• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Jumat, 26 April 2024

Tokoh

Syekh Abdul Karim Mursyid Tarekat dari Banten

Syekh Abdul Karim Mursyid Tarekat dari Banten
(Gambar Ilustrasi)
(Gambar Ilustrasi)

Banten mendapat sentuhan Islam melalui dakwah Sunan Gunung Jati hingga pada akhirnya mendirikan Kesultanan Banten. Regenerasi berlanjut hingga Sultan Maulana Hasanuddin dan keturunannya. Sepanjang sejarah kesultanan Banten telah lama mencetak ulama kaliber internasional. Paling fenomenal adalah Syaikh Nawawi al-Bantani yang melahirkan puluhan karya ilmiah dalam keilmuan Islam. Dan salah satu diantaranya adalah Syaikh Abdul Karim.

Syaikh Abdul Karim adalah seorang mursyid tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah terakhir yang mampu menyatukan kepemimpinan keseluruhan cabang tarekat itu.

Berpusat di Banten, Syaikh Abdul Karim adalah salah satu murid dari Syaikh Ahmad Khatib Sambas, penyusun tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah. Bukan hanya tarekat, Syaikh Abdul Karim juga terkenal karena meng-ilhami para muridnya untuk melakukan pemberontakan petani melawan penjajah yang dikenal dengan Geger Cilegon pada tahun 1888.

Tidak banyak diketahui, tetapi sebuah sumber memperkirakan tahun kelahirannya pada tahun 1830 M/1250 H di desa Lampuyang, Serang, Banten. Tak banyak diketahui tentang masa kecil dan pendidikannya kecuali hanya memang tinggal di Banten. Tokoh ini dikenal karena kemudian belajar ke Mekah. Sezaman dengan para sahabat yang ditemuinya, yaitu Imam Nawawi al-Bantani, Syekhona Muhammad Cholil, Syaikh Mahfudz at-Tarmasi, dan lain-lain.

Di kota Mekah, Abdul Karim diantaranya belajar kepada Syaikh Ahmad Khatib Sambas yang saat itu sudah menjadi pengajar di Masjidil Haram, sekaligus mursyid tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah. Dari bimbingan Syaikh Ahmad Khatib Sambas ini Abdul Karim mumpuni di bidang tasawuf dan diangkat menjadi salah satu khalifahnya.

Selain itu SyaikhAhmad Khatib mengangkat khalifah untuk menyebarkan tarekatnya ke Nusantara yaitu Syaikh Tholhah Cirebon dan Syaikh Ahmad Hasbullah al-Maduri. Beberapa murid Syaikh Ahmad Khatib juga juga mengajarkan tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah meskipun belum ada sumber keterangan apakah benar-benar diangkat sebagai khalifah ataukah sekedar badal.

Setelah memperoleh ilmu di Mekah, Syaikh Abdul Karim kembali ke Banten. Diperkirakan pada tahun 1860-an, kemudian mendirikan pesantren dan menyebarkan tarekat yang diperoleh dari gurunya. Nama pesantrennya sayang tidak diketahui, kecuali hanya informasi bahwa pesantren ini berkembang dan murid-murid tersebar ke seluruh pelosok Banten dan daerah lain. Di antara murid-muridnya adalah Tubagus Muhammad Falak Pandeglang.

Para pejabat pemerintah juga menghormatinya, Karena Syaikh Abdul Karim telah menjadi tokoh terkenal, kharismatik dan oleh masyarakat disebut sebagai Kiai Agung dan waliyullah.

Pada saat dia tinggal di Banten, kondisi sosial masyarakat terhimpit oleh pemerintah kolonial, utamanya dikalangan petani. Semangat melakukan perlawanan telah muncul lama dikalangan masyarakat, hingga sebagian murid-murid dan tokoh-tokoh di Banten, baik pejabat pemerintah maupun para pemimpin perancang pemberontakan. Beberapa yang dianggap berperan melakukan pemberontakan adalah Tubagus Ismail dan H Mardjuki (yang menjadi salah satu khalifahnya dalam tarekat).

Hanya saja, sebelum pemberontakan benar-benar pecah di Banten tahun 1888, Syaikh Abdul Karim pergi ke Mekah, diperkirakan terjadi pada tahun 1876, setahun setelah meninggalnya Syaikh Ahmad Khatib Sambas. H Mardjuki kemudian menyusul pergi ke Mekah sebelum pemberontakan terjadi.

Di Mekah, Syaikh Abdul Karim semakin dipandang sebagai khalifah yang ditaati oleh para khalifah yang telah diangkat Syaikh Ahmad Khatib. Sampai akhir hayatnya, dia tinggal di Mekah dan memimpin tarekat ini, tetapi angka tahunnya tidak diketahui pasti.

Sepeninggal Syaikh Abdul Karim, tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah tidak memiliki pemimpin tunggal yang ditaati oleh seluruh anggota dan hanya menjadi kelompok tarekat kepemimpinan lokal, meskipun memiliki pengikut yang sangat besar.

Sumber : Ensiklopedi NU


Editor:

Tokoh Terbaru