• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Kamis, 16 Mei 2024

Keislaman

Melupakan Hafalan Al-Qur’an Dosa Besar, Apa Maksudnya Lupa?

Melupakan Hafalan Al-Qur’an Dosa Besar, Apa Maksudnya Lupa?
Ilustrasi. (NUO)
Ilustrasi. (NUO)

Melupakan Hafalan Al-Qur’an Dosa Besar, Apa Maksudnya Lupa?

 

PADA masa kekhalifahan Sayyidina Abu Bakar as-Shiddiq, Sayyidina Umar bin Khattab mengusulkan agar menyusun tulisan-tulisan Al-Qur’an yang berserakan–di lempengan batu, pelepah kurma, kulit binatang, dan kepingan tulang–ke dalam satu mushaf.

 

Usulan Umar bin Khattab itu tidak lepas dari kondisi saat itu, di mana sebanyak 70 sahabat penghafal Al-Qur’an gugur dalam Perang Yamamah, peperangan melawan orang-orang yang murtad sepeninggal wafatnya Nabi Muhammad. Melihat kejadian itu, Umar bin Khattab khawatir dan usul agar Al-Qur’an dibukukan. Semula Abu Bakar As-Shiddiq keberatan dengan usulan Umar tersebut, karena pada zaman Nabi hal itu tidak dilakukan, namun akhirnya dia sepakat.

 

Abu Bakar menugaskan beberapa orang untuk menyelesaikan tugas pengumpulan tulisan-tulisan Al-Qur’an, di antaranya Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, dan Ubay bin Ka’ab. Zaid bin Tsabit, selaku sekretaris pribadi Nabi Muhammad, ditunjuk menjadi sebagai ketua pelaksana.

 


Tentu, ketika itu, masih sangat banyak para sahabat yang hafal Al-Qur’an. Dengan  pengumpulan tulisan-tulisan Al-Qur’an, umat Islam pada zaman selanjutnya sangat dimudahkan dan sangat terbantu.

 


Terkait hafalan Al-Qur’an ini, para ulama menyatakan bahwa melupakan hafalan Al-Qur’an itu termasuk dosa besar. Apa yang dimaksudkan lupa dalam hal ini, lupa tidak hafal lagi? Atau lupa hingga tidak dapat membaca?


Muktamar Nahdlatul Ulama ke-4 di Semarang, Jawa Tengah, yang dilaksanakan 14 Rabius Tsani 1348/19 September 1929, seperti dikutip dari Juz Awal Ahkamul Fuqaha fi Muqarrarat Mu’tamirat Nahdlatil Ulama, Kumpulan Masalah Diniyah dalam Muktamar Nahdlatul Ulama PBNU, Penerbit CV Toha Putra Semarang, menjawab sebagai berikut:


Yang dimaksud lupa di sini adalah lupa tidak hafal lagi karena kelengahannya meski masih dapat membaca Al-Qur’an.

Rujukan: Kitab Fatawi Kubra


ان المراد بالنسيان هو النسيان عن ظهر قلب بالتقصير. ولو مع استطاعة قراءته فى المصحف كما فى الفتاوى الكبرى . ونصه : وقد علم مما قررته ان المدار فى النسيان انما هو على الازالة عن القوة الحافظة بحيث لايحفظه عن ظهر قلب كالصفة التى كان يحفظه قبل. الى ان قال : وانما المراد نسيان ينسب فيه الى التقصير.

 


Wallahu a’lam bis shawab
 


Keislaman Terbaru