RASA cemas, takut, dan tidak percaya diri adalah hal yang sering dialami, terutama oleh anak muda. Jika dibiarkan, perasaan ini bisa menghambat perkembangan diri dan kesehatan mental. Di era teknologi saat ini, pertukaran informasi dan komunikasi yang cepat, seseorang dapat membagikan pencapaian mereka, baik itu prestasi, kemewahan, kecantikan atau ketampanan serta kebahagiaan. Tanpa disadari, hal ini menciptakan standar semu yang membuat banyak orang merasa minder dan terus membandingkan diri.
Akibatnya seseorang lupa bahwa dirinya juga punya pesona keunikan dan kelebihan tersendiri. Untuk itu, penting bagi kita untuk fokus pada diri sendiri dan belajar menerima serta menghargai siapa kita sebenarnya. Dorongan internal pribadi sangatlah penting, mendoktrin diri dengan hal-hal baik akan membentuk hati dan pikiran kita menjadi positif. Rasulullah saw sendiri telah memberikan pesan agar tetap memotivasi diri dengan hal-hal yang baik.
حَدَّثَنِي أَبُو الطَّاهِرِ وَحَرْمَلَةُ قَالَا أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ بْنِ سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : "لَا يَقُلْ أَحَدُكُمْ خَبُثَتْ نَفْسِي وَلْيَقُلْ لَقِسَتْ نَفْسِي." ( رواه مسلم)
مسلم :أبو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري
Artinya: ’’....Dari Sahl bin Hunaif ra (w 38 H) dari ayahnya, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda, janganlah salah seorang kamu berkata, khabusat nafsi (diriku buruk), tetapi katakanlah, laqisat nafsi (diriku kurang mampu)." {(HR Muslim); Lahir 204 H Wafat 261 H= 57 tahun}
Perkataan Baik dan Optimistis
Dalam Kitab Fathu al-Qarib al-Mujib ala Targhib wa Tarhib karya Hasan bin Ali al-Fayumi dijelaskan bahwa hadits tersebut berkaitan dengan adab dalam beribadah yang disampaikan Nabi bagi orang yang lalai dalam shalat dan ibadah lainnya. Di dalamnya terdapat anjuran untuk menghindari segala sesuatu yang mengandung keburukan, kejelekan atau sesuatu yang dibenci, dan memilih hal-hal yang mengandung kelembutan serta membawa optimisme.
Selain itu, dalam Kitab al-Mufhim lima Ashkala min Talkhis Shahih Muslim, Imam al-Qurtubi menjelaskan bahwa seorang manusia tidak diperbolehkan menyematkan dirinya sendiri kata al-khubt (keburukan), karena itu merupakan sifat tercela. Maka, ketika ia menyifati dirinya dengan hal tersebut, berarti ia sedang mencela dirinya sendiri dan menisbatkan celaan itu kepadanya.
Pemahaman ini memberikan pelajaran penting bahwa Islam sangat menekankan pada penggunaan kata-kata yang baik dan positif, baik dalam konteks ibadah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kita dimotivasi untuk senantiasa menanamkan perasaan positif (positive feeling) dalam diri melalui ucapan yang baik dan optimistis.
Hindarilah berkata seperti "saya tidak bisa" atau "saya tidak punya bakat," karena kata-kata seperti itu justru melemahkan semangat dan mental. Sebaliknya, ucapkanlah dengan penuh keyakinan: "saya pasti bisa," karena perkataan yang baik akan menciptakan suasana yang positif, membangun semangat, dan membuat hati lebih tenang dan percaya diri.
Wallahu a'lam
Hanum Qurrotu Aini, Pengurus Lembaga Kajian dan Riset Rasionalika Darus-Sunnah Jakarta dan Penulis One Day One Hadith (ODOH)