• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Senin, 29 April 2024

Opini

Tanggung Jawab Santri dan Kesiapan Menyambut Industri 5.0

Tanggung Jawab Santri dan Kesiapan Menyambut Industri 5.0
Ilustrasi santri. Foto: NU Online
Ilustrasi santri. Foto: NU Online

Oleh: Kurniawan Nata Dipura

Kehadiran santri bersamaan dengan lahirnya bangsa Indonesia memiliki kontribusi yang besar bagi arah bangsa Indonesia. Keunikan dan kematangan santri dari satu periode ke periode lainnya memiliki peran yaitu sebagai wajah Islam yang santun dan damai.

 

Memasuki era santri 4.0 ada sebuah tantangan sehingga santri bukan lagi hanya sebagai aset nasional tapi aset internasional. Maka santri harus membuka diri dengan menyiapkan strategi untuk mencapai era 5.0. Selain itu santri harus berkembang ke dunia luar yang lebih luas yaitu sebagai agen perdamaian nasional dan internasional (rahmatan lil alamin) seperti yang dicita-citakan oleh Islam.

 

Abad ke-21 ditandai dengan kemajuan teknologi di hampir semua bidang kehidupan pasti akan mempengaruhi gaya hidup dan manusia interaksi. Kemajuan teknologi dikenal dengan istilah industri 4.0 telah merubah cara manusia dalam beraktivitas.

 

Oleh karena itu, santri harus mampu menghadapi tantangan dan peluang yang ditimbulkan oleh keberadaan industri 5.0. Menghadapi tantangan dan peluang yang muncul bersama dengan industrial 4.0, santri juga dituntut untuk bisa menemani dan mengikuti perkembangan yang sesuai dengan kemajuan dan tidak tertinggal oleh perubahan.

 

Di samping menghadapi era industri 4.0 yang menuntut santri harus kreatif, inovatif, dan adaptif serta di era disrupsi ini santri senantiasa menjaga tradisi, budaya, dan adat istiadat yang ada tidak bertentangan dengan syariat Islam.

 

Sebab, agama kering tanpa budaya. Santri terus menerus bersentuhan dengan kebudayaan asing dengan beragam kebudayaannya. Namun, meski pada aspek tertentu terjadi nilai-nilai budaya yang datang dari luar diadopsi menjadi suplemen memperkaya kebudayaan nasional, namun nilai-nilai budaya asli tetap terpelihara..

 

"Kaidah fiqihnya, al-muhafadzah alal-qadim al-shalih wal-akhdzu bil-jadid al-ashlah. Melestarikan nilai-nilai lama yang baik dan menerapkan nilai-nilai baru yang lebih baik,"

 

Santri selalu mencari sebuah upaya perlawanan secara budaya, sebuah upaya untuk berhubungan dengan masa lalu/sejarah, namun masa lalu atau sejarah itu tida boleh memperbudak kita, atau menyeret kita ke masa lalu. Justru sebaliknya bagaimana masa lalu kita hadirkan di masa kini, untuk mengilhami munculnya gagasan-gagasan baru, dan solusi-solusi baru, untuk melawan Budaya Postmodernisme.

 

Karena faktor kebudayaan tetap penting, baik bagi kelestarian hidup suatu bangsa. Kenyataan menunjukan, bahwa bangsa-bangsa yang memegang teguh nilai-nilai budayanya dapat berkembang maju sebab kebudayaan adalah soft power, bangsa dan negara, tidak hanya berfungsi sebagai antibody," untuk menangkal ancaman dari luar, tapi sekaligus vitamin yang menciptakan vitalitas hidup bagi bangsa dan negara. Karena itu, pembangunan kebudayaan bukan masalah sepele yang dapat diabaikan.

 

Di mulai dari sekarang para santri membangun kembali peradaban dan budaya nusantara memang mutlak perlu karena inilah sarana untuk lahirnya kembali jati diri bangsa, Maka kembali ke jatidiri bangsa, berarti kembali ke rumah masing-masing. Ke daerah masing-masing yang memikul dan terpikul oleh kearifan lokal daerahya masing-masing.

 
Penulis adalah Ketua Lesbumi PCNU Kota Tangerang


Opini Terbaru