Khutbah

Khutbah Jumat: Yang Tersisa dari Ramadhan

Kamis, 18 April 2024 | 11:39 WIB

Khutbah Jumat: Yang Tersisa dari Ramadhan

Ilustrasi Ramadhan. (Foto: Freepik)

Khutbah I
اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلى الِه وَأصْحابِه وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ
 
 
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah 
Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt dengan menjalankan segala perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Semoga kita senantiasa mendapat rahmat dan hidayah dari Allah subhanahu wa ta'ala. 

 
Jamaah Jumat rahimakumullah Kini kita tengah berada di Bulan Syawal 1445 H. Bulan Ramadhan sudah meninggalkan kita, tanpa adanya kepastian apakah di tahun mendatang kita masih bisa berjumpa dengannya, menggapai keutamaan keutamaannya, memenuhi nuansa ibadah yang dibawanya, atau justru Allah telah memanggil  kita. Kita juga tidak pernah tahu dan tidak pernah mendapat kepastian apakah ibadah-ibadah kita selama Ramadhan kemarin diterima oleh Allah swt atau  tidak. Dua ketidakpastian inilah yang membuat sebagian salafus shalih (para ulama zaman dahulu) berdoa selama enam bulan sejak Syawal hingga Rabiul  Awal agar ibadahnya selama Ramadhan diterima, lalu dari Rabiul Awal hingga Sya'ban berdoa agar dipertemukan kembali dengan Ramadhan berikutnya. 

 
Jamaah Shalat Jumat yang dirahmati Allah
Ada sebuah perkataan ulama yang disimpulkan oleh Ibnu Rajab Al-Hambali dan Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya dari tafsir Surat Al-Lail, juga kaidah ini juga disampaikan oleh ulama lainnya. Mereka berkata yang artinya:  

 
“Sesungguhnya di antara balasan kebaikan adalah kebaikan selanjutnya. Dan di antara balasan dari amalan kejelekan adalah kejelekan selanjutnya.” 

 
Berarti tanda suatu amalan itu diterima adalah kalau dilanjutkan dengan kebaikan selanjutnya, dan tanda suatu amalan tidak diterima adalah jika dilanjutkan  dengan kejelekan selanjutnya. 

 
Jamaah Shalat Jumat rahimakumullah
Kenyataan kondisi dalam peribadatan akan menemukan beberapa kenyataan pada sebagian kaum Muslimin setelah Ramadhan. 


Kenyataan pertama:
Malas mengerjakan shalat lima waktu, lebih-lebih lagi untuk Shalat Shubuh karena ba’da Ramadhan tidak lagi punya kebiasaan makan sahur.Padahal shalat adalah suatu kewajiban yang mesti diperhatikan. Terkhusus lagi Shalat Shubuh jika dijaga  dengan baik, maka akan terselamatkan dari sifat kemunafikan. 
 
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya kurang lebih:

 
“Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang munafik selain dari Shalat Shubuh dan shalat ‘Isya’. Seandainya mereka tahu keutamaan yang ada pada kedua shalat tersebut, tentu mereka akan mendatanginya walau sambil merangkak.” (HR  Bukhari, No 657)
 
Kenyataan kedua:
Masjid mulai sepi bahkan kadang tidak ada kumandang adzan.  Perhatikanlah kisah cerita ada seorang laki-laki buta mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu dia berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku tidak  memiliki orang yang menuntunku ke masjid’. Kemudian pria ini meminta pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar diberi keringanan untuk shalat di rumah.  

 
Pada mulanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallammemberi dia keringanan. Namun, tatkala dia hendak berpaling, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggilnya lagi lantas berkata, “Apakah engkau mendengar adzan ketika shalat?” Laki-laki buta tersebut menjawab, “Iya.” Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan,“Penuhilah panggilan azan tersebut.” (HR Muslim) 

 
Kalau seseorang yang buta saja tetap diwajibkan shalat berjamaah. Bagaimana dengan kita dalam keadaan sehat badan dan penglihatan pun masih normal? 

 
Kenyataan ketiga:
Shalat malam sudah enggan, padahal di Bulan Ramadhan tak pernah absen Shalat Tarawih. Coba perhatikan ada orang yang tidurnya sampai Shubuh tiba, ia tidak bangun untuk shalat malam, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencelanya ketika itu  dengan mengatakan,“Demikianlah setan telah mengencingi kedua telinganya” (HR An-Nasa’i, 1609; Ibnu Majah, 1330)
 
Juga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencela pula orang yang dahulu rajin shalat malam, namun sekarang meninggalkannya. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Wahai Abdullah, janganlah engkau seperti si A. Dulu dia  biasa mengerjakan shalat malam, namun sekarang dia tidak  mengerjakannya lagi.” (HR Bukhari: 1152) 

 
Itulah kenyataan yang kita hadapi setelah Ramadhan yang seharusnya tak boleh terjadi. Semoga kita senantiasa mendapat kan rahmat dan berkah dari Allah.
 
بَارَكَ اللَّهُ لِىْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِيْ وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَاِيَّاكُمْ تِلاَ وَتَه اِنَّه هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمِ
 
 
Khutbah II
الْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَه لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِه وِأَصْحَابِه وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلى يَوْمِ الدّيْن. اَمَّا بَعْدُ
فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ تَعَالى وَذَرُوا الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ وَمَا بَطَنْ، وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمُعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.  وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ، فَقَالَ تَعَالى وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَه يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيّ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا  اَللّهُمَّ صَلِّ عَلى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعوةِ،  اللّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ وَالجُنُونِ والجُذَامِ وَسَيِّءِ الأسْقَامِ  رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا, اللّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدى والتُّقَى والعَفَافَ والغِنى، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ  وَصَلَّى اللهُ عَلى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِه وَصَحْبِه و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبى ويَنْهى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
 
 
Diolah dari Nidaul Ummah, PCNU Bantul, Jogja