• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Selasa, 30 April 2024

Keislaman

Adab Bertamu seperti saat Lebaran

Adab Bertamu seperti saat Lebaran
ilustrasi silaturahim. (Foto: Freepik)
ilustrasi silaturahim. (Foto: Freepik)

BERKUNJUNG atau bertamu ke sejumlah kerabat, sahabat, handai tolan, tetangga, teman, dan lainnya sudah menjadi tradisi mayoritas umat Islam selepas Shalat Idul Fitria atau saat Lebaran seperti saat ini. Bagi sebagian Muslim, waktu berkunjung tidak cukup dilakukan dalam satu atau dua hari. Hal ini karena faktor jarak tempuh yang cukup jauh, atau lantaran banyak kerabat yang perlu dikunjungi.



Maksud dalam tradisi ini tentu cukup mulia. Di samping karena hendak melebur kesalahan dengan cara bermaaf-maafan, menjaga silaturahim juga sangat dianjurkan dalam Islam. Oleh karena itu, tujuan mulia tersebut hendaknya berbanding lurus dengan sikap yang baik pula dengan memperhatikan adab atau tata krama saat mengunjungi sanak keluarga ataupun sahabat.


Ada 10 adab yang mesti diperhatikan saat bertamu di momentum Lebaran Idul Fitri. Kesepuluh adab itu dikutip dari Kitab Ihya ‘Ulumiddin karya Imam Al-Ghazali dan Kitab Fashlul Khithab oleh Ustadz M Tatam Wijaya, Penyuluh dan Petugas KUA Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat dalam tulisannya di NU Online.

 



Pertama, niat silaturahim

Niat ini sangat penting, karena segala sesuatu bergantung kepada niatnya. Niat yang dapat ditanam dalam hati sekaligus diekspresikan dalam wujud perbuatan antara lain niat menyambung tali silaturahim, memperkuat ikatan sesama Muslim, dan membahagiakan orang yang dikunjungi.  ’’Niat berbakti kepada orang tua dan memuliakan mereka jika yang dikunjungi adalah orang tua," tulis M Tatam Wijaya dikutip NU Online Banten, Jumat (12/4/2024).



Kedua, perhatikan jadwal bertamu

Saat berkunjung atau bertamu hendaknya tidak dilakukan pada waktu istirahat atau saat tuan rumah baru pulang bepergian. Tujuannya agar tidak mengganggu waktu istirahat dan kenyamanannya. Bisa jadi agar tuan rumah lebih siap, sebaiknya membuat janji atau jadwal terlebih dahulu.



Ketiga, tidak terburu-buru

Saat bertamu juga hendaknya tidak terlalu buru-buru, tetapi juga tidak terlalu lama, kecuali diminta oleh tuan rumah. Kalaupun harus menginap, Rasulullah menganjurkan, paling lama sampai tiga hari.



Keempat, tidak pilih-pilih

Orang yang ingin bertamu, hendaknya tidak pilih-pilih dan tidak pula membeda-bedakan kelas sosial orang mau dikunjungi.  "Hanya saja, sudah menjadi tuntunan syariat dan budaya yang berlaku, yang lebih muda datang kepada yang lebih tua, bawahan datang kepada atasan, dan seterusnya. Apa pun keadaan mereka, hendaknya tidak menjadi halangan bagi kita untuk menemui dan mengunjunginya," ujarnya.



Kelima, tak bertujuan mencari makan gratis

Di sini pentingnya menata niat dengan baik. Kalaupun ada jamuan dari orang yang dikunjungi, hendaknya diniati mencari kekuatan ibadah, menuai keberkahan makan bersama, dan sebagainya.  Kendati disiapkan hidangan, terima dan cicipilah dengan senang hati meski merasa sedikit kenyang, menerimanya tidak berlebihan.



Keenam, jaga sikap dan sopan santun

Adab ini penting diperhatikan agar selama berkunjung benar-benar khidmat.  Tetap menjaga sikap dan sopan santun di hadapan tuan rumah dan keluarganya, seperti mengucap salam, menyalami orang yang hadir, duduk di tempat yang diinginkan tuan rumah.



Ketujuh, bahagiakan tuan rumah

Adab selanjutnya adalah berupaya menunjukkan perbuatan yang membahagiakan tuan rumah. Bahkan, demi membahagiakannya, saat berpuasa sekalipun, tamu diperbolehkan berbuka selama puasa yang ditunaikan adalah puasa sunnah, bukan puasa wajib. 



Kedelapan, hindari fitnah

Seorang laki-laki hendaknya tidak bertamu ke rumah seorang yang tuan rumahnya perempuan sendirian, kecuali si laki-laki membawa istri atau keluarga istrinya yang lain.   



Kesembilan, tidak pamer kekayaan

Berkunjung kepada seseorang bukan ajang untuk pamer kekayaan atau barang yang dimiliki. Sebab, penampilan yang berlebihan bisa saja membuat orang yang dikunjungi merasa minder, malu, dan tidak nyaman. Berpenampilanlah secara sederhana dan seperlunya saja.



Kesepuluh, bawa bingkisan

Termasuk membahagiakan tuan rumah adalah membawa bingkisan atau buah tangan, baik untuk si pemilik rumah, keluarga, atau anak-anaknya. Namun ini bukan satu keharusan, sehingga menjadi penghalang tercapainya silaturahim.  (A Syamsul Arifin)


Keislaman Terbaru