Internasional

Amerika Bom Tiga Situs Nuklir, Menlu Iran Peringatkan untuk Tanggung Jawab

Senin, 23 Juni 2025 | 09:57 WIB

Amerika Bom Tiga Situs Nuklir, Menlu Iran Peringatkan untuk Tanggung Jawab

Menlu Iran Abbas Araghchi. (Foto: Dok IRNA)

Jakarta, NU Online Banten

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyampaikan bahwa militer AS telah melakukan serangan terhadap tiga situs pengayaan nuklir di Iran. Serangan ini menandai keterlibatan langsung AS dalam mendukung upaya Israel menghancurkan program nuklir Iran, sekaligus memicu kekhawatiran akan meluasnya konflik di kawasan Timur Tengah.


"Tujuan kami adalah penghancuran kapasitas pengayaan nuklir Iran dan penghentian ancaman nuklir yang ditimbulkan oleh negara sponsor teror nomor satu di dunia," klaim Trump dikutip dari The Guardian, ​​​​​Ahad (22/6/2025).


Trump menyebut serangan tersebut sebagai keberhasilan militer yang spektakuler dan mengklaim bahwa fasilitas pengayaan utama Iran telah sepenuhnya dihancurkan. Serangan itu menghantam lokasi pengayaan uranium di Fordow, Natanz, dan Isfahan. Dia memperingatkan Iran agar tidak membalas serangan terhadap target AS di kawasan itu, dan berjanji bahwa serangan AS selanjutnya akan lebih mematikan. "Ingat, masih banyak target yang tersisa. Malam ini adalah yang tersulit dari semuanya sejauh ini, dan mungkin yang paling mematikan. Namun, jika perdamaian tidak segera datang, kami akan mengejar target-target lainnya dengan ketepatan, kecepatan, dan keterampilan," terangnya.


Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) António Guterres menyuarakan kekhawatirannya jika serangan tersebut sebagai eskalasi berbahaya di kawasan yang sudah berada di ambang ketegangan. "Pada saat yang genting ini, sangat penting untuk menghindari kekacauan. Tidak ada solusi militer. Satu-satunya jalan ke depan adalah diplomasi. Satu-satunya harapan adalah perdamaian," kata Guterres.


Sebelumnya, Trump mengatakan bahwa dia akan membuat keputusan apakah akan melakukan serangan terhadap Iran dalam waktu dua minggu. "Berdasarkan fakta bahwa ada kemungkinan besar negosiasi yang mungkin atau mungkin tidak terjadi dengan Iran dalam waktu dekat, saya akan membuat keputusan apakah akan melakukannya dalam dua minggu ke depan," kata Trump.

 


Sementara itu, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi memperingatkan pemerintahan Amerika Serikat yang ia sebut suka berperang dan melanggar hukum untuk bertanggung jawab sepenuhnya atas konsekuensi berbahaya dan implikasi yang luas dari tindakan agresinya. Hal itu disampaikan Araghchi dalam pidatonya di pertemuan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Istanbul, Turli, Ahad (22/6/2025). "Ini adalah pelanggaran yang keterlaluan, serius, dan belum pernah terjadi sebelumnya terhadap prinsip-prinsip dasar Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan hukum internasional," katanya, seperti dikutip Al Jazeera.


Araghchi menyebut bahwa Amerika telah melewati garis merah yang sangat besar dengan menyerang tiga fasilitas nuklir Iran. Ia juga menegaskan, Presiden AS Donald Trump telah mengkhianati pemilih Amerika dengan tunduk pada keinginan Israel.



Berbicara beberapa jam setelah Trump mengumumkan bahwa pesawat tempur AS telah menghancurkan situs nuklir, Araghchi mengutuk serangan tersebut dan meminta Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk bertindak. Selain itu, Iran tidak akan tinggal diam terhadap hal-hal yang menyangkut kedaulatan dan kemandirian negerinya. "Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi mengatakan, Iran tidak akan pernah berkompromi pada kedaulatan dan independensinya, dan akan terus mempertahankan tanah, kedaulatan, dan rakyatnya," tulis IRNA, media pemerintah Iran.


Sedangkan Press TV Iran melaporkan bahwa Dewan Keamanan Nasional Tertinggi dan anggota parlemen Iran harus membuat keputusan akhir tentang apakah akan menutup Selat Hormuz. "Keputusan untuk menutup selat, yang dilalui sekitar 20 persen permintaan minyak dan gas global, belum final," tulis Al Arabiya.


Selat Hormuz, jalur sempit yang menghubungkan Teluk Arab dengan Laut Arab, bisa dibilang merupakan rute maritim paling penting untuk transit energi global. Sekitar 20 persen pasokan minyak dan gas alam dunia melewati selat tersebut, yang terletak di antara Iran dan Oman. Gangguan apa pun terhadap aliran ini akan mengirimkan gelombang kejut melalui pasar energi global, yang berpotensi memicu lonjakan tajam harga minyak dan semakin mengganggu stabilitas kawasan yang sudah tidak stabil.

 


Terpisah, Juru Bicara Kelompok Houthi Yaman Yahya Saree mengancam akan menyerang kapal-kapal perang Amerika di Laut Merah jika terlibat dengan sekutunya, Israel, dalam melakukan serangan terhadap Iran. "Jika Amerika Serikat terbukti terlibat dalam serangan dan agresi terhadap Iran bersama dengan musuh Israel, angkatan bersenjata akan menargetkan kapal-kapal dan kapal perangnya di Laut Merah," ungkapnya dikutip NU Online dari video Instagram Al Jazeera, Ahad (22/6/2025).


Saree juga menyampaikan, Israel telah menyerang Yaman, Lebanon, dan Suriah, serta melakukan kejahatan dan genosida terhadap rakyat Palestina, dan bergerak menuju agresi komprehensif terhadap Iran dengan dalih mengubah wajah Timur Tengah. "Israel berupaya untuk menguasai sepenuhnya wilayah tersebut dan melaksanakan rencana zionis dengan dukungan terbuka Amerika dan kemitraan Amerika. Untuk itu, Israel berusaha menyingkirkan Iran karena menganggapnya sebagai hambatan terbesar dalam mencapai rencananya," ujar Saree.



Menurutnya, keterlibatan Amerika dalam serangan atau agresi untuk mendukung Israel terhadap Iran dengan tujuan yang sama yaitu memungkinkan musuh Israel untuk menguasai seluruh wilayah. Hal itu dinilai sebagai sesuatu yang tidak dapat ditoleransi. "Ini berarti perampasan kebebasan, kemerdekaan, dan martabat bangsa kita. juga perbudakan, penghinaan, distorsi identitas, pendudukan tanah air dan penjarahan kekayaan," kata Saree.
 


Oleh karena itu, Saree menegaskan bahwa pasukan Houthi akan terus memantau dan melacak kegiatan di wilayah tersebut bahkan akan melakukan tindakan jika memang diperlukan. "Angkatan bersenjata akan memantau dan melacak semua gerakan di wilayah ini, termasuk tindakan permusuhan terhadap negara kita. Insyaallah mereka akan mengambil semua tindakan yang diperlukan dan sah untuk mempertahankan tanah air kita yang tercinta," ucapnya.


Kepala Dewan Politik Tertinggi Houthi Mahdi al-Mashat mengatakan, siapa pun yang terlibat atau berpartisipasi dengan musuh Israel dalam agresinya harus membayar harga atas keputusan mereka. "Kami akan menggunakan semua cara yang sah untuk melawan segala bentuk keterlibatan dalam agresi terhadap Iran. Kami memiliki hak asasi manusia, agama, dan moral atas keputusan kami, dan keputusan ini didukung oleh semua konvensi internasional," ujar Mashat, dilansir Al Jazeera, Sabtu (21/6/2025).


Pemimpin kelompok Houthi Abdul Malik menggambarkan perang Israel terhadap Iran sebagai perkembangan yang berbahaya bagi seluruh kawasan. Ia menyatakan bahwa Israel seharusnya menjadi musuh sejati semua negara Arab, dan mereka harus membangun kemampuan dan kapabilitas militer mereka untuk memungkinkan mereka menghadapi ancaman ini. (Suci Amaliyah, Husnul Khotimah)

 




Editor: M Izzul Mutho Masyhadi