Di Antara Tujuan Berdirinya NU Adalah Menjaga Aqidah Umat Muhammad
Jumat, 5 September 2025 | 08:58 WIB
Tangerang Selatan, NU Online Banten
Sudah maklum, di antara tujuan berdirinya jam’iyyah Nahdlatul Ulama (NU) adalah menjaga aqidah umat Muhammad.’’Yaitu aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah yang merupakan golongan terbesar atau terbanyak dari pengikut Madzhab Al Asya’irah dan Al Maturidiyah. Ini berdasar apa yang disabdakan Rasulullah,’’ ujar Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Tangerang Selatan (Tangsel) Kiai Muhammad Hanifuddin saat ngaji Kitab Syarhun Lathifun ‘ala Muqaddimatil Qanunil Asasiyyi li Jam’iyyati Nahdatil Ulama di Lantai 3 Graha Aswaja NU Tangsel, Ciputat, Tangsel, Selasa (2/9/2025) malam.
Al Asya’irah adalah sebutan pengikut Imam Abil Hasan Al Asy’ari. Sedangkan Al Maturidiyah merupakan sebutan pengikut Imam Abi Mansur Al Maturidi. Keduanya paling banyak diikuti oleh umat Muhammad. ’’Dalam segi tingkatan, zaman, dan tempat hingga saat ini,’’ imbuh kiai berkacamata asal Sragen, Jawa Tengah, tersebut.
Dan kepada Allah, lanjutnya, segala puji atas anugerah yang besar, termasuk hal tersebut.’’Maka wajib bagi kita memuji Allah atas segala nikmat yang telah diberikan. Lebih-lebih nikmat aqidah yang selamat. Ini merupakan paling besarnya nikmat. Oleh karena itu, harus memuji dan bersyukur dibarengi takbir dengan makna yang luas, yakni takbir dalam dzat, sifat, af’al, nama, dan hukum-hukum Allah,’’ terangnya.
Malam itu, santri almaghfurlah KH Ali Mustafa Yakub, pendiri Pondok Pesantren Darus-Sunnah, Tangsel, itu membaca kitab mulai halaman 46, ayat ketujuh, hingga halaman 49. Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama, mengambil rujukan ayat 111 Surat Al Isra untuk Mukaddimah Qanun Asasi yang ditulisnya.
Dalam halaman 48, antara lain menyajikan perkataan ulama bahwa ada tiga hal yang membuat syukur kepada Allah menjadi sempurna. ’’Syukur melalui lisan dengan membaca alhamdulillah, syukur melalui perbuatan atau tindakan dengan taat dan menjauhi maksiat, serta syukur melalui hati dengan meyakini segala nikmat itu merupakan anugerah Allah,’’ kata pria yang pernah sembilan tahun menimba ilmu di Pondok Pesantren Ringinagung, Kediri, Jawa Timur, itu.
Ayat tersebut, lanjutnya, mengingatkan agar menjaga aqidah dengan benar.’’Allah tidak punya anak, tidak bersekutu, dan penolong. Itu tidak pantas bagi Allah,’’ tegas dosen Pondok Pesantren Darus-Sunnah, itu.
Sekadar diketahui, ngaji kitab rutin ini dilaksanakan setiap Selasa malam. Satu rangkaian dengan istighotsah dan pembacaan Shalawat Nariyah yang rutin digelar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Tangsel. Hanya malam itu, sedikit berbeda. Sebab, dilaksanakan Istighotsah dan Doa Bersama untuk Keselamatan Bangsa menyikapi kondisi terkini.
Perlu diketahui juga, Mukaddimah Qanun Asasi disusun Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari. Dalam menulis qanun asasi itu, Hadratussyekh merujuk sebanyak 35 ayat dan 9 hadist sebagai pijakan. Sedangkan Kitab Syarhun Lathifun ‘ala Muqaddimatil Qanunil Asasiyyi li Jam’iyyati Nahdatil Ulama ditulis Khoiruddin Habziz, santri dan pengurus Ma’had Aly Situbondo, Jawa Timur. Kitab ini diberi pengantar oleh Wakil Rais ’Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Afifuddin Muhajir, yang juga mengajar di Ma’had Aly Situbondo. (Mutho)
Terpopuler
1
Krisis Kepemimpinan, Manajemen Konflik, dan Budaya Malu
2
Koalisi Masyarakat Sipil Nilai Pidato Presiden Tak Peka Keresahan Rakyat
3
Akademisi Australia Ini Sebut Gus Dur Jadikan Islam Lebih Kontekstual
4
Khutbah Jumat: Uswah Hasanah Nabi Muhammad
5
Gempa Bumi di Afganistan, Telan Korban Jiwa Ratusan Orang
6
Ingin Damai, Pemuda Lintas Iman Kota Serang Berdoa untuk Bangsa
Terkini
Lihat Semua