• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Jumat, 3 Mei 2024

Opini

Mengevaluasi Harapan Keluarga di Tengah Pandemi Covid-19

Mengevaluasi Harapan Keluarga di Tengah Pandemi Covid-19
Ilustrasi Keluarga. (Foto : NU Online)
Ilustrasi Keluarga. (Foto : NU Online)

 

Sejak diumumkannya Covid-19 masuk Indonesia oleh Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020 dan menyebar ke seluruh penjuru Nusantara dan menjadi pandemic global, hingga kini dengan segala varian barunya membuat sendi-sendi kehidupan berubah drastis, dari cara bekerja, belajar dan bersosialisasi. Kita dituntut dengan adaptasi kebiasaan baru.

 
Pandemi ini menguji daya ketahanan keluarga dalam melangsungkan hidupnya. Metode adaptasi kebiasaan baru yang tepat dalam menghadapi krisis ini dapat membuat sebuah keluarga tetap sustainable.

 

Definisi Ketahanan keluarga sendiri menurut UU No. 10 tahun 1992, adalah kondisi dinamis suatu keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik material dan psikis mental spiritual guna hidup mandiri, mengembangkan diri dan keluarganya untuk mencapai keadaan harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin. 

 

Dapat diartikan ketahanan keluarga ini menggambarkan ketersediaan dan keberlangsungan akses suatu keluarga terhadap pendapatan, pangan, pendidikan, tempat tinggal, kehidupan social dan kebutuhan dasar lainnya. 

 

Dalam perjalanannya, anggota keluarga yang terdiri dari berbagai macam karakter individu memiliki dinamika harapan, keinginan, dan kebutuhannnya masing-masing. Dinamika ini bertujuan dalam menggapai suatu kehidupan yang lebih baik dari sisi pendidikan, karier, ekonomi dan capaian-capaian hidup yang terintegrasi dalam bentuk kemapanan atau kesejahteraan.

 

Evaluasi Harapan

 

Sebelum covid-19 mewabah secara global, tiap entitas keluarga memiliki berbagai harapan dan cita-cita yang diupayakan dengan berbagai metode dan strategi yang telah disusun dan dilaksanakan.

 

Survei yang dilakukan oleh Guru Besar IPB,  Prof Dr Euis Sunarti, M.Si, terhadap 2000 orang yang dilakukan pada tahun 2020 menjelaskan pandemi berdampak menciptakan berbagai kecemasan dalam sebuah keluarga.

 

Kecemasan yang paling utama adalah kecemasan terpapar virus Covid-19 sebesar 77,7 % dan kecemasan akan kondisi ekonomi sebesar 57,7 %.


Dampak ekonomi akibat pandemi ini sangat terasa dan mempengaruhi ketahanan keluarga, suami/istri sebagai kepala keluarga dituntut untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan anak-anak serta menjaga stabilitas keluarga. Tentu ini menjadi tugas yang berat ditengah pandemi yang belum ada tanda-tanda mengendur, perlu keterlibatan intervensi pemerintah dalam menjaga ketahanan keluarga. 

 

Terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan penurunan pendapatan keluarga efek dari pandemi covid-19 ini juga memperluas kerentanan dan potensi krisis keluarga. Oleh karena itu ada 4 (empat) cara membangun ketahanan keluarga di tengah pandemi Covid-19 ini,

 

Pertama; Mengevaluasi perencanaan kebutuhan, harapan dan keinginan dengan penyesuaian kondisi keuangan terkini. Kedua; Mengurangi beban negatif atau yang membuat stress,  Ketiga; Kompromi dan komunikasi dengan pasangan atau anggota keluarga dalam mengambil keputusan besar, dan Keempat; Intervensi pemerintah pada keluarga menengah ke bawah dalam berbagai instrument jaring pengaman sosial, seperti bantuan sosial, kelenturan permodalan dan kredit, ketersediaan layanan kesehatan dan kemudahan akses pendidikan.

 

 

Dinata Firmansyah, Mahasiswa S2 Ilmu Kesejahteraan, Universitas Indonesia


 


Opini Terbaru