Paus-Imam Besar Istiqlal Cium Tangan-Kening, Pesan Persahabatan yang Tulus
Jumat, 6 September 2024 | 10:37 WIB
Jakarta, NU Online Banten
Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar mencium kening Pemimpin Gereja Katolik Dunia Paus Fransiskus. Kemudian Paus Fransiskus merespons dengan mencium tangan Kiai Nasar. Momen itu terjadi saat kedua tokoh tersebut baru selesai melakukan foto bersama usai Interreligious Meeting (pertemuan antaragama) di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (5/9/2024).
Ketua Lembaga Seni dan Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Jadul Maula mengatakan, momen tersebut menggambarkan sikap penuh kedewasaan dan kebijaksanaan antara dua tokoh agama besar itu, meski dua agama tersebut pernah mempunyai hubungan pertikaian dan peperangan yang traumatis di masa lampau.
"Kedua tokoh agama ini sedang menyampaikan pesan hubungan persahabatan yang tulus, akrab-hangat dengan menjaga kesopanan dan saling menghormati dalam bahasa adat dan budaya masing-masing," katanya dihubungi NU Online Kamis (5/9/2024) sore.
Dia juga menjelaskan, keduanya dapat keluar dari jeratan pola-pola yang destruktif sehingga mengubahnya dengan pola-pola baru yang konstruktif. "Tentu saja, itu pemandangan yang indah, sejuk dan menyejukkan, di tengah situasi dunia yang sangat panas oleh deraan perang genosida oleh Israel atas Palestina dan juga kondisi negara kita yang sedang panas oleh pertikaian politik kekuasaan," jelasnya.
Kiai Jadul mengingatkan agar masyarakat umum bisa meneladani apa yang ditunjukkan oleh kedua tokoh agama yang berbeda itu, yakni dengan melakukan pertukaran budaya yang akrab dan hangat.
Dalam pertemuan antaragama ini, hadir pula beberapa tokoh. Di antaranya Wakil Menteri Agama Saiful Rahmat Dasuki, Wakil Presiden Ke-10 dan 12 Jusuf Kalla, Ibu Negara Ke-4 Sinta Nuriyah, Ketua PBNU KH Ulil Abshar Abdalla, dan KH Ahmad Fahrur Rozi, serta KH Quraish Shihab dan KH Alwi Shihab, beserta sejumlah tokoh lainnya dari berbagai agama.
Di bagian lain, ada momen menarik terjadi saat Paus tampak menyimak lantunan dua ayat Al-Qur'an yang dibacakan oleh seorang anak perempuan hafidzah tunanetra Kayla Nur Syahwa Syakhila asal Tangerang Selatan. Kayla membacakan dua ayat tentang keimanan dan hidup bersama.
Kejadian itu terekam jelas saat Paus Fransiskus menghadiri Interreligious Meeting di Masjid Istiqlal sebagai salah satu agenda kunjungan apostolik ke Indonesia, pada Kamis (5/9/2024).
Ketika itu, Kayla membacakan Surat Al-Baqarah ayat 62. Dilansir NU Online, ayat tersebut memiliki arti tentang siapa saja di antara pemeluk agama samawi yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hatinya tak ada rasa takut dan tak akan bersedih hati. "Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang sabi'in, siapa saja (di antara mereka) yang beriman kepada Allah dan hari akhir, dan melakukan kebajikan, mereka mendapat pahala dari Tuhannya, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati," begitu arti dari ayat yang dibacakan Kayla.
Lalu, Kayla membacakan Surat Al-Hujurat ayat 13. Dilansir NU Online, ayat ini menyiratkan soal pentingnya hidup bersama di antara perbedaan yang ada dengan tujuan agar saling mengenal. "Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti," demikian arti ayat kedua yang dibaca Kayla.
Usai menyimak pembacaan Al-Qur'an, Paus mendengarkan Pastur Mikail Endro Susanto dari Keuskupan Bogor yang membacakan Lukas 10: 25-37 dengan judul Orang Samaria yang Murah Hati.
Setelah itu, Paus Fransiskus menyampaikan pidato dan berpesan agar umat dari berbagai kepercayaan dapat semakin terbuka dengan dialog lintas iman untuk mencirikan simbol Indonesia yang damai dalam keberagaman.
"Saya berharap komunitas-komunitas kita dapat semakin terbuka bagi dialog antarumat beragama dan semoga menjadi sebuah simbol kehidupan bersama yang damai yang mencirikan Indonesia," tuturnya.
Berikutnya, Paus dan Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar menandatangani Naskah Deklarasi Istiqlal Dehumanisasi dan Perubahan Iklim. Deklarasi Istiqlal ini dibacakan oleh Tri Harsono dari Konferensi Waligereja Indonesia yang kemudian dilanjutkan oleh Ismail Chawidu dari Masjid Istiqlal. Sejumlah tokoh pemimpin umat agama lintas iman juga turut serta dalam pendeklarasian tersebut, antara lain KH Ahmad Fahrur Rozi (NU), Abdul Mu'ti (Muhammadiyah), Jacky Manuputty (Kristen), Wishnu Bawa Tenaya (Hindu), Philip Wijaya (Buddhis Permabudi), Bhante Dhammasubho (Buddhis Walubi), dan Budi S Tanuwibowo (Konghucu).
Naskah Deklarasi Istiqlal itu kemudian ditandatangani Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal Prof KH Nasaruddin Umar. Berikut ini merupakan naskah lengkap Deklarasi Istiqlal 2024:
Deklarasi Bersama Istiqlal 2024
Meneguhkan kerukunan umat beragama untuk kemanusiaan. Seperti yang bisa dilihat dari kejadian beberapa dekade terakhir, dunia kita jelas sedang menghadapi dua krisis serius; dehumanisasi dan perubahan iklim.
Yang pertama, fenomena global dehumanisasi ditandai terutama dengan meluasnya kekerasan dan konflik yang seringkali membawa jumlah korban yang mengkhawatirkan. Yang lebih mengkhawatirkan adalah agama seringkali diperalat dalam hal ini sehingga mengakibatkan penderitaan bagi banyak orang, terutama perempuan, anak-anak, dan orang lanjut usia. Padahal peran agama harus mencakup peningkatan dan pemeliharaan martabat setiap kehidupan manusia.
Kedua, eksploitasi manusia atas ciptaan rumah kita bersama telah berkontribusi terhadap perubahan iklim yang menimbulkan berbagai konsekuensi destruktif seperti bencana alam, pemanasan global, dan pola cuaca yang tidak dapat diprediksi.
Krisis lingkungan yang sedang berlangsung ini telah menjadi hambatan bagi kehidupan bersama yang harmonis di antara masyarakat.
Menyikapi kedua krisis tersebut, sambil berpedoman kepada ajaran agama masing-masing dan mengakui kontribusi dasar dan falsafah negara Pancasila di Indonesia, kami bersama para pemimpin agama lain yang hadir menyerukan hal-hal sebagai berikut:
1. Nilai-nilai yang dianut oleh tradisi agama-agama kita harus dimajukan secara efektif untuk mengalahkan budaya kekerasan dan ketidakpedulian yang melanda dunia kita. Sejatinya, nilai-nilai agama harus dikerahkan untuk meningkatkan budaya hormat, martabat, bela rasa, rekonsiliasi, dan solidaritas persaudaraan untuk mengatasi dehumanisasi dan perusakan lingkungan.
2. Para pemimpin agama, khususnya terinspirasi oleh narasi dan tradisi rohani masing-masing, harus bekerja sama menanggapi krisis-krisis tersebut di atas, mengidentifikasi penyebabnya, dan mengambil tindakan yang tepat.
3. Oleh karena terdapat satu keluarga umat manusia di seluruh dunia, dialog antarumat beragama harus diakui sebagai sebuah sarana yang efektif untuk menyelesaikan konflik-konflik lokal, regional, dan internasional. Terutama konflik-konflik yang dipicu oleh penyalahgunaan agama. Selain itu, keyakinan dan ritual-ritual agama kita memiliki kapasitas khusus untuk menyentuh hati manusia dengan menumbuhkan rasa hormat yang lebih dalam terhadap martabat manusia.
4. Menyadari bahwa lingkungan hidup yang sehat, damai, dan harmonis sangat penting menjadi hamba Allah dan pemelihara ciptaan yang sejati kami dengan tulus mengimbau semua orang yang berkehendak baik untuk mengambil tindakan tegas guna menjaga keutuhan lingkungan hidup dan sumber dayanya karena kita telah mewarisinya dari generasi sebelumnya dan berharap untuk dapat meneruskannya kepada anak cucu kita.
Usai pertemuan di Masjid Istiqlal, Paus Fransiskus akan menyapa puluhan ribu Umat Katolik saat Misa di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. (Haekal Attar, Afrilia Tristara)
Terpopuler
1
Diklatsar Banser PAC Cisauk Angkatan II Dibuka, Catat Tanggalnya dan Daftar Segera!
2
Khutbah Jumat: Evaluasi Diri di Ujung Tahun
3
Pernyataan Menbud yang Sangkal Perkosaan Masal 1998 Dinilai Mencoba Menghilangkan Narasi Sejarah
4
Rusia Terbuka untuk Kerja Sama Nuklir dengan Indonesia
5
Jadi Kader IPNU-IPPNU Butuh Semangat dan Istiqamah
6
Kader Fatayat Diharap Konsisten Semangat
Terkini
Lihat Semua