• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Jumat, 26 April 2024

Fragmen

Harlah PMII ke-62

Almanak Sewindu PMII, Buku PC PMII Ciputat Tahun 1968

Almanak Sewindu PMII, Buku PC PMII Ciputat Tahun 1968
Buku almanak sewindu PMII yang ditulis PC PMII Ciputat pada tahun 1968. (Foto: NU Online)
Buku almanak sewindu PMII yang ditulis PC PMII Ciputat pada tahun 1968. (Foto: NU Online)

Buku yang diterbitkan oleh PMII Cabang Ciputat dalam rangka sewindu PMII (1960-1968) ini, memuat beberapa informasi penting di masa tersebut. Antara lain Peraturan Dasar/Peraturan Rumah Tangga (PD/PRT) PMII, yang bila dibandingkan dengan PD/PRT di masa kini akan ada beberapa perbedaan. 

 

Semisal soal penamaan struktur tingkat kepengurusan, di masa itu masih menggunakan nama Pucuk Pimpinan (sebelumnya Pimpinan Pusat) dan Pengurus Wilayah (PW), yang kini berubah menjadi Pengurus Besar (PB) dan Pengurus Koordinator Cabang (PKC). Juga penamaan Pimpinan Sektor untuk beberapa titik, seperti Pimpinan Sektor. 

 

Kemudian, ditulis pula secara lengkap susunan kepengurusan tiga periode PP PMII (1960-1963, 1963-1967, dan 1967-1970) yang dipimpin Mahbub Djunaidi dan M Zamroni. Kemudian kepengurusan PC PMII Ciputat dari masa ke masa, mulai tahun 1960 hingga 1969. Secara urut, mereka yang pernah menjadi Ketua PMII Ciputat, yakni Imam Yamin, Choliluddin (tiga periode), Chozin, Moh Nadjid Muchtar, dan Moh Dachlan. 

 

Moch Dachlan dalam penjelasannya sebagai Ketua PC PMII Ciputat masa itu, ikut memberikan testimoni (salinan dari pidato peringatan sewindu) dalam buku ini. Selain itu, Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Prof H Soenarjo, Ketum PP PMII Zamroni, dan Ketua PP PMII Abd Rachman Saleh ikut memberikan pengantar. 

 

Dalam tulisannya, ia mengingatkan akan pentingnya melaksanakan keputusan dan yang tercantum dalam dokumen historis organisasi, seperti Deklarasi Tawangmangu, Sepuluh Kesimpulan Ponorogo, Penegasan Jogjakarta, Pernyataan Jogjakarta, Gelora Megamendung, dan Panca Norma PMII Putri. 

 

“Dokumen historis bukanlah tumpukan kertas2 jang mati. Tetapi harus kita usahakan pelaksanaannja. Ini adalah tugas kita semua, warga PMII, dan sekarang adalah masanja bagi kita, untuk memikirkan Kembali bagaimana pelaksanaannja!” tegas Dachlan. 

 

Sejumlah tokoh PMII dan NU, juga ikut mengisi artikel di buku tersebut. Semisal Chotibul Umam (judul: Sewindu PMII), Prof H M Toha Jahja Umar (Doktrin Aswaja), H A Chalid Mawardi (Taktik dan Strategi), Prof KH Saifuddin Zuhri (Piagam Djakarta dan Fungsinja Essensial), dan lain-lain. 

 

Data lain yang tak kalah penting dalam buku ini, yakni jumlah dan nama-nama cabang PMII se-Indonesia yang sudah berdiri. Dari sebelumnya, ketika didirikan di tahun 1960, hanya ada perwakilan dari Jakarta, Bandung, Semarang, Surakarta, Yogyakarta, Surabaya, Malang, dan Makassar. 

 

Kemudian di tahun 1968, PMII sudah memiliki 17 Pengurus Wilayah (setingkat provinsi) dan 100 lebih Pengurus Cabang yang tersebar mulai dari Aceh hingga Wilayah Indonesia Timur (Cabang Ambon, Minahasa, dan Gorontalo). Data ini sekaligus dapat menjadi acuan, manakala hendak menulis sejarah di tingkat provinsi maupun masing-masing cabang. 

 

Buku Sewindu PMII ini, dalam catatan data yang penulis miliki, sebetulnya bukanlah yang pertama. Namun, menjadi yang ketiga di era tersebut, setelah buku Lima Tahun Sejarah Perjalanan PMII (PP PMII, 1965) dan Sejarah Singkat Berdirinya PMII dan Perkembangannya (1967) yang ditulis oleh Wail Haris Sugianto, adik dari pendiri PMII Cholid Narbuko dan putra dari Rais PWNU Jateng KH Zubair. 

 

Terkait akan kekurangan data dalam buku Almanak Sewindu PMII ini, dari pihak tim penulis buku ini mengakui hal tersebut. 

 

“Hasrat untuk melengkapi almanak ini, jang memuat seluruh kegiatan2 organisasi selama dua tahun berdjuang adalah sangat besar. Tetapi untuk itu diperlukan waktu jang tidak sedikit dan pembiajaan jang sangat besar,” tulisnya. 

 

Meski dirasa belum lengkap oleh para penulisnya, dengan dibuatnya buku Almanak Sewindu PMII ini, ibarat sebuah bangunan, akan menjadi pondasi penting dalam penulisan buku sejarah PMII di masa berikutnya.

 

Penulis: Ajie Najmudin


Fragmen Terbaru