• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Kamis, 25 April 2024

Nasional

Wafatnya Abuya Uci dan Berkurangnya Ulama Sufi

Wafatnya Abuya Uci dan Berkurangnya Ulama Sufi
Foto: Istimewa
Foto: Istimewa

oleh:

Abdul Rahman Ahdori

 

Kepulangan KH Abuya Uci Thurtusi ke khadirat ilahi masih merasakan duka yang cukup dalam untuk masyarakat Banten, tidak terkecuali nahdliyin yang tersebar di seluruh pelosok tanah Jawara. Bagi warga NU, sosok Abuya Uci bukan saja pengayom umat tetapi guru sufi yang tidak akan tergantikan. 

 

Tentu masih terkenang dalam ingatan kita semua, setiap almarhum mengisi pengajian di tengah-tengah masyarakat, Abuya tidak pernah lupa memberikan pesan yang mendorong jamaah supaya terus memperbaiki hubungannya dengan Allah SWT (hablu minallah), sebab, katanya usia dunia ini  sudah semakin tua.

 

Zaman modern telah menghadapkan umat Islam kepada fenomena yang susah dibaca oleh nalar. Kondisi bangsa yang semrawut dapat menjadi contoh konkret untuk menterjemahkan fenomena tersebut.

 

Abuya Uci adalah salah satu ulama kharismatik dari Cilongok, Tangerang Banten. Sebuah kampung kecil yang ada di sebelah utara Kabupaten Tangerang. Bagi saya, ajaran dan pepatah Abuya selalu mengandung nilai sufistik yang relevan dijadikan rujukan oleh warga NU. Misalnya bagaimana agar generasi muda tidak tertipu dengan urusan-urusan yang bersifat duniawi. Saatnya menyeimbangkan perkara dunia dengan perkar akhirat.

 

Seseorang yang memilih jalan tasawuf memang cenderung mampu membaca kondisi setiap perkara yang terjadi di dunia, apalagi kesehariannya sebagai ulama. Tegas sekali dalil naqlinya, bahwa ulama adalah pewaris para nabi. Tidaklah heran jika sebagian masyarakat meyakini Abuya Uci adalah Manusia yang diturunkan ke bumi untuk meneruskan perjuangan dakwah Rasulullah SAW.

 

Sejak kecil Abuya Uci dikenal rajin beribadah dan menuntut ilmu. Saking cintanya kepada ilmu pengetahuan agama, Abuya Uci belajar dari pondok pesantren ke pondok pesantren yang ada di Pulau Jawa. Keterampilannya mengurai perkara syariat menambah masyhur putra Abuya Muhtadi ini. Tak heran, pengajian Mingguannya selalu ramai dikunjungi masyarakat dari berbagai daerah. Dalam beberapa kesempatan pengajiannya bisa dihadiri sampai ratusan ribu jamaah.

 

Abuya Uci salah satu kiai Banten yang berbaiat kepada thariqah al-Qadiriyah an-Naqsyabandiyah. Melalui jalan tasawuf inilah Abuya Uci menguatkan peran-perannya sebagai pemuka agama. Bicara tasawuf, Imam Al-Ghazali memberikan penjelasan pendek yang menjadi pokok-pokok dalam tasawuf yakni hablum minallah dan hablum minan nas.

 

Keduanya menjadi ajaran pokok dalam tasawuf. Dua pilar utama tasawuf ini disebutkan oleh Imam Al-Ghazali dalam kitab Ayyuhal Walad. Sebuah kitab untuk mengenalkan dunia tasawuf dan sufi kepada anak-anak.  Bagi Imam Al-Ghazali, upaya menemukan inti dari tasawuf tidak sulit yaitu istiqamah bersama Allah baik secara lahir maupun secara batin.

 

Istqamah yang diterangkan Imam Gazali yakni menuntut kebulatan hati dan kesatuan perbuatan yang sesuai garis agama Islam. Kemudian interaksi secara baik dengan empati terhadap makhluk-Nya.

 

Pada Selasa (6/4) lalu, pemimpin Pondok Pesantren dan Majelis Taklim Al-Istiqlaliyyah di Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang itu menghembuskan nafas terakhirnya karena sakit. Kepergiannya membuat pilu seluruh umat Muslim terkhusus warga Banten. 

 

Abuya Uci adalah putra dari Alm Abuya Dimyathi Cilongok, seorang kiai yang sangat disegani oleh masyarakat Banten. Sehari-hari, Abuya Dimyathi Cilongok mengajar ngaji kepada para santri-santrinya. Abuya Dimyati pun rutin melaksanakan pengajian mingguan untuk masyarakat di luar pesantren Cilongok.

 

Abuya Uci sangat dekat dengan sosok Gus Dur. Kedekatannya itu dibuktikan dari sikap dua ulama ini yang saling mendukung dalam hal penguatan ilmu agama dan akidah umat Muslim di Indonesia. Semasa hidup, Gus Dur beberapa kali mengisi pengajian di pesantren Cilongok. Selain Gus Dur, ulama yang juga dekat dengan Abuya Uci adalah Habib Maulana Lutfi bin Yahya yang saat ini tinggal di Pekalongan, Jawa Tengah.

 

Wafatnya sang Abuya tentu mengurangi jumlah ulama kharismatik yang juga berkedudukan sebagai sufi, meski tidak dapat dihitung secara data. Mudah-mudahan nasihat-nasihat Abuya memberikan manfaat yang luas untuk masyarakat terutama warga NU di Banten. Semoga almarhum ditempatkan di sisi terbaik-Nya. Amin ya Allah ya rabbal alamin. Alfaatihah

 

Penulis adalah warga NU asal Lebak, Banten. Aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan NU Online


Nasional Terbaru