• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Jumat, 17 Mei 2024

Banten Raya

Penuh Peradaban, Para Sunan Dakwah dengan Cara Kreatif

Penuh Peradaban, Para Sunan Dakwah dengan Cara Kreatif
Ratusan orang hadir di Halaqah Fiqih Peradaban II di Pesantren Daarussaadah Cimarga, Lebak. Tampak pemateri Kiai Hadi (7 dari kiri) dan Hj Alai (6 dari kanan). (Foto: Ist)
Ratusan orang hadir di Halaqah Fiqih Peradaban II di Pesantren Daarussaadah Cimarga, Lebak. Tampak pemateri Kiai Hadi (7 dari kiri) dan Hj Alai (6 dari kanan). (Foto: Ist)

Lebak, NU Online Banten

Kiai Hadi Susiono Panduk mengatakan, jauh sebelum Indonesia terbentuk, telah berdiri Kerajaan Buddha Sriwijaya dari abad VII hingga abad XI di Palembang, Sumatera Selatan. Persentuhan antara agama Buddha dan Islam  pun sudah dimulai pada 718 M.



’’Menurut sejarawan SQ Fatimi, seorang Raja Sriwijaya Sri Indrawarman, menulis sepucuk surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz, agar mengirimkan ulama yang dapat menjelaskan ajaran dan hukum Islam kepadanya,’’ ujar pria asal Kudus, Jawa Tengah, itu menyampaikan kepada NU Online Banten, terkait materi yang dibawakan di hadapan sekitar 250 orang yang hadir mengikuti Halaqah Fiqih Peradaban II di Pondok Pesantren Daarussaadah Cimarga, Lebak, Banten, Selasa (12/12/2023).



Tampil sebagai salah satu pemateri, rais Syuriyah Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Bayah, Lebak, itu melanjutkan, di sisi lain,  di Jawa Timur juga berdiri Kerajaan Majapahit. Sebuah kerajaan bercorak Hindu-Buddha pada abad 13-16 M. Kemudian pada abad ke-14 M inilah, para penyebar agama Islam secara masif berdakwah dimulai dari Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Giri, Sunan Drajat, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati. ’’Kesemuanya dengan pembagian wilayah dakwah tersendiri. Kita dapat memahami bagaimana sulitnya berdakwah di tengah masyarakat dan juga penguasa yang beragama Hindu-Buddha,’’ ungkap pria yang juga pengurus Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Kabupaten Lebak itu.

 


Oleh karena itu, lanjut lulusan Pondok Pesantren Al-Khoirot, Sabilillah Kudus dan Madrasah Aliyah Nahdlatul Muslimin Kudus itu, para sunan berkreasi dalam berdakwah, seperti yang dilakukan oleh Sunan Bonang dengan menarik simpati masyarakat Hindu-Buddha dengan menggunakan media gamelan. Begitu juga Sunan Kalijaga yang menggunakan wayang sebagai media dakwah. Begitu seterusnya cara-cara kreatif yang dilakukan oleh para sunan. "Intinya, bahwa penyebaran Islam di Indonesia tidak dengan kekerasan dan memaksakan agama. Tetapi dengan menggunakan cara yang penuh peradaban misalnya melalui jalur pernikahan, tasawuf, pendidikan, kesenian, dan jalur politik,’’ terangnya dalam kegiatan yang mengangkat tema Pengalaman Islam Indonesia Dalam Membangun Peradaban Nusantara itu.



Cara-cara inilah, imbuhnya, yang dianut oleh Nahdlatul Ulama dengan berpanduan pada empat hal. ’’Tawasut, tawazun, tasamuh, dan I’tidal,’’ ujar alumnus Universitas Diponegoro Semarang itu dihubungi NU Online Banten, di Lebak.



Lebih lanjut dia menjelaskan, dalam perspektif Negara Indonesia sebelum merdeka, ada satu tokoh Nahdlatul Ulama yakni KH A Wahid Hasyim sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang salah satu tugasnya adalah merumuskan dasar Negara Indonesia. ’’Kiai Wahid telah mencontohkan sebuah peradaban Islam dengan memediasi antara keinginan kelompok Islam untuk menjalankan syariat agamanya dan prinsip demokrasi yang menjadi dasar Pancasila,’’ imbuh Hadi yang menjadi pemateri bersama Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Pengurus Besar Nahdaltul Ulama (PBNU) Hj Alai Nadjib itu.



Jadi, tegasnya, peradaban Nusantara yang adiluhung dan merupakan konsensus bersama itu bernama Negara Kesatuan Republika Indonesia (NKRI) dan Pancasila. Dia pun mengajak generasi Nahdlatul Ulama masa kini, terus mempertahankan NKRI dan Pancasila. "Generasi Nahdliyin harus juga dapat mengisi zaman Society 5.0, dengan penguasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dapat merefleksikan kajian-kajian tentang fiqih sesuai dengan perkembangan peradaban di Indonesia dan dunia dengan memberikan solusi atas sebuah masalah yang timbul,’’ jelasnya dalam kegiatan yang dibuka dan dihadiri oleh Pimpinan Pondok Pesantren Daarussaadah KH Pupu Mahpudin dan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Lebak H Badrusalam itu. (Mursyid Arifin)


Banten Raya Terbaru