• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Selasa, 7 Mei 2024

Banten Raya

Khutbah Jumat: Menghargai Waktu dalam Islam

Khutbah Jumat: Menghargai Waktu dalam Islam
Ilustrasi waktu. (NUO)
Ilustrasi waktu. (NUO)

Khutbah I

اَلْحَمْدُ للهِ. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ يَحْشُرُنَا فِي الْمَحْشَرِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْجَبَّارُ وَأَشْهَدُ اَنَّ حَبِيْبَنَا وَ نَبِيَّنّا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْاِنْسِ وَالْبَشَرِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِه وَاَصْحَابِه اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ وَالْعَصْرِۙ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ


Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Pertama sekali marilah kita bersyukur ke hadirat Allah yang telah memberikan berjuta kenikmatan kepada kita sekalian, sehingga masih bisa melaksanakan Shalat Jumat di masjid yang mulia ini.

 


Shalawat serta salam, semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad yang telah membimbing kita menuju dunia yang terang dan jelas, yaitu addinul Islam. Semoga kita selalu mencintainya dan bershalawat kepadanya sehingga kita diakui sebagai umatnya yang mendapatkan syafaatnya di hari akhir nanti, amin.

 


Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Selaku khatib kami mengajak kepada hadirin sekalian dan diri kami pribadi, marilah kita selalu berusaha meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah dengan terus berusaha menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Semoga Allah selalu memberikan bimbingan dan kekuatan kepada kita sehingga kita selau dalam keimanan dan ketakwaan kepada-Nya. Amin.

 


Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Kali ini khatib ingin menyampaikan khutbah berjudul, Menghargai Waktu dalam Islam. Sebagai bagian dari peningkatan takwa itu, kita perlu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Sebab, waktu merupakan hal paling dan berharga. Sekali berlalu, waktu tidak akan pernah kembali dan terulang. Waktu tidak dapat dibeli. 24 jam dalam sehari, 60 menit dalam satu jam, dan seterusnya tidak dapat berubah, bertambah atau berkurang.


Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt

Waktu merupakan nikmat dari Allah yang sangat berharga sehingga menuntut manusia untuk pandai menjaga dan menggunakannya dengan saksama dan banyak guna agar mendapati hasil yang berkualitas guna. Menyadari waktu terus melaju tak pernah henti dan tugas manusia di bumi ini adalah beribadah kepada Allah (QS Ad-Dzariyat: 56), maka marilah kita berusaha untuk melakukan ibadah dengan baik dan benar dalam berbagai bentuk dan kesempatan agar kita selalu dalam mahabbah dan rahmat Allah. Kesadaran ini menjadi penting agar kita tidak terlena menyikapi waktu dengan banyak berbuat yang kurang manfaat sehingga penyesalan akan didapat. Namun sebaliknya kita selalu berbuat dan bertindak hal-hal yang membawa kebaikan dan kemanafaatan baik untuk diri kita maupun orang lain. Rasulullah bersabda:


 

مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيْهِ


Artinya: “Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat.” (HR Tirmidzi, Ibnu Majah)


Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah

Mengapa dalam kehidupan kita manusia sangat penting untuk menghargai waktu. Beberapa hal berikut bisa dijadikan alasan untuk tidak menyia-nyiakan waktu:


Pertama, waktu bisa menipu tidak terasa

Terkadang manusia dalam menjalan kehidupannya terasa sibuk sekali sehingga terkesan tidak ada waktu luang untuk bersantai atau mungkin berlibur. Sedangkan saat berlibur manusia sering tidak banyak melakukan sesuatu yang bermanfaat dalam hidup, dia merasa hari yang ia miliki adalah hari santai dan hari libur, sehingga dia tidak banyak berbuat yang manfaat.

 


Seseorang kadang tidak menyadari kalau waktu itu tetap berjalan, sementara manusianya tak berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk dirinya, apalagi untuk orang lain. Rasulullah SAW bersabda:


 

نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالفَرَاغُ


Artinya: "Dua nikmat yang banyak manusia tertipu di dalam keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang." (HR Bukhari, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)


Kedua, batas umur umat Nabi Muhammad 60 sampai 70 tahun

Dengan berbagai cita-cita dan harapan yang ingin dicapai, terkadang manusia tidak banyak menyadari kalau umur yang dimiliki tinggal sedikit. Mengapa? Karena jatah umur umat Nabi Muhammad adalah antara 60 sampai 70 tahun. Dia terus mengejar karirnya, mengajar harapan yang tinggi sehingga tidak menyadari kalau jatah umurnya selalu berkurang.

 


Pada saatnya akan ada kesadaran dalam memahami jatah umurnya, namun kesadaran itu terkadang muncul pada saat yang tidak tepat atau sudah terlambat atau sudah tidak sanggup banyak berbuat lantaran sakit yang diderita, sehingga penyesalan demi penyesalan akan muncul yang menyelimuti kehidupannya. Untuk itu kesadaran bahwa jatah umur umat Nabi Muhammad tidaklah panjang seperti umat-umat terdahulu sampai 500 tahun, akan tetapi hanya 60 sampai 70 tahun, dan Nabi Muhammad pun wafat usia 63 tahun. Nabi bersabda:


 

أَعْمَارُ أُمَّتِى مَا بَيْنَ السِّتِّينَ إِلَى السَّبْعِينَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ

 


Artinya: "Usia umatku (Muslim) antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit sekali dari mereka yang melewatinya." (HR Ibnu Majah dan Tirmidzi)


Ketiga, pandai mensikapi 5 hal

Ada lima hal yang terus berjalan mengambil waktu kita, umat manusia, sehingga akan menjadikan menyesal karena tidak menghiraukannya. Penting sekali untuk merespons dan menyikapi dengan arif dan responsif serta kreatif sehingga tidak ada penyesalan di belakang nanti. Siapa pun dia, jika tidak merespons dengan aktif dan kratif serta arif, penyesalan tidak akan dirasakan dan menyedihkan.


Sikap arif dalam menghargai waktu harus ditunjukkan terhadap kelima hal tersebut agar tidak ada penyesalan di hari kemudian. Kecerdasan dan kecermatan merespons dan menghargai waktu juga dibutuhkan agar tak pernah dilanda penyesalan. Rasulullah bersabda:


 

اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ، وَحَيَاتكَ قَبْلَ مَوْتِكَ


Artinya: "Jagalah lima perkara sebelum (datang) lima perkara (lainnya). Mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum sibukmu, dan hidupmu sebelum matimu." (HR Nasai dan Baihaqi)


Keempat, jadikan kita orang asing di dunia ini

Orang asing adalah orang yang akan berusaha maksimal dalam kehidupannya dan hati-hati dalam berikap dan bertindak agar tidak mendapatkan kerugian, kecelakaan, pendzaliman, dan lain sebagainya. Kenyamaan, keselamatan, dan kebahagiaan sangat diharapkan dalam perantauan atau menjadi orang asing di dunia ini.


Jika kesadaran memosisikan menjadi orang asing di dunia ini, maka sikap baik, ibadah yang baik, dan perbuatan baik pasti akan ditunjukkan dan dilakukan setiap saat agar selalu dalam selimut nikmat dari yang Maha Rahmat.

 


Kehati-hatian akan selalu dilakukan dan ditunjukkan dalam setiap perbuatan, apalagi menyangkut hubungan dengan orang lain sebagai sikap yang sepantasnya bagi seseorang yang asing atau merantau di dunia ini. Hal ini sesuai dengan hadist nabi:


 

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَر رَضِيَ الله عَنْهُمَا قَالَ : أَخَذَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبِي فَقَالَ: كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُسَبِيْلٍ وَكاَنَ ابْنُ عُمَرُ يَقُوْلُ إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَ مِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ .رواه البخاري.


Artinya: “Dari Abdullah bin Umar ia berkata: ‘Rasulullah saw memegang kedua pundakku seraya bersabda, ‘Jadilah kamu di dunia ini seakan-akan kamu orang asing atau orang yang melewati suatu jalan.’ Ibnu Umar berkata: ‘Apabila kamu berada di sore hari janganlah kamu menunggu (melakukan sesuatu) hingga pagi hari (datang). Apabila kamu berada di pagi hari jangankah menunggu (melakukan sesuatu) hingga sore (datang). Gunakan waktu sehatmu untuk menghadapi sakitmu, dan waktu hidupmu untuk menghadapi matimu." (HR Bukhari)


Kelima, waspadai kondisi bangkrut

Jika manusia tidak pandai menggunakan waktunya, pasti dia akan menjadi orang yang bangrut alias merugi terus. Allah pun memakai waktu dalam bersumpah di beberapa ayat. Demi waktu fajar, demi waktu dhuha, demi waktu malam, dan lainnya. Hal ini mengingatkankan kita untuk menghargai waktu dalam kehidupan ini.

 


Agar menjadi orang yang tidak mengalami kebangkrutan atau kerugian yang terus menerus, maka manusia harus beriman kepada Allah dan hari akhir dengan baik dan kuat serta melakukan kebaikan-kebaikan yang banyak untuk dirinya dan orang lain. Artinya orang lain mendapatkan manfaat dari apa yang kita lakukan atau yang kita berikan. Tanpa beriman dan berbuat baik yang banyak, maka manusia tidak bisa dikatakan bisa menghargai waktu dan akhirnya kan menjadi orang yang bangkrut atau merugi. Allah berfirman:


 

وَالْعَصْرِۙ, اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ, اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ.


Artinya: ’’Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.’’ (QS Al-‘Ashr: 1-3)

 

Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Demikian khutbah singkat ini, semoga kita bisa semakin pandai memahami waktu dan kehidupan serta tidak lupa berusaha dengan arif dalam menyikapi waktu dengan baik. Amin.


 

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَة وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّه هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم


 

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِه وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ. أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَه يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.  اَللّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ، اَللّهُمَّ أَعِنْهُمْ عَلَى الْقِيَامِ بِمَهَامِهِمْ كَمَا أَمَرْتَهُمْ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ اَللّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِ الْمُسْلِمِيْنَ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ  رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِه يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ



KH Ahmad Misbah, Ketua LDNU Tangerang Selatan


Banten Raya Terbaru