• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Kamis, 2 Mei 2024

NU-Preneur

Makhrus, Pedagang Bakso Gepeng di Tangerang Selatan

Tak Patah Arang meski Beberapa Kali Usaha Baksonya Jatuh

Tak Patah Arang meski Beberapa Kali Usaha Baksonya Jatuh
Makhrus melayani pembeli. (Foto: NUOB/Ade Adiyansah)
Makhrus melayani pembeli. (Foto: NUOB/Ade Adiyansah)

JATUH bangun dilalui Makhrus menjalankan usahanya. Itu tak membuatnya kapok atau ciut nyali. Buktinya, saat ini tetap berjualan bakso. Kepada NU Online Banten (NUOB), pria yang punya rambut panjang itu bercerita, pada 2004 bekerja di tempat orang yang punya usaha bakso gepeng.’’Menjadi karyawan selama 1 tahun. Pada 2005 mulai mencoba merintis usaha bakso sendiri di Kebun Jeruk, Jakarta Barat. Hanya, selama 2 tahun usaha tidak semulus yang dibayangkan,’’ ujarnya di Ciputat, Tangerang Selatan, Selasa (31/10/2023).

 


Tak patah arang. Dia putar otak. Akhirnya memutuskan pindah lokasi. Ke Ciledug, Kota Tangerang.’’Alhamdulillah sampai punya pangkalan bakso sendiri. Sampai mempunyai karyawan 5 orang. Juga punya 5 gerobak bakso. 2 di antaranya mangkal dan 3 kelililing. Namun, pada 2011 saya jatuh bangkrut,’’ ujar suami dari Umi Khasanah itu.

 


Dia meninggalkan usaha bakso yang digelutinya. Beralih profesi. Terjun di dunia bangunan selama 2 tahun. Menjadi kuli bangunan. ’’Saya kumpulkan uang untuk melamar gadis pujaan asal Boyolali pada 2012. Setelah nikah saya memutuskan untuk merantau lagi ke Jakarta, tepatnya di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Saya memulai usaha bakso gepeng lagi. Dari awal dagang, usaha jalan. Namun setelah 1 tahun, jatuh lagi,’’ tambah bapak dari M Ichsan Al Asshyaraf dan Lu'luatul Maknun itu.



Pada 2014, dia dan istrinya diminta KH Ghozali, pengasuh Pondok Pesantren Assa'adah, Setu, Tangerang Selatan, datang.’’Istri saya mengajar menjadi guru di pesantren tersebut. Sedangkan saya, kerja serabutan. Pada 2023, merintis usaha bakso lagi. Kali ini di samping kampus UIN Jakarta, Jalan Pesanggrahan, sampai sekarang ini. Saya tidak pernah menyerah apalagi putus asa karena semua ini bagian ikhtiar saya menafkahi anak dan istri sebagai kepala keluarga. Jadi saya tetap terus berusaha,  tidak pernah menyerah,’’ imbuh anggota Banser Kota Tangerang Selatan.



Untuk modal usaha kali ini, dia meminjam. Ada yang percaya dan ngasih pinjaman untuk membeli gerobak bekas bakso serta pelaralatan-peralatannya. ’’Total modal yang saya keluarkan sebanyak Rp 9 juta. Nanti mencicil bayar utang kepada yang sudah meminjamkan cuma-cuma,’’ imbuh pria yang pernah menimba ilmu di Pesantren Assalafiyah, Luwungragi, Brebes, itu.

 


Saat ini sudah sekitar dua bulan berjalan. Terkait hasil yang didapatkan, lanjutnya, dalam 2 bulan tidak menentu. ’’Dalam sehari omzet kadang Rp 500 ribu atau Rp 200 ribu,’’ imbuh pria yang juga menerima pesanan untuk acara-acara seperti hajatan dan lainnya.  

 


Dia masih menunggui sendiri. Dia juga melihat perkembangan penjualan bakso gepeng.’’Saya nantinya ingin mengembangkan cabang-cabang lagi dan pengen mengaryakan teman-teman yang belum punya pekerjaan untuk berjualan bakso gepeng saya ini,’’ tutur pria kelahiran Brebes, 27 November 1983, itu. Kali ini dia berharap, usaha yang dijalani berkah dan diberi kelancaran serta berkembang. (Ade Adiyansah)


NU-Preneur Terbaru