Opini

Kecerdasan Futuristik Eternal

Jumat, 22 Agustus 2025 | 20:11 WIB

Kecerdasan Futuristik Eternal

Ilustrasi artificial intelligence. (Foto: Freepik)

PEMIKIRAN kontemplatif seorang mukmin, sejatinya akan bermuara pada bagaimana cara memproyeksikan kehidupan setelah kematian. Karena ia memiliki kecerdasan dalam melihat masa depan yang hakiki dan abadi. Berbeda dari seorang ateis, non-believer yang hanya bersumbu pada gegap gempita selebrasi kehidupan di dunia.



Kehidupan setelah kematian, laporan pertanggungjawaban atas jabatan, kekuasaan, harta, umur dan kenikmatan-kenikmatan Allah yang lainnya berprinsip nihilistik—tidak ada. Jadi, mereka ini, mengumbar kepongahan, bersikap adidang adidung adiguna, membusungkan dada, menikmati segala penyelewengan, menghambakan diri pada nafsu dan berkompromi serta membangun keintiman dengan setan.


Padahal Allah swt dengan gamblang, menjelaskan batasan garis demarkasi yang nyata terkait hubungan antara manusia dan setan (QS Al-Isra:53). Bagi manusia jenis ini, semua persoalan dunia cukup diselesaikan pada lapis pengadilan dunia yang masih jamak dengan suap, korupsi, dan main mata. Intinya, kesemuanya tidak kalis dari manipulasi demi mengelabuhi pengawasan manusia lainnya.



Kecerdasan seorang mukmin yang bersifat abadi ini, dibangun di atas fondasi ketaatan, kepatuhan, dan penyerahan diri kepada Allah. Secara implisit, seseorang dengan kecerdasan futuristik eternal, akan secara kontinu menghadirkan Allah dalam segala corak kehidupan dunia. Tanpa itu, maka hanya omong kosong belaka!


Mengapa banyak sekali pejabat di Indonesia masih juga bertindak koruptif, bersikap dzalim, dan seenak udelnya sendiri? Mereka lupa merenung bahwa Allah swt memerintahkan agar jabatan dan kekuasaan dengan segala kemewahan, yang sedang mereka sandang saat ini, adalah medium bagi mereka untuk memperbanyak perbekalan yang akan dibawa kelak ketika menghadap Sang Pencipta (QS Al-Baqarah:197).

ADVERTISEMENT BY OPTAD



Dewasa ini, dunia sedang menggandrungi maha karya manusia, yakni kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Sebuah teknologi yang memungkinkan sistem komputer meniru kemampuan intelektual manusia, seperti belajar, memecahkan masalah, membuat keputusan dan memahami bahasa. Kecanggihan teknologi AI adalah sebuah anugerah kesemestaan. Maka, ia harus benar-benar dimanfaatkan sebagai pendorong percepatan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.


Dengan kemajuan AI, segala sendi kehidupan manusia diharapkan menjadi lancar dan mudah. Seorang mukmin dengan kecerdasan futuristik eternal, tidak lantas antipati dan alergi terhadap AI. Ia akan menggunakan kemajuan teknologi AI sebagai wasilah untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta kecerdasan otak manusia—Allah jalla wa azza. Manusia dengan kecerdasan tertentu memang dapat berinovasi dan menciptakan buah pikiran dari peradaban terbaru.


Namun, yang harus dicamkan adalah apakah berbagai kecerdasan tersebut, berujung pada kecerdasan futuristik eternal, dalam artian bahwa apakah mampu mendekatkan diri kepada Allah. Apakah teknologi canggih yang dihasilkan manusia adalah refleksi dari keagungan Sang Pencipta alam semesta atau tidak. Atau, bahkan demi menantang kekuasaan Allah swt.



Kecerdasan futuristik eternal seorang Muslim juga karena adanya harapan akan masa depan yang abadi, yakni sebuah kenikmatan di akhirat. Kenikmatan yang merupakan pancaran dari pola tingkah dan laku bernuansa kebajikan yang dilakukan di dunia sebagai imbalan ganjaran yang bersifat resiprokal atas segala perbuatan baik. Maka, seorang mukmin dengan kecerdasan ini, senantiasa merevitalisasi ghirah harakah kebajikan dalam rutinitas kesehariannya. Pada akhirnya, kecerdasan futuristik eternal akan terus berjalan dan in print dalam persenyawaan keimanan dan daya analitik akal sehat seorang Muslim menuju kenikmatan abadi di surga.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

Wallahu ‘alamu bisshawab


 

Kiai Hadi Susiono Panduk, Kolumnis Muslim; Wakil Rais Syuriyah PCNU Lebak; Pengurus MUI Kabupaten Lebak; dan Dewan Pakar ICMI Orwil Banten; Alumnus Pondok Pesantren Al-Khoirot, Sabilillah, dan Gondang Legi Malang; MA Nahdlatul Muslimin Kudus; serta Universitas Diponegoro Semarang

ADVERTISEMENT BY OPTAD

ADVERTISEMENT BY ANYMIND