banten
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Alissa Wahid mengatakan, salah satu dimensi yang akan dibahas dalam Kongres Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama 2025 adalah keluarga cinta alam. Keluarga NU diharapkan mampu mengelola sampah dengan lebih baik, memiliki kesadaran yang tinggi terhadap penggunaan energi secara bertanggung jawab, serta memahami pentingnya kewaspadaan terhadap bencana.
"Keluarga cinta alam adalah keluarga yang sadar terhadap lingkungan. Misalnya, untuk sadar bencana, kita akan mengundang BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana)," kata Alissa dalam konferensi pers di Gedung PBNU, Jakarta, Jumat (24/1/2025).
Salah satu agenda utama dalam kongres ini adalah tema zero waste family atau keluarga tanpa sampah, yang diharapkan dapat menjadi gerakan penanggulangan masalah lingkungan terbesar di Indonesia.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Alissa juga menjelaskan, NU sudah mulai memfokuskan pendidikan kepada keluarga NU untuk memilah sampah dengan baik dan meminimalkan jumlah sampah yang dihasilkan.
Alissa menambahkan, pada kongres ini juga akan merumuskan strategi bersama guna menciptakan hasil yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari."Nantinya, hasil kongres ini akan diserahkan pada forum Munas (Musyawarah Nasional) dan Konbes (Konferensi Besar) yang akan digelar pada 6-7 Februari," ucapnya, dilansir NU Online.
Terdapat enam isu utama yang akan dibahas dalam kongres dan hasil kongres tersebut akan menjadi rekomendasi kebijakan serta upaya peningkatan. Di antaranya keluarga maslahat, keluarga sehat, keluarga sejahtera, keluarga cinta alam, keluarga terdidik.
Kongres ini juga menjadi upaya PBNU untuk membantu pemerintah dalam mengimplementasikan berbagai strateginya dalam menangani berbagai problem keluarga itu. "Persoalannya, ada kebijakan, tapi delivery-nya masalah," terang Alissa.
Sebab, lanjutnya, PBNU melalui Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama (GKMNU) memiliki daya jangkau sangat tinggi sampai tingkat desa. "Membantu pemerintah agendanya bagaimana NU bisa bermitra dengan lembaga lainnya," katanya.
Ketua PBNU Hasanuddin Ali menambahkan, Kongres Keluarga Maslahat NU merupakan respons PBNU atas perubahan lanskap kependudukan Indonesia yang mulai bergeser dari rural ke perkotaan. Ia menyebut saat ini sudah 60 persen masyarakat Indonesia tinggal di kota. Diprediksi pada 2045, presentasenya akan meningkat hingga 78 persen.
Problem masyarakat kota, menurutnya, lebih besar dibanding rural. Baik dari sisi ekonomi, kesehatan, pengasuhan, maupun pendidikan. Problem anak juga menjadi tantangan sendiri keluarga di perkotaan. Terlebih dunia memasuki era digitalisasi. "Semua ini akan dibahas," imbuhnya.
PBNU juga menggelar Festival Keluarga Indonesia di Mal Kota Kasablanka, Jakarta, Sabtu (1/2/2025). Kegiatan ini menjadi rangkaian dari Kongres Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama. Festival Keluarga Indonesia ini merupakan langkah PBNU untuk mendekatkan layanan NU kepada masyarakat urban.
Ketua PBNU Hasanuddin Ali menjelaskan, pemilihan mal atau pusat perbelanjaan sebagai lokasi berlangsungnya Festival Keluarga Indonesia itu juga mengingat tempat tersebut menjadi sarana berkumpulnya keluarga. "Kita ingin NU semakin dekat dengan keluarga," terang Founder Alvara Research Center itu.
Sekadar diketahui, Kongres Keluarga Maslahat NU 2025 ini menjadi salah satu rangkaian agenda Hari Lahir (Harlah) Ke-102 NU yang akan digelar oleh PBNU pada 31 Januari 2025-1 Februari 2025 di Hotel Bidakara, Jakarta. Tema yang diangkat dalam kongres tersebut adalah Bersama Umat Wujudkan Keluarga Maslahat. (Suci Amaliyah, Muhammad Syakir NF)
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
ADVERTISEMENT BY ANYMIND