Nasional

Ketum PBNU Gus Yahya: Masuk Fase Keempat, PBNU Solid, Terorganisir, dan Dihormati

Selasa, 25 Februari 2025 | 22:58 WIB

Ketum PBNU Gus Yahya: Masuk Fase Keempat, PBNU Solid, Terorganisir, dan Dihormati

Ketum PBNU Gus Yahya pada kegiatan Tarhib Ramadhan 1446 H yang diselenggarakan secara virtual bersama PWNU dan PCNU Se-Indonesia, Selasa (25/2/2024). (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online Banten

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengatakan bahwa kepengurusan periode ini memasuki fase keempat dalam pengembangan sistem organisasi yang menyerupai sistem pemerintahan (governing system). 

 

Gus Yahya memaparkan bahwa tahapan pembangunan organisasi ini telah melalui proses panjang dan terstruktur. Dengan langkah ini, eksistensi Nahdlatul Ulama semakin solid, terorganisir, dan dihormati oleh banyak pihak.

 

“Alhamdulillah, sekarang kita sudah menemukan gambaran tentang bagaimana supaya strategi kita , agenda yang sudah kita rancang itu bisa dilaksanakan diimplementasikan dengan lebih akseleratif artinya ada percepatan,” katanya pada Tarhib Ramadhan 1446 H yang dilaksanakan secara virtual, Selasa (25/2/2024).

 

Pada tahap pertama, PBNU fokus menyusun desain sistem organisasi, yang mencakup perumusan peraturan, pembagian tugas, wewenang, prosedur, hingga sistem pelatihan kader.   

 

Tahap kedua dilakukan upaya membangkitkan semangat dan moral para pengurus serta jamaah NU, yang puncaknya terjadi saat peringatan 1 Abad NU. Momentum tersebut menurutnya berhasil menciptakan rasa kebersamaan yang kuat dan mendorong kontribusi lebih besar dari seluruh elemen organisasi.  

 

Memasuki tahap ketiga, PBNU melakukan konsolidasi organisasi dengan mengimplementasikan desain program yang telah dirumuskan. Langkah ini meliputi validasi dan verifikasi kepengurusan, penataan konferensi di tingkat wilayah dan cabang, pelatihan kader secara intensif, serta pelaksanaan program yang menyasar keluarga dan masyarakat.  

 

Fase keempat yang sedang berjalan difokuskan pada percepatan konsolidasi melalui tiga aspek utama. Pertama, tata kelola organisasi diperkuat agar lebih efektif dan efisien. Kedua, konsolidasi sumber daya manusia, budaya, dan pembiayaan dilakukan untuk meningkatkan daya dukung organisasi. Ketiga, agenda organisasi diharmonisasi untuk memastikan keselarasan program di semua tingkatan.

 

Dalam proses ini, PBNU juga mengumpulkan data kapasitas kinerja dari setiap unit organisasi dan mengidentifikasi kisah sukses maupun kendala yang dihadapi di berbagai wilayah sebagai bahan evaluasi dan perbaikan ke depan.  

 

“Implementasi yang dapat kita jadikan landasan untuk bergerak lebih progresif ke depan maka kita laksanakan misalnya validasi dan verifikasi kepengurusan,” ungkapnya pada pertemuan yang dihadiri oleh PWNU dan PCNU Se-Indonesia seperti dilansir NU Online.

 

Ia menyebut hasil dari upaya konsolidasi ini menunjukkan peningkatan soliditas organisasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Legitimasi NU di mata eksternal, termasuk pemerintah dan masyarakat, semakin kuat. Hal ini dibuktikan dengan terjalinnya kerja sama dengan berbagai kementerian dan lembaga melalui penandatanganan nota kesepahaman (MoU).  

 

Gus Yahya menegaskan bahwa kondisi NU saat ini jauh lebih solid, terorganisir, dan dihormati. Konsolidasi yang kuat ini menjadi modal penting untuk mempercepat pencapaian tujuan organisasi sekaligus memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat Indonesia.  

 

Sementara Wakil Rais ‘Aam PBNU KH M Anwar Iskandar dalam tausiyahnya bahwa pertemuan tersebut bertujuan untuk tarhib Ramadhan, yaitu penyambutan bulan suci Ramadhan. Terkait awal Ramadhan ia menyebutkan pentingnya menghormati perbedaan dalam penetapan awal Ramadhan dan menekankan bahwa hak penetapan (isbat) awal Ramadhan berada pada pemerintah. NU, sebagai organisasi, akan mengikuti hasil keputusan resmi pemerintah.  

 

“Ramadhan adalah momen untuk mengenali jati diri dan melatih pengendalian diri. Puasa mengajarkan kita menahan diri dari hal yang halal seperti makan dan minum di siang hari, untuk membentuk keseimbangan antara hati dan nafsu—tidak mematikan nafsu sepenuhnya, tetapi juga tidak membiarkannya liar,” katanya.  

 

Ramadhan jelasnya adalah sarana untuk mencapai kemuliaan dunia dan akhirat dengan mengasah kemampuan diri mengontrol hawa nafsu. (Muhammad Faizin)