• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Rabu, 8 Mei 2024

Opini

Kita Orang Indonesia

Kita Orang Indonesia
Bendera Palestina
Bendera Palestina

Oleh : Hamdan Suhaemi

Saat Bendera Palestina dikibarkan, dan saat simbol al-Aqsa dipakai serta dikenakan dalam bentuk sorban, syal, topi, kaos dan baju. Ada yang saya pahami disini? Pertama mereka mau membela rakyat Palestina dengan cara unjuk rasa. Ada pula yang menghujat Israel sambil memanfaatkan peluang bisnis terutama order bendera, dan aksesoris Palestina lainnya.

 

Jika, sikap membela rakyat Palestina didasari keperihatinan atas kemanusiaan, seperti akibat dari korban pengusiran, pendudukan, sabotase, dan perampasan hak tanah, saya sangat setuju. Intinya bahwa penjajahan di muka bumi harus segera dihapuskan. Arahnya jelas membela kedaulatan rakyat Palestina untuk mendapatkan kehidupan yang damai, tentram dan aman. Tetapi, sikap membela rakyat Palestina hanya karena memanfaatkan donasi, menjadi ajang bisnis, atau karena mengklaim ini bagian dari jihad maka arahnya kemana? Apa bisa wujudkan kemerdekaan Palestina. Jawabnya nonsense ( omong kosong ).

 

Bagaimana membela negeri orang bisa terwujud karena dasarnya saudara seagama, ada ikatan keimanan namun tidak dengan prinsip cinta negeri sendiri, ini disebut istri orang dibela, istri sendiri dianggap jelek dan biarkan rusak. Hal itu tidak terwujud, jika tidak didasari kecintaan atas negeri sendiri.

 

Perhatikan, bila cinta atas negeri dengan dasar falsafah, adat dan budaya bangsa yang dikuatkan persamaan tekad, persamaan nasib, ini adalah sumber spiritualitas dalam upaya membela suatu negeri. Jika hal itu tidak, membelanya berarti hampa, dan sekedar nafsu besar, sementara tenaga sangat lemah.

 

Yang membuat nafas kita sesak adalah tindakan dan opini orang-orang HTI yang militan dalam membela negeri Palestina tapi dalam waktu yang bersamaan mereka membenci Indonesia tanah airnya sendiri, secara sporadis membabi buta. Padahal lahir hidup dan mati di tanah sendiri. Lebih sadisnya lagi negeri sendiri disebut negeri thogut ( negara dengan dasar hukum yang dibuat manusia ).

 

Al-Jurjani dalam kitabnya al-Ta’rifat mendefinisikan tanah air dengan al-wathan al-ashli.

 

اَلْوَطَنُ الْأَصْلِيُّ هُوَ مَوْلِدُ الرَّجُلِ وَالْبَلَدُ الَّذِي هُوَ فِيهِ

 

Artinya; al-wathan al-ashli yaitu tempat kelahiran seseorang dan negeri di mana ia tinggal di dalamnya. (Ali Al-Jurjani, al-Ta’rifat, Beirut, Dar Al-Kitab Al-Arabi, 1405 H, halaman 327).

 

Cinta atas negeri sendiri, dan bangga atas tanah air sendiri adalah kebanggaan, kehormatan dan kekuatan. Allah SWT telah berfirman dalam surat al-Qashash.

 

إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ

 

Artinya: sesungguhnya (Allah) yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al-Qur’an benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. (QS. Al Qashash: 85).

 

Syekh Ismail Haqqi Al-Hanafi Al-Khalwathi (wafat 1127 H) dalam tafsirnya Ruhul Bayan mengatakan:

 

وفي تَفسيرِ الآيةِ إشَارَةٌ إلَى أنَّ حُبَّ الوَطَنِ مِنَ الإيمانِ، وكَانَ رَسُولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ كَثِيرًا: اَلْوَطَنَ الوَطَنَ، فَحَقَّقَ اللهُ سبحانه سُؤْلَهُ ....... قَالَ عُمَرُ رضى الله عنه لَوْلاَ حُبُّ الوَطَنِ لَخَرُبَ بَلَدُ السُّوءِ فَبِحُبِّ الأَوْطَانِ عُمِّرَتْ البُلْدَانُ.

 

Artinya: Di dalam tafsirnya terdapat suatu petunjuk atau isyarat bahwa “cinta tanah air sebagian dari iman”.

 

Rasulullah SAW (dalam perjalanan hijrahnya menuju Madinah) banyak sekali menyebut kata; “tanah air, tanah air”, kemudian Allah SWT mewujudkan permohonannya (dengan kembali ke Makkah) Sahabat Umar RA berkata : Jika bukan karena cinta tanah air, niscaya akan rusak negeri yang jelek (gersang), maka sebab cinta tanah air lah, dibangunlah negeri-negeri. (Ismail Haqqi al-Hanafi, dalam kitab Ruhul Bayan, Beirut, Dar Al-Fikr).

 

Selanjutnya, ayat yang menjadi dalil cinta tanah air menurut ulama yaitu Al-Qur'an surat An-Nisa’ ayat 66.

 

وَلَوْ أَنَّا كَتَبْنَا عَلَيْهِم أَنِ اقْتُلُوْا أَنْفُسَكم أَوِ أخرُجُوا مِن دِيَارِكُمْ مَا فَعَلُوْه إِلَّا قليلٌ منهم

 

Artinya: dan sesungguhnya jika seandainya Kami perintahkan kepada mereka (orang-orang munafik): ‘Bunuhlah diri kamu atau keluarlah dari kampung halaman kamu!’ niscaya mereka tidak akan melakukannya, kecuali sebagian kecil dari mereka ( QS. An-Nisa': 66).

 

Maka, sebagai manusia yang lahir, hidup dan akan mati di tanah air Indonesia. Menjadi wajib ( wadlo'i) hukumnya mencintai Indonesia. Sekalipun nyawa taruhannya.

 

Indonesia milik kita, Indonesia adalah nafas kita, Indonesia adalah kebanggaan kita, Indonesia adalah jiwa kita, dan cinta kita pada Indonesia adalah cinta mati. Siapapun yang mencoba membenci Indonesia, mau mengganti keindonesiaan kita, biar darah kita yang menebusnya. NKRI harga mati, TITIK.

 

* Penulis adalah Wakil Ketua PW GP Ansor Banten/Ketua PW Rijalul Ansor Banten


Opini Terbaru