PUASA bukanlah beban. Bukan pula keterpaksaan. Puasa adalah momen kebahagiaan. Puasa adalah perayaan rasa syukur. Dengan pandai bersyukur, hidup kita akan bahagia. Hidup kita akan penuh makna. Penuh warna. Terkenang. Inilah salah satu tujuan kita hidup. Merasakan kebahagiaan. Meraih kegembiraan. Riang gembira.
Jika puasa kita lakukan dengan penuh rasa syukur, maka akan terasa ringan. Karena, di balik puasa, setidaknya terdapat 3 perayaan rasa syukur. Tiga syukur inilah tips untuk berpuasa dengan penuh kebahagiaan.
Pertama, syukur atas terkabulnya doa-doa kita. Selama dua bulan terakhir, yakni sejak memasuki bulan Rajab, kita senantiasa berdoa. Memohon kepada Allah ta’ala supaya diberikan keberkahan di Bulan Rajab dan Sya’ban. Ditambah lagi, kita memohon untuk diberi kesempatan bertemu Bulan Ramadhan. Di masjid dan mushala di negeri kita Indonesia, sering doa ini dikumandangkan. Dipanjatkan dengan penuh harap. Tidak lain, dulu, Baginda Nabi Muhammad saw juga memanjatkan doa yang sama.
Dalam riwayat Imam Ahmad bin Hanbal (164-241 H) dan Imam al-Nasa’i (215-303 H), terdapat hadits yang bersumber dari Sayyidina Anas bin Malik (93 H), ketika masuk Bulan Rajab, Baginda Nabi berdoa:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
Artinya: “Ya Allah berkahilah kami di Bulan Rajab dan Sya’ban. Serta sampaikan kami bertemu bulan Ramadhan.”
Kedua, puasa adalah perayaan syukur atas nikmat diberi kesempatan berislam. Di mana salah satu tiang penyangganya adalah puasa.
Sebagaimana sudah kita ketahui sejak usia dini, rukun Islam ada 5; syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji. Dengan puasa, kita telah berusaha mengokohkan keberislaman kita. Membangun dan meneguhkan keberislaman kita masing-masing.
Dalam hadits shahih riwayat Imam Muslim (206-261 H), diceritakan dalam satu kesempatan Malaikat Jibril mendatangi Baginda Nabi. Menyamar sebagai seorang laki-laki dengan baju putih dan berambut hitam. Tanpa dikenal sebelumnya oleh para sahabat, laki-laki ini langsung mendekat kepada Baginda Nabi. Meminta keterangan Baginda Nabi apa itu Islam, iman, ihsan, dan tanda-tanda hari kiamat.
Saat menjelaskan apa itu Islam, Baginda Nabi menjelaskan bahwa islam adalah ketika engkau mengucapkan syahadat, mendirikan shalat, menjalankan puasa, membayar zakat, dan menunaikan ibadah haji. Singkat kata, puasa adalah salah satu tiang keberislaman kita.
عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال بينما نحن جلوس عند رسول الله صلى الله عليه وسلم ذات يوم إذ طلع علينا رجل شديد بياض الثياب شديد سواد الشعر لا يرى عليه أثر السفر ولا يعرفه منا أحد حتى جلس إلى النبي صلى الله عليه وسلم فأسند ركبته إلى ركبتيه ووضع كفيه على فخذيه وقال يا محمد أخبرني عن الإسلام فقال له الإسلام أن تشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله وتقيم الصلاة وتؤتي الزكاة وتصوم رمضان وتحج البيت إن استطعت إليه سبيلا (رواه مسلم)
Artinya: “Diriwayatkan dari Umar ibn al-Khattab ra, ia berkata: ketika kami sedang duduk-duduk di dekat Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- pada suatu hari, tiba-tiba muncul di hadapan kami seorang laki-laki dengan pakaian yang sangat putih, dan rambut yang sangat hitam. Tak tampak padanya bekas menempuh perjalanan dan tak seorangpun di antara kami yang mengenalnya, hingga ia duduk di hadapan Nabi saw. Ia menyandarkan lututnya ke lutut Nabi dan meletakkan tangannya di atas pahanya, dan berkata: “Hai Muhammad. Beritahukan kepadaku apa itu Islam!”. Rasulullah Saw berkata: “Islam adalah anda bersaksi tiada Tuhan yang layak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, tegakkan shalat, bayarkan zakat, puasakan Ramadhan, laksanakan haji jika anda mampu.” (HR Muslim)
Ketiga, puasa adalah perayaan syukur atas nikmat kesehatan. Hingga saat ini, kita masih diberi kesehatan. Kuat menjalankan ibadah puasa. Tidak sedikit, saudara-saudara kita di saat yang sama sedang berjuang dirawat di rumah sakit. Dengan puasa, hakikatnya kita telah melakukan detoksi tubuh. Mengeluarkan dan mematikan virus-virus jahat dalam tubuh kita.
Ahli medis dan dokter bersepakat bahwa puasa memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Di antaranya adalah menurunkan tekanan darah, mengurangi kolestrol, mengontrol kenormalan kadar gula, menjaga kesehatan jantung, dan masih banyak lagi. Secara psikis, puasa juga diakui dapat mengurangi stress, meningkatkan hormon endorfin kebahagiaan, menurunkan tingkat amarah, dan lain sebagainya.
Singkat kata, dengan 3 ungkapan rasa syukur di balik ibadah puasa ini, kita akan semangat menjalankannya. Antusias menunaikannya. Bahagia dan ceria berpuasa di bulan Ramadhan ini. Semoga.
Muhammad Hanifuddin, Ketua LBM PCNU Tangsel dan Dosen Ma’had Darus-Sunnah Jakarta