Nasional

Pesan Persaudaraan dan Semangat Kebangsaan dari Arafah

Jumat, 6 Juni 2025 | 00:30 WIB

Pesan Persaudaraan dan Semangat Kebangsaan dari Arafah

Anggota Amirulhajj yang juga Katib ‘Aam PBNU KH Akhmad Said Asrori di Arafah, Arab Saudi, Kamis (5/6/2025). (Foto: Kemenag)

Tangerang Selatan, NU Online Banten

Para jamaah Indonesia yang menunaikan ibadah haji, Kamis (5/06/2025), menjalani wukuf di Arafah, Arab Saudi. Seluruh jamaah tanpa kecuali termasuk yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Arab Saudi dibawa ke Arafah untuk disafariwukufkan. Waktu wukuf dimulai dari tergelincirnya matahari (Dhuhur) pada 9 Dzulhijjah hingga terbenamnya matahari.



Di tenda Misi Haji Indonesia, seperti dikutip dari laman resmi Kemenag, rangkaian wukuf dimulai dengan Shalat Subuh berjamaah. Setelah sarapan, jamaah melakukan aktivitas ibadah di tenda masing-masing. "Yang harus dilakukan jamaah selama wukuf yaitu memperbanyak berdoa. Doa kita insyaallah tidak ditolak Allah swt. Kalau sudah selesai doanya, baca Al-Qur’an," kata Menteri Agama Nasaruddin Umar.

ADVERTISEMENT BY OPTAD



Sebelum Shalat Dhuhur, ada beberapa rangkaian digelar. Setelah adzan Dhuhur lalu khutbah wukuf yang disampaikan Katib ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Akhmad Said Asrori. Anggota Amirulhajj itu menyampaikan pesan tentang pentingnya meneguhkan persaudaraan dan semangat kebangsaan. “Hari ini adalah hari yang dinanti oleh jutaan umat Islam di dunia. Hari ini adalah hari di mana semua Jemaah haji berkumpul di padang Arafah. Semua bersimpuh, bermunajat dan bersujud di hadapan Sang Pencipta, Allah swt untuk meraih ampunan dan ridha-Nya. Lantunan talbiyah bergema memenuhi langit-langit Arafah,” ujar Kiai Said di Arafah, Kamis (5/6/2025).

 


Arafah, lanjutnya, adalah miniatur mahsyar. Di tempat ini, umat manusia berkumpul dengan pakaian yang sama, berwarna putih sebagai lambang kesucian dan kesetaraan hamba di hadapan Tuhannya. Saat itu, pangkat tak lagi berguna. Jabatan tak lagi digdaya. Status sosial tak lagi berfaedah.


“Wukuf di Arafah mengajarkan kita tentang pentingnya persaudaraan; seiman, sebangsa, dan sekemanusiaan. Di tempat ini, 1400-an tahun yang lalu, Nabi Muhammad mendeklarasikan persaudaraan kemanusiaan,” terangnya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND



Kiai Said juga mengutip pesan Nabi Muhammad saw. “Wahai umat manusia, sesungguhnya Tuhan kalian satu, nenek moyang kalian juga satu. Kalian semua anak turun Adam dan Adam dicipta dari tanah. Ketahuilah bahwa tak ada keutamaan bagi orang Arab atas orang non-Arab, orang non-Arab atas orang Arab, kulit putih atas kulit hitam, kulit hitam atas kulit putih kecuali dengan takwa (HR Imam Ahmad).’’



Persaudaraan yang diajarkan Nabi Muhammad, lanjutnya, adalah persaudaraan sejati. Persaudaraan tanpa basa-basi. Persaudaraan tanpa tapi. Persaudaraan yang penuh empati. Persaudaraan dengan sepenuh hati. “Karena itu, sesama saudara kita tak boleh menyakiti, tak boleh mengkhianati, dan tak boleh menzalimi,” tegasnya.


Bangsa Indonesia, imbuhnya, adalah bangsa yang besar dan beragam. Terdiri atas banyak suku, ras, bahasa, dan agama. ’’Mari kita jadikan seruan ukhuwah yang dideklarasikan Nabi pada 14 abad silam, sebagai semangat yang mampu meneguhkan persatuan dan kesatuan bangsa,” ajaknya.


Dia juga menyampaikan bahwa keragaman bangsa sebagai kekuatan untuk membangun Indonesia ke depan menjadi negara yang besar, maju dan sejahtera. ’’Bangsa yang digambarkan dalam Al-Qur’an sebagai baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur,” katanya.


Kiai Said juga mengatakan, Arafah menjadi tempat terbaik untuk beristighfar dan berdoa kepada Allah. “Semoga wukuf kita, dan doa-doa yang kita panjatkan diterima Allah swt. Semoga Arafah menjadikan kita sebagai pribadi-pribadi yang luhur, yang mencintai negara dan bangsa Indonesia, dan mampu meneguhkan persatuan dan persaudaraan antarsesama. Semoga kita semua mendapat predikat hajjan mabrura, wa sa’yan masykura, wa dzanban maghfura, wa tijaratan lan tabur,” pungkasnya.


Dilanjutkan salat berjamaah jamak qashar Dhuhur dan Asar. Dzikir atau doa wukuf dipimpin Kiai Said. Setelah makan siang, jamaah kembali menjalani aktivitas ibadah masing-masing, hingga kemudian bersiap berangkat ke Muzdalifah untuk bermalam (mabit). (Mutho)

ADVERTISEMENT BY OPTAD

ADVERTISEMENT BY ANYMIND