• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Senin, 29 April 2024

Keislaman

Bolehkah Wali Mujbir Memaksa Anak Gadisnya yang Sudah Dewasa…….

Bolehkah Wali Mujbir Memaksa Anak Gadisnya yang Sudah Dewasa…….
Ilustrasi. (NUO)
Ilustrasi. (NUO)

ADA hikmah luar biasa dalam pernikahan. Salah satu hikmahnya adalah penunjukan manusia sebagai subjek untuk memakmurkan bumi Allah. Manusia dipilih sebagai makhluk Allah yang mendapatkan mandat untuk mengambil manfaat isi bumi sesuai kebutuhan mereka.


 

هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَّا فِي الأَرْضِ جَمِيعاً

 


Artinya, “Dialah Dzat yang menciptakan bagi kamu apa saja yang ada di bumi.” (QS al-Baqarah ayat 29).



Dari ayat ini kemudian ulama bersimpulan bahwa manusia diberi tanggung jawab untuk memakmurkan bumi sampai bumi berakhir. Dengan demikian, manusia harus menjaga keberlangsungan spesiesnya guna melaksanakan tanggung jawab tersebut.


 

إذا عرفت هذا عرفت أن بقاء الأرض عامرة يستلزم وجود الإنسان حتى تنتهي مدة الدنيا. وهذا يستلزم التناسل وحفظ النوع الإنساني حتى لا يكون خلق الأرض وما فيها عبثا فنتج من هذا أن عمار الكون متوقف على وجود الإنسان ووجوده متوقف على وجود النكاح

 


Artinya, “Jika kamu mengetahui ini, kamu akan mengatakan bahwa keberlanjutan bumi harus dimakmurkan yang menuntut keberadaan manusia sampai akhir umur dunia. Hal ini tentu saja mengharuskan berketurunan dan menjaga spesies manusia sehingga penciptaan bumi dan isinya tidak menjadi sia-sia. Simpulan dari ini, pemakmuran dunia bergantung pada keberadaan manusia. Sedangkan keberadaan manusia bergantung pada perkawinan.” (Syekh Ali Ahmad Al-Jarjawi, Hikmatut Tasyri‘ wa Falsafatuhu, [Beirut, Darul Fikr: tanpa tahun], juz II, halaman 7).



Dari tanggung jawab tersebut, manusia berkepentingan untuk melestarikan spesiesnya dari kepunahan. Untuk melestarikan spesies itu, manusia berkepentingan terhadap keturunan. Untuk berketurunan, manusia berkepentingan pada hubungan seksual atau hubungan biologis. Untuk berhubungan seksual, manusia berkepentingan terhadap ikatan pernikahan yang direstui oleh syariat Islam.

 


Pembaca NU Online Banten yang dimuliakan Allah. Ada pertanyaan, bolehkah seorang wali mujbir (mempunyai hak paksa) memaksa anak gadisnya yang sudah dewasa untuk dikawinkan dengan pemuda yang kufu (sepadan), tetapi ia menolak. Bahkan menyatakan, lebih baik mati, daripada dikawinkan dengan dia, sedang ia sendiri mempunyai pilihan pemuda lain yang kufu pula?

 


Muktamar Nahdlatul Ulama ke-5 di Pekalongan, Jawa Tengah, yang dilaksanakan 13 Rabius Tsani 1349/21 Oktober 19230 seperti dikutip dari Juz Awal Ahkamul Fuqaha fi Muqarrarat Mu’tamirat Nahdlatil Ulama, Kumpulan Masalah Diniyah dalam Muktamar Nahdlatul Ulama PBNU, Penerbit CV Toha Putra Semarang, menjawab sebagai berikut:



Boleh, tetapi makruh, asal tidak ada kemungkinan akan timbul bahaya.

Rujukan: Kitab Bujairimy alal Iqna, Juz III Bab Nikah

 


نعم يجوز للولي المجبر اجبارها بتجويزها بمن كرهته لكنه مكروه ما لم يظن فيه ضررا وفى الجزء الثالث من البجيرمى على الاقناع فى كتاب النكاح مانصه: اما مجرد كراهتها من غير ضرر فلايؤثر لكن يكره لوليها ان يزوجهابه كما نص عليه فى الام ويسن استئذان البكر اذا كانت مكلفة لحديث مسلم. والبكر يستأمرها ابوها وهو محمول على الندب تطييبا لخطرها اه.


Wallahu a’lam bisshawab


Keislaman Terbaru