Opini

Maulid Nabi: Tradisi dan Membangun Solidaritas Sosial

Jumat, 20 September 2024 | 20:49 WIB

Maulid Nabi: Tradisi dan Membangun Solidaritas Sosial

Ilustrasi. Pawai Panjang Mulud oleh PC GP Ansor Kota Serang di Unyur, Kota Serang, Banten, Ahad (8/9/2024). (Foto: NUOB/Dendy Ramdan Ilahi)

SEPERTI yang kita ketahui bahwa Nabi Muhammad saw lahir pada Senin, 12 Rabiul Awal. Kelahiran Nabi pada 571 Masehi merupakan momentum penting. Tak heran, hingga kini umat Islam, termasuk di Indonesia, menyemarakkan Maulid Nabi. Dan, seperti tahun-tahun sebelumnya, pada 2024 ini khususnya di daerah Serang-Cilegon dan sekitarnya tradisi Panjang Maulid bertebaran.


Bukan hanya saat 12 Rabiul Awal saja tetapi semenjak memasuki bulan tersebut. Sepanjang jalan dipenuhi pemandangan kerangka dan hiasan telur. Istilah peringatan hari lahir Nabi Muhammad saw pun memiliki beberapa versi. Ada yang menyebutnya dengan Maulid Nabi, Maulud bahkan Muludan. Variasi istilah ini tentu tidak mengurangi esensi, sukacita, dan kebahagiaan menyambut hari kelahiran Sang Nabi.

 


Tradisi ini paling tidak melibatkan tiga istilah lainnya yang muncul pada perayaan Maulid. Pendzikir. Ini adalah sekelompok orang yang berasal dari satu kampung membacakan dzikir dan shalawat Nabi secara bersamaan dalam satu waktu dan tempat. Biasanya pendzikir tidak membawakan shalawat tersebut di kampungnya sendiri tetapi memenuhi undangan kampung lain yang menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi. Hal inilah yang kemudian sebagai pemersatu antarkampung atau desa dengan cara saling silih mengundang pendzikir.


Panjang Mulud. Ini adalah sebuah ornamen, hiasan, atau apa pun itu bentuknya yang kemudian dijadikan sebagai sebuah simbol dan perayaan tersendiri. Di Serang, Banten, umumnya terbuat dari bambu dan kertas hiasan ornamen. Bentuknya pun beragam. Di antaranya miniatur masjid, kendaraan, dan lainnya. Umumnya satu rumah atau satu RT membuat satu Panjang Mulud yang kemudian dikumpulkan di masjid terdekat.




Ngeropok. Bahasa lainnya adalah ngeriung yang biasanya dilakukan oleh satu masyarakat kampung untuk ikut memperingati peringatan Maulid di tetangga kampungnya dan sepulang dari peringatan itu masyarakat dengan suka cita membagi-bagikan Panjang Mulud yang telah terkumpul dari masyarakat. 


Dari ketiga tersebut di atas tanpa disadari ketiganya memberikan dampak yang luar biasa pada solidaritas sosial dan juga perkembangan ekonomi masyarakat.

ADVERTISEMENT BY OPTAD



Membangun Solidaritas Sosial

Kehadiran Baginda Nabi Muhammad saw memang sangat luar biasa. Terbukti dampak dan pengaruhnya tidak pernah hilang hingga berabad-abad bahkan ila yaumil akhir, sampai hari kiamat. Kecintaan luar biasa itulah yang kemudian mengerakkan umatnya untuk terus memperingati hari kelahirannya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND



Dalam hierarki kebutuhan yang digagas oleh Abraham Maslow, ada satu teori yang disebut dengan piramida terbalik hierarki kebutuhan manusia. Teori tersebut menjelaskan bahwa manusia memiliki tingkatan kebutuhan yang harus ia penuhi yang mana hanya dengan memenuhi satu kebutuhan ia bisa naik ke kebutuhan lainnya. Dari kebutuhan paling mendasar hingga kebutuhan paling tinggi.



Dimulai dengan kebutuhan paling mendasar yaitu physiological needs (kebutuhan psiologis seperti makan, minum, pakaian dan lain sebagainya). Lalu safety needs (kebutuhan keamanan, stabilitas dan lain sebagainya). Di tingkatan ketiga ada yang disebut dengan social needs (kebutuhan sosial), di mana manusia membutuhkan kekerabatan dan keterkoneksian satu dengan lainnya.

ADVERTISEMENT BY OPTAD



Ini sebelum memenuhi kebutuhan esteem needs (kebutuhan penghargaan) di mana manusia pada dasarnya membutuhkan penghargaan, pengakuan, dan status sosial. Lalu ada self actualization (aktualisasi diri) di mana manusia setelah terpenuhi kebutuhan dasarnya manusia membutuhkan aktualisasi diri, yang mengacu pada keinginan individu untuk mengekspresikan dirinya.



Jika ditilik lebih lanjut, sejatinya manusia membutuhkan hubungan dirinya dengan orang lain. Misal di Indonesia terdapat beberapa ormas, organisasi, atau sekadar komunitas dan perkumpulan. Jika ditarik mengerucut sudah barang pasti salah satu dari kita adalah bagian dari itu. Entah bagian dari sebuah organisasi, komunitas kesamaan hobi atau sekadar teman satu tongkrongan. Itulah bukti konkret bahwa manusia tidak pernah bisa lepas dari kebutuhan sosialnya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND




Maulid Nabi secara tidak langsung memenuhi kebutuhan itu. Terbukti dengan para remaja masjid, pemuda-pemudi, dan lainnya tergerak untuk menggagas kepanitiaan Maulid. Masyarakat bahu membahu dan gotong royong secara swadaya. Selain kebersamaan juga membangun dan menghidupkan perekonomian rakyat.

 

Dengan momentum Maulid Nabi, selalu menjadikan Rasulullah sebagai teladan dalam keseharian. Dan, mari perbaiki lagi dalam perayaan Maulid agar lebih semarak dan tidak meninggalkan esensinya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


 

Sofwatillah Amin, ASN Kemenag Banten, Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Primagraha, Anggota PAC GP Ansor Kramatwatu

ADVERTISEMENT BY ANYMIND