Bos Daging, Maksimalkan Jejaring NU untuk Jalankan Usaha
Tangerang Selatan, NU Online Banten
Ulet dan serius. Itulah yang terlihat dari H Suheri Gunawan. Lulusan S1 ekonomi yang saat ini tinggal di Komplek Depag, Bambu Apus, Pamulang, Tangerang Selatan, itu sudah lama berkecimpung di dunia usaha. ’’Sudah sepuluh tahun lebih,’’ ujar pria yang akrab disapa Herry itu memulai cerita disusul seruputan kopi kental di hadapannya, Rabu (12/4/2023) dini hari.
Ketua Pimpinan Ranting Gerakan Pemuda Ansor Bambu Apus itu mengatakan, selain dagang dia hobi bertani. Pria kelahiran 1984 itu beralasan menjalankan seperti apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam. ’’Untuk memperluas pengetahuan tentang bisnis, saya bekerja ikut dengan orang lain,’’ imbuh pria asal Periuk, Kota Tangerang, itu.
Sebelum terjun di dunia daging, suami Asti Adha itu pernah usaha furniture bersama sejumlah koleganya.’’Selepas itu saya terjun di dunia perlengkapan bayi impor Korea, dengan metode penjualan online pada 2014. Naik turun dunia bisnis perlengkapan bayi hingga akhirnya pada titik terendah. Saya harus bekerja di dunia yang belum saya tahu sebelumnya, daging, pada 2016,’’ terang ayah dari M. Arjil dan M. Ibnu itu.
Dari 2016, kader Nahdlatul Ulama itu ditempa untuk memasarkan produk daging dari toko ke toko. Mulai resto kaki lima sampai hotel bintang 5. ’’Pada 2019, saya berusaha berusaha sendiri dalam dunia daging dengan modal tidak banyak. Mencoba memasarkan daging di sekitaran Jakarta dan Banten. Sedikit demi sedikit, saya maintenance customer, dibantu dengan teman teman Banser, JRA (Jam’iyah Ruqyah Aswaja) yang biasa membantu proses pengiriman daging. Minimal saya bisa membantu sedikit penghasilan teman-teman,’’ tambahnya.
Dia tak memungkiri, persaingan dunia daging mengharuskannya memutar otak agar tetap bisa bertahan.’’Terus belajar dan dari pengalaman ke pengalaman sebagai bahan perbandingan untuk memperluas jaringan. Baik internal pemain daging maupun dengan yang lainnya. Saya punya motto, ingin lebih baik dan bermanfaat bagi orang banyak di dunia daging,’’ tegas Herry yang mengaku dulu memulai usaha daging bermodal sekitar Rp 20 juta.
Modal yang sedikit untuk ukuran bisnis daging. Dengan Rp 20 juta, lanjutnya, hanya cukup untuk membeli beberapa karton saja. ’’Akhirnya dia bermodal rekanan untuk bisa memperoleh barang dengan metode term of payment. Usaha di daging tidak semudah yang dibayangkan. Apalagi kalau tidak bisa membaca segmen pasar. Daging itu fluktuatif tiap harinya,’’ ungkapnya.
Karena ketatnya persaingan, Herry juga melakukan inovasi sehingga pasar lebih tertarik. ’’Baik jenis produk yang dicutting, varian produk dan harganya, dan full service kepada customer, sehingga harus dibuatkan cabang-cabang di mana distrik customer berasa,’’ imbuhnya.
Herry menjual mulai secondary cut, prime cut, sea food, dalam arti daging biasa pada masyarakat umum untuk semur, rendang sampai buat restoran steak striploin, tenderloin, cuberoll, ikan dory, salmon cumi, dan kentang goreng. ’’Semoga ke depan terus diberi kemudahan dan dapat membantu orang lain,’’ harap ketua Divisi Dana dan Usaha JRA An Nahdliyah Tangerang Selatan itu.
Pewarta: Ade Adiyansah