Muslimat NU Hadir untuk Membina Perempuan secara Baik dan Layak
Senin, 12 Mei 2025 | 22:29 WIB
Jakarta, NU Online Banten
Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengatakan, perjuangan Muslimat NU dimulai dari pendidikan untuk kaum perempuan. Hadirnya Muslimat NU juga untuk membina perempuan secara baik dan layak. "Saya sampaikan berulang kali dalam berbagai kesempatan bahwa Muslimat Nahdlatul Ulama ini lahir dengan aspirasi untuk melakukan liberasi (pembebasan) bukan liberalisasi ya. Liberasi memerdekakan hak perempuan untuk mendapatkan pendidikan dan mendapatkan fasilitas membangun kapasitasnya sendiri," katanya saat sambutan pada Pelantikan dan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Muslimat NU 2025-2030 di Pendopo Odah Etam, Samarinda, Kalimantan Timur, Sabtu (10/5/2025).
Menurut Gus Yahya—sapaan karib KH Yahya Cholil Staquf--, Muslimat NU memiliki peranannya sendiri di tengah-tengah masyarakat dan membawa dampak positif akibat usaha yang ditekuni, bukan sekadar menginduk kepada NU. "Muslimat lahir dan tumbuh tidak sebagai struktur tambahan dari struktur organisasi NU, tapi memang sungguh diinisiasi sebagai gerakan perempuan. Maka kita bisa saksikan dari catatan sejarah bagaimana Muslimat membuat prestasi-prestasinya sendiri," katanya, dilansir NU Online.
Ditambahkan, perjuangan Muslimat NU memang sangat relevan dengan perjuangan NU dari masa ke masa, akan tetapi dengan cara-caranya sendiri di dalam melaksanakan peranannya di tengah-tengah masyarakat, bangsa, dan negara. "Maka lahirlah Muslimat NU ini sebagai perjuangan ibu-ibu untuk membangun kualitas perempuan-perempuan Nadlatul Ulama. Dimulai dengan pendidikan perempuan sampai kepada pengembangan peran perempuan," terangnya.
Prinsip pembebasan hak perempuan yang dimulai dari pendidikan itu, lanjutnya, terinspirasi oleh hadist tentang menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban yang sama antara Muslim laki-laki dan perempuan. "Bahwa menuntut ilmu, mengembangkan kapasitas diri itu wajib bagi laki-laki maupun perempuan. Karena wajib, maka tidak boleh ada yang dibatasi. Perempuan tidak boleh dibatasi dalam mengembangkan kapasitas diri karena itu wajib bagi dirinya," jelasnya.
Jika sudah berkembang, imbuhnya, urusan-urusan kemasyarakatan atau sosial dapat dipercayakan kepada Muslimat NU, karena memang sudah ahli atau memiliki dasar ilmunya. "Kalau urusan itu diserahkan kepada bukan ahlinya, ya tunggu kiamatnya. Maka urusan itu harus diserahkan kepada ahlinya, kepada yang paling kompeten tidak peduli laki-laki atau perempuan," tegasnya.
Menurutnya, jika sudah terjadi kesetaraan kapasitas dan kemampuan antara laki-laki dan perempuan, maka ke depan makin banyak kompetensi bagus dan terampil untuk menjadi pelayan yang dibutuhkan di dalam masyarakat. "Saya dari atas dari podium ini melihat ibu-ibu ini sudah luar biasa ini berbagai macam kompetensi ya yang unggul yang dibutuhkan oleh bangsa dan negara ini pasti banyak sekali," ucapnya.
Pada kesempatan itu, Ketua Umum Dewan Pembina Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa secara resmi mendeklarasikan Asosiasi Guru Besar Muslimat NU.
Gus Yahya dalam kesempatan itu juga mengucapkan selamat atas pendirian asosiasi tersebut. Baginya, asosiasi itu menjadi wadah kompetensi yang sangat beragam di dalam Muslimat NU.
Khofifah mengatakan, deklarasi Asosiasi Profesor Muslimat NU menjadi respons atas aspirasi para guru besar di lingkungan Muslimat NU yang ingin berbagi pemikiran dan kontribusi keilmuan. “Sudah cukup lama guru besar di Muslimat NU ingin ada asosiasi maka tadi itu adalah deklarasi Asosiasi Muslimat NU, insyaallah akan dikristalisasi strukturnya,” katanya saat sambutan.
Sementara itu, Katib 'Aam PBNU KH Ahmad Said Asrori melalui Surat Keputusan PBNU Nomor 3808/PB.01/A.II.01.27/99/04/2025 melantik Pimpinan Pusat (PP) Muslimat NU masa Khidmah 2025-2030. Pelantikan yang dibarengi dengan rakernas berlangsung di Pendopo Odah Etam, Samarinda, pada Sabtu (10/5/2025).
Ketua Umum (Ketum) Dewan Pembina PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa, Ketua PP Muslimat NU Arifatul Choiri Fauzi, beserta para jajaran mulanya dipanggil satu-persatu naik ke atas panggung oleh Sekretaris Jenderal PBNU H Saifullah Yusuf.
Pada kesempatan itu, Ketum Dewan Pembina PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa menginginkan agar seluruh pengurus dapat melaksanakan pengabdiannya dengan sebaik-baiknya dalam menjalankan amanah di Muslimat NU.
“Muslimat NU harus menjadi pelopor gerakan sosial yang membumi dan berdampak. Kita harus hadir di tengah masyarakat dengan solusi nyata dan pendekatan berkelanjutan. Kolaborasi lintas sektor dan partisipasi aktif seluruh anggota adalah kunci keberhasilan kita,” ucapnya dalam sambutan.
Sedangkan Ketua PP Muslimat NU 2025–2030 Arifatul Choiri Fauzi menginginkan agar kepengurusan yang baru hadir dengan semangat perubahan yang lebih inklusif, terbuka untuk berbagai kalangan, menjunjung tinggi semangat kolaborasi, serta mampu beradaptasi dengan berbagai tantangan zaman yang terus berkembang.
“Kami akan memastikan Muslimat NU tetap relevan. Perempuan Indonesia tidak hanya perlu dilindungi, tetapi juga diberdayakan agar bisa berkontribusi penuh dalam pembangunan bangsa,” ujarnya.
Seperti diberitakan, Khofifah serta Arifah telah terlipih sebagai ketum Dewan Pembina dan ketua PP Muslimat NU 2025-2030 dalam Kongres XVIII Muslimat NU di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (14/2/2024). (Haekal Attar)
Terpopuler
1
Konsensus Bangsa Butuh Diaktualisasikan dengan Realitas Masa Kini
2
Ketua PWNU Banten: Kader Harus Mandiri dalam Berkhidmat
3
Dituding Terima Aliran Dana Perusahaan Tambang di Raja Ampat, Ini Kata PBNU
4
PBNU Tak Mengeluarkan Rekomendasi Apa pun terkait Jabatan
5
Israel Serang Iran, Ini Seruan Ketum PBNU
6
PCNU Pandeglang Gelar PMKNU Angkatan I, Catat Tanggalnya
Terkini
Lihat Semua