• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Sabtu, 27 April 2024

Keislaman

Jangan Lupa Niat Puasa Ramadhan, Berikut Niatnya

Jangan Lupa Niat Puasa Ramadhan, Berikut Niatnya
Ilustrasi Ramadhan. (NUO)
Ilustrasi Ramadhan. (NUO)
1 RAMADHAN 1445 dimulai pada 12 Maret 2024. Dan yang perlu diketahui, salah satu yang membedakan ibadah satu dengan lainnya adalah niat. Hal ini menjadi sesuatu yang penting karena termasuk dalam rukun setiap ibadah. Dalam menjalankan puasa Ramadhan, umat Islam dimulai dengan membaca niat pada malam hari, sejak terbenamnya matahari sampai terbitnya fajar. Niat letaknya di dalam hati. Dan menurut Mazhab Syafii, untuk puasa Ramadhan, setiap malam harus niat.
 
Adapun lafal niat puasa Ramadhan sebagaimana dilansir NU Online ada beberapa versi. Di antaranya:
 
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى
 
Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i fardhi syahri Ramadhāna hādzihissanati lillāhi ta‘ālā  
Artinya: “Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah ta’ala.” 
 
Redaksi lafal niat di atas dikutip dari Kitab Minhajut Thalibin dan Perukunan Melayu. Kata “Ramadhana” merupakan mudhaf ilaihi sehingga dibaca khafadh dengan tanda baca akhirnya berupa fathah, sedangkan kata “sanati” diakhiri dengan tanda baca kasrah sebagai tanda khafadh atau tanda jarr dengan alasan lil mujawarah. 
 
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةَ لِلهِ تَعَالَى 
 
Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i fardhi syahri Ramadhāna hādzihis sanata lillāhi ta‘ālā  
Artinya: “Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah ta’ala.” 
 
Redaksi lafal niat di atas termaktub dalam Kitab Asnal Mathalib. Kata “Ramadhana” pada niat di atas menjadi mudhaf ilaihi sehingga dibaca khafadh dengan tanda fathah, sedangkan kata “sanata” diakhiri dengan fathah sebagai tanda nashab atas kedharafannya. 
 
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى  
 
Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i fardhi syahri Ramadhāni hādzihis sanati lillāhi ta‘ālā  
Artinya: “Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah ta’ala.” 
 

Redaksi lafal niat di atas dikutip dari Kitab Hasyiyatul Jamal dan Kitab Irsyadul Anam. Kata “Ramadhani” dianggap sebagai mudhaf ilaihi yang juga menjadi mudhaf sehingga diakhiri dengan kasrah yang menjadi tanda khafadh atau tanda jarr-nya. Sementara kata “sanati” diakhiri dengan kasrah sebagai tanda khafadh atau tanda jarr atas musyar ilaih kata "hādzihi" yang menjadi mudhaf ilaihi dari "Ramadhani".   
 
نَوَيْتُ صَوْمَ رَمَضَانَ 
 
Nawaitu shauma Ramadhāna 
Artinya: “Aku berniat puasa bulan Ramadhan.” 
 
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ مِنْ/عَنْ رَمَضَانَ  
 
Nawaitu shauma ghadin min/'an Ramadhāna 
Artinya: “Aku berniat puasa esok hari pada bulan Ramadhan.”  
 
Redaksi lafal niat dua terakhir diambil dari dari Kitab I’anatut Thalibin. 
 
 
نَوَيْتُ صَوْمَ الْغَدِ مِنْ هَذِهِ السَّنَةِ عَنْ فَرْضِ رَمَضَانَ
 
Nawaitu shaumal ghadi min hādzihis sanati ‘an fardhi Ramadhāna  
Artinya: “Aku berniat puasa esok hari pada tahun ini perihal kewajiban Ramadhan.” 

 
Redaksi lafal niat nomor 6 ini dikutip dari Kitab Asnal Mathalib. (M Syakir NF) 


Keislaman Terbaru