Jakarta, NU Online Banten
Sejumlah menteri Kabinet Merah Putih mendatangi Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jakarta, setelah dilantik dan diambil sumpah janji oleh Presiden Prabowo Subianto di Istana Negara, Jakarta, Senin (21/10/2024). Mereka meminta restu kepada Rais ’Aam PBNU KH Miftachul Akhyar dan Ketua Umum (Ketum) PBNU KH Yahya Cholil Staquf.
Empat menteri dari kalangan NU tersebut adalah Menteri Agama (Menag) Prof KH Nasaruddin Umar, Menteri Sosial (Mensos) H Saifullah Yusuf, Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia/Kepala Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia Abdul Kadir Karding, dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Menteri PPPA) Arifatul Choiri Fauzi.
Kiai Nasarudin Umar datang bersama Gus Ipul—sapaan Saifullah Yusuf-- pada pukul 15.40 WIB. Disusul Karding pukul 15.58 WIB dan Arifa pada pukul 16.35 WIB. Setelah pertemuan berlangsung di Lantai 4 Gedung PBNU, Kramat Raya, Jakarta, Senin (21/10/2024), Kiai Nasarudin mengatakan bahwa pertemuan itu bertujuan untuk meminta restu kepada PBNU sebelum menjalankan tugas-tugasnya di Kementerian Agama (Kemenag).
Dia menganggap bahwa pertemuan itu seperti silaturahim anak kepada orang tua. "Kita sebagai anak-anak NU, tentu sangat lazim kalau kita sowan kepada orang tua bagaimana cara mendapatkan sesuatu dari Allah. Apa itu musibah atau sebaliknya. Jadi salah satu syukur itu ialah mengungkapkan hal itu kepada orang tua, kepada NU sebagai institusi sangat berjasa di republik ini, maka kita bangga bahwa kita ini adalah anak-anak NU dipercaya oleh bangsa dan negara mengemban amanah di kabinet ini," katanya.
Menurutnya, tradisi sowan bernilai lebih berharga dari nominal uang. Hal ini kerap dilakukan oleh orang-orang yang berasal dari kalangan pesantren."Sowan itu lebih mahal daripada uang. Nah ini yang kami lakukan jadi anak-anak pesantren, kita di pesantren diajarkan berakhlakul karimah," tambahnya.
Dia mengaku meminta doa kepada seluruh pengurus PBNU terutama kepada Rais ’Aam PBNU Miftachul Akhyar dan Ketum PBNU Gus Yahya—sapaan karib KH Yahya Cholil Staquf. "Doa itu adalah induknya, intinya ibadah. Doa itu senjatanya orang beriman. Kalau kita di-back-up oleh pemilik senjata terkuat, maka enak itu, jalan terus," jelasnya.
Sedangkan Karding mengungkapkan kebahagiaan usai melangsungkan pertemuan itu. Apalagi pertemuan tersebut diterima secara lengkap, termasuk Wakil Rais ‘Aam PBNU KH Anwar Iskandar.
Karding berharap mendapatkan doa untuk menjalankan amanah sebagai menteri. Ia juga mengaku tetap sebagai kader NU yang harus mengabdi kepada Nahdlatul Ulama.
"Intinya kami minta untuk didoakan, karena kami ini walaupun berangkatnya beda-beda ke kabinet bahwa kami tetap kader NU yang saya kira tetap harus mengabdi kepada Nahdlatul Ulama, kami tetap profesional, tetapi sebagai kader kami tidak bisa terlepas," tegasnya.
Adapun Arifatul Choiri Fauzi mengatakan, dirinya dipesani agar dapat menjalankan dengan amanah dan bekerja dengan sebaik-baiknya."Karena saya mendapat amanah, maka harus bekerja sebaik-baiknya bekerja secara maksimal yang bisa manfaat pada kemaslahatan umat," katanya.
Arifa mengaku mendapat pesan khusus dari Kiai Miftach bahwa kekuatan pesantren itu ada pada ibu nyai yang punya kekuatan mengatur seluk-beluk di pesantren. "Rais ‘aam berpesan kekuatan pesantren itu ada di bu nyainya. Namun sekarang bu nyai tidak pernah tampil memang, tapi sebetulnya kekuatan itu ada di bu nyai, karena bu nyai yang me-manage atau mengatur semua yang di pesantren. Memang yang bagian keluarnya itu pak kiai. Artinya bahwa perempuan itu tetap punya peran yang luar biasa di dalam keluarga," terangnya.
Sementara itu, perlu diketahui dari sekian yang masuk Kabinet Merah Putih, setidaknya ada 7 alumnus Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang ditugaskan Prabowo menjadi menteri dan wakil menteri. Mereka yaitu Menteri Agama KH Nasaruddin Umar, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Arifatul Choiri Fauzi, Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat Abdul Muhaimin Iskandar, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nusron Wahid, Wakil Menteri Sekretaris Negara Juri Ardiantoro, Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia/Kepala Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia Abdul Kadir Karding, dan Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara Aminuddin Ma’ruf.
Dilansir NU Online, Kiai Nasaruddin merupakan kader PMII Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Alauddin Ujung Pandang. Ia meraih gelar sarjana di kampus yang kini bernama UIN Alauddin Makassar itu pada 1984. Setelah lulus S1 dari IAIN Ujung Pandang, melanjutkan pengembaraan intelektualnya dengan melanjutkan S2 (1990-1992) dan S3 (1993-1998) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta hingga meraih gelar guru besar bidang tafsir.
Dia kader PMII yang konsisten di jalur intelektual. Alumnus Pondok Pesantren As’adiyah Sengkang itu saat ini menjabat rais syuriyah PBNU dan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta. Dia juga pernah mengemban jabatan wakil rektor UIN Jakarta, dirjen Bimas Islam Kementerian Agama, dan wakil menteri agama.
Arifatul Choiri Fauzi Arifatul Choiri Fauzi merupakan kader PMII kelahiran Madura, 28 Juli 1969. Khidmat di NU ia lanjutkan di Muslimat NU. Organisasi perempuan NU itu bergerak di banyak bidang. Di antaranya pendidikan, kesehatan, ekonomi, kesejahteraan sosial, termasuk masalah-masalah perempuan, dan anak. Arifatul Choiri Fauzi banyak terlibat kegiatan pemberdayaan perempuan dan anak di Muslimat NU. Saat ini, ia dipercaya menjadi Pj sekretaris umum Pimpinan Pusat Muslimat NU masih di era kepemimpinan Khofifah Indar Parawansa. Arifa juga menjabat sebagai anggota Komisi Informasi dan Komunikasi MUI Pusat.
Abdul Muhaimin Iskandar atau kerap disapa Cak Imin pernah menapak karir puncak di PMII sebagai ketua umum Pengurus Besar PMII periode 1994-1997. Sejak kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 1991, Cak Imin memang sudah bergelut di bidang aktifis mahasiswa. Karir politik Cak Imin berlanjut di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Ia diajak pamannya, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ke PKB hingga akhirnya berkonflik dengan Gus Dur di PKB.
Saat ini, ia masih aktif sebagai ketua umum DPP PKB dan Ketua Majelis Pembina Nasional (Mabinas) PMII. Pada periode pemerintahan sebelumnya, Cak Imin menjabat sebagai wakil ketua DPR RI. Ia juga pernah menjadi menteri ketenagakerjaan dan transmigrasi.
Nusron Wahid juga pernah menggapai kepemimpinan puncak di PMII sebagai ketua umum PB PMII pada 2000-2003. Nusron aktif di PMII sejak kuliah di Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Indonesia (UI). Pria kelahiran Kudus, 12 Oktober 1973 itu juga pernah memimpin Gerakan Pemuda Ansor sebagai ketua umum Pimpinan Pusat GP Ansor periode 2011-2016. Karir politik dibangun sejak 2004, terpilih menjadi anggota DPR RI dari Partai Golkar hingga 2024.
Di periode pertama era Presiden Joko Widodo, Nusron Wahid dipercaya menjadi Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) 2014-2019.
Juri Ardiantoro aktif di PMII sejak kuliah di Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta (kini UNJ) jurusan Ilmu pendidikan. Ia juga pernah aktif di kepengurusan PKC PMII DKI Jakarta. Setelah 2003 selesai di kepengurusan PMII, pria kelahiran Brebes, 6 April 1973 itu aktif di kajian kepemiluan. Juri tercatat sebagai salah satu pelopor pendirian Komisi Independen Pemantau Pemilu (KIPP). Aktif di bidang kepemiluan menjadikan Juri pernah dipercaya menjadi Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta hingga KPU RI. Karir puncak di KPU pernah ia raih dengan menjadi ketua KPU RI di sisa masa jabatan 2016-2017. Saat ini, peraih doktor di Universitas Malaya Malaysia ini masih menjabat sebagai rektor Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia). Sebelumnya, ia dipercaya menjadi Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) 2019-2024. Juri juga pernah ditunjuk menjadi Staf Khusus (Stafsus) Presiden Jokowi di sisa jabatan 2024.
Abdul Kadir Karding Abdul Kadir Karding mengawali di PMII ketika kuliah di Universitas Diponegoro (Undip). Ia pernah menjadi ketua Komisariat PMII di kampus yang berlokasi di Semarang itu pada 1995-1996. Sebelumnya, Karding juga menjabat sebagai Senat Mahasiswa Fakultas Peternakan Undip pada 1994-1995. Sejak 2009, ia terpilih menjadi anggota DPR RI dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sebelum di DPR RI, pria kelahiran Donggala, Sulawesi Tengah, 25 Maret 1973 itu juga sudah aktif menjadi anggota DPRD Jawa Tengah. Karding juga pernah menjabat sebagai sekretaris jenderal DPP PKB periode 2014-2019.
Aminuddin Ma’ruf merupakan kader PMII termuda di Kabinet Merah Putih (KMP) Presiden Prabowo Subianto. Pria kelahiran Karawang, 27 Juli 1986 itu aktif di PMII sejak kuliah di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Dia menjadi ketua Komisariat PMII di kampus yang terletak di Rawamangun itu. Aminuddin juga pernah menjadi ketua Pengurus Cabang PMII Jakarta Timur. Pucuk karir di PMII ia raih ketika terpilih menjadi ketua umum PB PMII 2014-2017 hasil Kongres PMII di Jambi 2014. Ia mulai bergelut di bidang politik nasional ketika menjadi sekjen Solidaritas Ulama Muda Jokowi (Samawi). Samawi merupakan salah satu organisasi relawan pemenangan Jokowi-Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019 lalu.
Menangnya Jokowi pada 2019 membuat Aminuddin ditunjuk sebagai Staf Khusus Presiden dari kalangan milenial. Pada Pilpres 2024, ia kembali aktif dalam tim pemenangan sebagai wakil sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran. (Haekal Attar, Patoni)
Terpopuler
1
Perang Iran-Israel, PBNU Desak Genjatan Senjata Segera
2
AKN NU Membangun Kader dengan Jiwa Petarung
3
Jadi Kader IPNU-IPPNU Butuh Semangat dan Istiqamah
4
Sopian Terpilih sebagai Ketua PAC Ansor Banjarsari, Baehaqi Jadi Nakhoda Malingping
5
AKN NU sebagai Ikhtiar Lahirkan Pemimpin NU Masa Depan
6
Kader Fatayat Diharap Konsisten Semangat
Terkini
Lihat Semua