• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Kamis, 2 Mei 2024

NU-Preneur

Abdul Hofir, Usaha Nasi Goreng di Pamulang Barat

Usaha Kuliner Itu Harus Konsisten dalam Kualitas Rasa

Usaha Kuliner Itu Harus Konsisten dalam Kualitas Rasa
Abdul Hofir menekuni usaha nasgor. (foto: NUOB/Ade Adiyansah)
Abdul Hofir menekuni usaha nasgor. (foto: NUOB/Ade Adiyansah)

DARAH usaha mengalir di tubuh Abdul Hofir. Ya, dia menekuni usaha nasi goreng. Bukan tiba-tiba. Dia mengaku, orang tuanya sudah menggeluti sejak dulu. ’’Bahkan di kampungnya, mereka yang berasal dari Karangjambu, Balapulang, Tegal, yang merantau di Jabodetabek, sebagian jualan nasi goreng (nasgor),’’ ujar pria yang juga anggota Banser dari Pimpinan Anak Cabang (PAC) Pamulang, Tangerang Selatan, itu ditemui NUOB di tempat usahanya, Ahad (17/12/2023).

 


Dia bercerita, awal merantau ke Tangerang Selatan. Kali pertama di Jalan Beringin, Pamulang Barat, Maret 2003.’’Bulan dan tahunnya saya ingat betul. Saat ini 2023, berarti sudah memasuki ke-21 tahun dan saya masih bertahan usaha di sini. Sebenarnya sempat pindah kontrakan dua kali, tapi tidak jauh. Terpaut beberapa ruko, karena yang sebelumnya dijual pemiliknya. Dan ini kontrakan usaha saya yang ketiga,’’ tambah suami Waspiah itu.

 


Namanya usaha, lanjutnya, tentu ada suka dukanya. Pendapatan juga turun naik. ’’Waktu masih merintis di tiga bulan pertama, hasil jualan hanya cukup buat makan dan bayar kontrakan saja. Selain itu, sifat pembeli beraneka macam,’’ imbuh bapak dari Destiana Zakia Azzahra, Isnaini Hasna Az Zahra, dan Hanif Anwar Azzahir, itu.


Dia masih ingat, usaha nasi goreng yang dijalankan bermodal sekitar Rp 3,5 juta pada 2003.’’Bikin gerobak, perlengkapan perabotan, dan buat belanja-belanja modal awal dagang. Saya beranikan diri meminjam dari kakak istri. Alhamdulillah pada bulan keenam, sudah balik modal dan uang pinjaman sudah saya kembalikan,’’ ungkapnya disusul senyum mengembang.

 


Sampai saat ini, lanjutnya, dia tinggal merasakan buah dari usaha jualan nasgor.’’Dulu 2003, harga nasi goreng seporsinya masih Rp 3.500. Sepanjang Jalan Beringin, Pamulang Barat, belum ada saingan yang jualan nasi goreng. Sekarang, 2023 harga seporsi sudah Rp 15 ribu. Sekarang persaingan usaha nasi goreng di Jalan Beringin ini sudah banyak,’’ terang pria kelahiran Tegal, 1980 itu.



Menurutnya, jualan nasgor itu termasuk usaha kebutuhan pokok seperti kebutuhan primer. Bukan termasuk jajan atau ngemil. Dia juga mengatakan, momen ramai di antaranya, saat Idul Fitri. Dia rela tidak pulang dulu. ’’Satu minggu itu jarang warung yang buka, karena pada mudik pulang ke kampungnya. Karena dari tahun ke tahun ramai yang beli, momen itu setiap tahun saya manfaatkan. Nanti setelah satu minggu saya jualan, baru pulang kampung,’’ terangnya.


Momen itu, lanjutnya, pendapatannya bisa tiga kali lipat dibanding hari-hari biasa. ’’Hasilnya lumayan buat tambahan ongkos pulang kampung.  Hari biasa, penghasilan rata-rata ya Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu, alhamdulillah,’’ tandas bapak 3 orang anak ini, bersyukur.

 


Dia juga berbagi resep berdagang. Menurutnya, kunci orang dagang kuliner itu harus konsisten dalam kualitas rasanya.’’Yang tahu enak tidaknya masakan itu ya saya sendiri dan mengukur takaran porsi. Selain itu, karena jualannya di perkampungan, harus ramah dengan lingkungan,’’ tambahnya.

 

Di samping itu, orang usaha itu harus sabar, jangan bosanan, dan harus tahu usaha apa yang sedang dijalani, sesuai dengan bakat yang ada dari dalam diri.

’’Saat ini saya belum punya cabang dan belum ada rencana juga untuk membuat cabang. Kebanyakan pembeli nasi goreng saya dari masyarakat sekitar,’’ imbuhnya.

 


Di warungnya, tak hanya nasgor. Menu lainnya di antaranya mi goreng atau rebus dan kwetiau.’’Jam buka, mulai 17.00 dan tutup sekitar 00.00 atau jam 12 malam itu. Saya konsisten tutupnya, sudah diatur jadwal dan itu sudah saya terapkan karena untuk mengatur kondisi dan stamina tubuh,’’ ungkapnya.

Ke depan, ketika anak-anak sudah dewasa dan bekerja, dia ingin balik ke kampung.’’Merintis usaha di kampung sambil menikmati hari-hari tua bersama istri. Jadi sudah tidak merantau lagi, pulang ke kampung kelahiran, jualan juga," tutup pria yang murah senyum dan santun ini. (Ade Adiyansah)


NU-Preneur Terbaru