HARI ini, Selasa (3/9/2024) bertepatan 29 Shafar 1446 H. Malamnya, saat Maghrib tiba masuk Rabu dan tanggal baru dalam kalender Hijriah. Nah, ada istilah Rebo Wekasan, yakni Rabu terakhir di Bulan Shafar. Banyak perbincangan dan kajian berkaitan hal tersebut. Termasuk yang sering ramai diperbincangkan adalah Shalat Rebo Wekasan. Sebagian menerima, sebagian yang lain menolaknya.
Dikutip dari tulisan M Mubasysyarum Bih di NU Online, pada dasarnya, tidak ada nash sharih yang menjelaskan anjuran Shalat Rebo Wekasan. Oleh karena itu, bila Shalat Rebo Wekasan diniati secara khusus, misalkan “aku niat Shalat Shafar”, “aku niat Shalat Rebo Wekasan”, maka tidak sah dan haram. Hal ini sesuai dengan prinsip kaidah fiqih:
والأصل في العبادة أنها إذا لم تطلب لم تصح
“Hukum asal dalam ibadah apabila tidak dianjurkan, maka tidak sah.” (Syekh Sulaiman al-Bujairimi, Tuhfah al-Habib Hasyiyah ‘ala al-Iqna’, juz 2, hal. 60).
Atas pertimbangan tersebut, ulama mengharamkan Shalat Raghaib di awal Jumat Bulan Rajab, Shalat Nishfu Sya’ban, Shalat Asyura’, dan Shalat Kafarat di akhir Ramadhan, sebab shalat-shalat tersebut tidak memiliki dasar hadits yang kuat.
Ditegaskan dalam Kitab I’anah al-Thalibin:
قال المؤلف في إرشاد العباد ومن البدع المذمومة التي يأثم فاعلها ويجب على ولاة الأمر منع فاعلها صلاة الرغائب اثنتا عشرة ركعة بين العشاءين ليلة أول جمعة من رجب وصلاة ليلة نصف شعبان مائة ركعة وصلاة آخر جمعة من رمضان سبعة عشر ركعة بنية قضاء الصلوات الخمس التي لم يقضها وصلاة يوم عاشوراء أربع ركعات أو أكثر وصلاة الأسبوع أما أحاديثها فموضوعة باطلة ولا تغتر بمن ذكرها اه
“Sang pengarang (Syekh Zainuddin al-Malibari) berkata dalam Kitab Irsyad al-‘Ibad, termasuk bidah yang tercela, pelakunya berdosa dan wajib bagi pemerintah mencegahnya, adalah Shalat Raghaib, 12 rakaat di antara Maghrib dan Isya’ di malam Jumat pertama Bulan Rajab, Shalat Nisfu Sya’ban sebanyak 100 rakaat, shalat di akhir Jumat Bulan Ramadhan sebanyak 17 rakaat dengan niat mengganti shalat lima waktu yang ditinggalkan, Shalat Hari Asyura sebanyak 4 rakaat atau lebih, dan Shalat Ushbu’. Adapun hadits-hadits shalat tersebut adalah palsu dan batal, jangan terbujuk oleh orang yang menyebutkannya.” (Syekh Abu Bakr bin Syatha, I’anah al-Thalibin, juz 1, hal. 270).
Hanya, bila Shalat Rebo Wekasan diniati shalat sunnah mutlak, dalam titik ini, ulama berbeda pandangan. Menurut Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari haram. Dalam pandangannya, anjuran shalat sunnah mutlak yang ditetapkan berdasarkan hadits shahih tidak berlaku untuk Shalat Rebo Wekasan, sebab anjuran tersebut hanya berlaku untuk shalat-shalat yang disyariatkan.
Dalam himpunan fatwanya, Rais Akbar NU tersebut mengatakan dalam tulisan bahasa Jawa pegon:
اورا ويناع فيتواه اجاء اجاء لن علاكوني صلاة رابو وكاسان لن صلاة هدية كاع كاسبوت اع سؤال كارنا صلاة لورو ايكو ماهو اورا انا اصلى في الشرع. والدليل على ذلك خلو الكتب المعتمدة عن ذكرها كايا كتاب تقريب، المنهاج القويم، فتح المعين ، التحرير لن سافندوكور كايا كتاب النهاية المهذب لن احياء علوم الدين، كابيه ماهو أورا انا كاع نوتور صلاة كاع كاسبوت. الى ان قال وليس لأحد أن يستدل بما صح عن رسول الله انه قال الصلاة خير موضوع فمن شاء فليستكثر ومن شاء فليستقلل، فإن ذلك مختص بصلاة مشروعة
“Tidak boleh berfatwa, mengajak dan melakukan Shalat Rebo Wekasan dan Shalat Hadiah yang disebutkan dalam pertanyaan, karena dua shalat tersebut tidak ada dasarnya dalam syariat. Tendensinya adalah bahwa kitab-kitab yang bisa dibuat pijakan tidak menyebutkannya, seperti Kitab al-Taqrib, al-Minhaj al-Qawim, Fath al-Mu’in, al-Tahrir dan kitab seatasnya seperti al-Nihayah, al-Muhadzab, dan Ihya’ Ulum al-Din. Semua kitab-kitab tersebut tidak ada yang menyebutkannya. Bagi siapa pun tidak boleh berdalih kebolehan melakukan kedua shalat tersebut dengan hadits shahih bahwa Nabi bersabda, shalat adalah sebaik-baiknya tempat, perbanyaklah atau sedikitkanlah, karena sesungguhnya hadits tersebut hanya mengarah kepada shalat-shalat yang disyariatkan.” (KH. Hasyim Asy’ari sebagaimana dikutip kumpulan Hasil Bahtsul Masail PWNU Jawa Timur).
Sedangkan menurut Syekh Abdul Hamid bin Muhammad Quds al-Maki, hukumnya boleh. Menurutnya, solusi untuk membolehkan shalat-shalat yang ditegaskan haram dalam nashnya para fuqaha’ adalah dengan cara meniatkan shalat-shalat tersebut dengan niat shalat sunnah mutlak. Syekh Abdul Hamid menegaskan:
قلت ومثله صلاة صفر فمن أراد الصلاة فى وقت هذه الأوقات فلينو النفل المطلق فرادى من غير عدد معين وهو ما لا يتقيد بوقت ولا سبب ولا حصر له . انتهى
“Aku berpendapat, termasuk yang diharamkan adalah Shalat Shafar (Rebo Wekasan), maka barang siapa menghendaki shalat di waktu-waktu terlarang tersebut, maka hendaknya diniati shalat sunnah mutlak dengan sendirian tanpa bilangan rakaat tertentu. Shalat sunnah mutlak adalah shalat yang tidak dibatasi dengan waktu dan sebab tertentu dan tidak ada batas rakaatnya.” (Syekh Abdul Hamid bin Muhammad Quds al-Maki, Kanz al-Najah wa al-Surur, hal. 22).
Shalat Rebo Wekasan sendiri dijelaskan secara rinci meliputi tata cara dan doanya oleh Syekh Abdul Hamid Quds dalam Kanz al-Najah wa al-Surur. Demikian pula disebutkan oleh Syekh Ibnu Khatiruddin al-Athar dalam Kitab al-Jawahir al-Khams.
Shalat Rebo Wekasan umum dilakukan di beberapa daerah. Ada yang melakukannya secara berjamaah, ada dengan sendiri-sendiri. Demikian penjelasan mengenai hukum Shalat Rebo Wekasan. Ikhtilaf ulama sebagaimana dijelaskan di atas adalah hal yang sudah biasa dalam fiqih, masing-masing memiliki argumen yang dapat dipertanggungjawabkan. Perbedaan tersebut tidak untuk dipertentangkan atau ajang saling bully, namun sebagai rahmat bagi umat, membuka ruang seluas-luasnya bagi mereka untuk menjalankan ritual agama tanpa keluar dari batas syariat.
Sementara itu, Lembaga Falakiyah (LF) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Jombang menginformasikan bahwa amaliah Rebo Wekasan dilaksanakan pada Selasa Pon malam Rabu Wage, 30 Shafar 1446 H atau 3 September 2024 M malam. "Bahwa 1 Shafar 1446 H jatuh pada Selasa Kliwon atau 6 Agustus 2024 dan akan berakhir Rabu Wage 3 September 2024 M atau 30 Safar 1446 H (istikmal)," tulis pada surat edaran Nomor: 005/PC-LFNU/VIII/2024 yang dikeluarkan pada Sabtu (30/8/2024), dilansir NU Online Jombang.
Berdasarkan Kalender Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan hasil hisab yang sudah dilakukan, LF PCNU Jombang menginformasikan bahwa amaliah Rebo Wekasan dilakukan pada 3 September, tepatnya pada Selasa Pon malam Rabu Wage.
Berikut amalannya:
1. Membaca Surat Yasin 1 kali, pada ayat سلام قولا من رب الرحيم dibaca 313 kali, setelah selesai, membaca صلوات منجيات kemudian membaca doa.
2. Shalat Sunnah (Mutlaq) 4 rakaat dua salam, setiap rakaat selesai membaca Al Fatihah membaca Surat Al Kautsar 17 kali, Surat Al Ikhlas 5 kali, Surat Al Falaq 1 kali, Surat An Nas 1 kali
3. Membaca doa berikut:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ وَصَلىَّ اللهُ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ يَا شَدِيْدَ الْقُوَى وَيَا شَدِيْدَ الْمِحَالِ يَا عَزِيْزُ ذَلَّتْ لِعِزَّتِكَ جَمِيْعُ خَلْقِكَ اِكْفِنِيْ مِنْ جَمِيْعِ خَلْقِكَ يَا مُحْسِنُ يَا مُجَمِّلُ يَا مُتَفَضِّلُ يَا مُنْعِمُ يَا مُكْرِمُ يَا مَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا أَنْتَ اِرْحَمْنِيْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اللهم بِسِرِّ الْحَسَنِ وَأَخِيْهِ وَجَدِّهِ وَأَبِيْهِ وَأُمِّهِ وَبَنِيْهِ اِكْفِنِيْ شَرَّ هَذَا الْيَوْمِ وَمَا يَنْزِلُ فِيْهِ يَا كَافِيَ الْمُهِمَّاتِ يَا دَافِعَ الْبَلِيَّاتِ فَسَيَكْفِيْكَهُمُ اللهُ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَحَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَصَلىَّ اللهُ تَعَالىَ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ الِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Artinya: "Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Semoga Allah memberikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya serta sahabat-sahabatnya. Ya Allah, yang Maha Perkasa, segala makhluk tunduk kepada kemuliaan-Mu. Lindungilah aku dari segala makhluk-Mu. Wahai dzat yang Maha Baik, yang Maha Indah, yang Maha Pemurah, yang Maha Pemberi, dan yang Maha Mulia, sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Engkau. Berikanlah aku rahmat-Mu wahai dzat yang Maha Pemurah di antara yang pemurah. Ya Allah, dengan rahasia Hasan, saudara kandungnya, kakeknya, ayahnya, ibunya, dan anak-anaknya, lindungilah aku dari segala kejahatan hari ini dan apa yang turun pada hari ini. Wahai yang Maha Cukup untuk mengatasi semua urusan, wahai yang Maha Menjauhkan bencana. Cukuplah Allah sebagai pelindung kami dan Dia-lah sebaik-baiknya pelindung. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali atas izin Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Semoga Allah memberikan shalawat kepada Sayyidina Muhammad dan keluarganya serta sahabat-sahabatnya." (Syaiful Habib)