• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Senin, 29 April 2024

Nasional

Ketum PP Fatayat NU Ingatkan Bahaya Stunting

Ketum PP Fatayat NU Ingatkan Bahaya Stunting
Ketua Umum Pimpinan Pusat Margaret Aliyatul Maimunah. (Tangkapan layar siaran daring Bimas Kemenag RI).
Ketua Umum Pimpinan Pusat Margaret Aliyatul Maimunah. (Tangkapan layar siaran daring Bimas Kemenag RI).

Tangerang Selatan, NU Online Banten

Beberapa tahun terakhir kasus stunting ramai dibicarakan. Stunting merupakan sebuah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak yang diakibatkan kekurangan gizi yang kronis karena infeksi yang terus berulang. Hal tersebut, biasanya ditandai dengan kondisi anak dengan berat dan tinggi yang tidak sesuai di bawah standar.

 

Demikian disampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Fatayat NU Hj Margaret Aliyatul Maimunah saat menjadi narasumber dalam acara Ngobrol Sejam Soal Islam (OBSESI) Episode 199 bertajuk 'Stunting: Penyebab, Dampak, dan Upaya Pencegahannya'. 

 

Acara ini digelar oleh Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama RI secara daring via YouTube @BimasIslamTV dan siaran Facebook Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam, pada Jum’at (10/02/2023).

 

“Saat ini, stunting ramai sekali dibicarakan oleh kalangan ibu-ibu. Isu itu mungkin mencuat ketika di masyarakat biasanya ketika melihat anak badannya pendek ‘...wah stunting nih stunting nih!’ Kalau stunting biasanya pendek. Tapi kalau pendek belum tentu stunting,” katanya.

 

Ia mengatakan, kasus stunting ini sangat ramai dibicarakan. Karena stunting memiliki dampak panjang yang akan mengganggu kualitas anak. Sebagai generasi penerus bangsa, jika banyak anak mengalami stunting tentunya bisa mempengaruhi kualitas generasi bangsa.

 

"Inilah kemudian mengapa kita perlu memperhatikan secara penuh terhadap kasus stunting ini,” terangnya.

 

Pada tahun 2022, Margaret menjelaskan, kasus stunting di Indonesia angkanya mencapai 21,6%, turun 2,8% dari tahun sebelumnya. Kendati begitu, terdapat masalah di beberapa provinsi. Masalah yang angkanya di atas angka nasional, yakni di Nusa Tenggara Timur mencapai 35,3%, Sulawesi Barat 35%, Papua Barat 34%, Bali 32%, dan masih banyak provinsi lainnya, yang angka prevalensinya itu di atas angka nasional yakni 21,6%. 

 

“Ini yang kemudian sangat berbahaya, karena kalau sampai seperti ini sangat terbuka lost generation. Karena generasi-generasi kita nanti akhirnya tidak berkualitas,” ucapnya.

 

Ia menjelaskan, penyebab stunting banyak sekali dan tidak bisa dilihat dari satu sisi. Masa rawannya stunting itu dimulai saat kehamilan sampai pada usia balita 2 tahun. Kemudian, jika penyebabnya terkait kurangnya asupan gizi, tentu yang dibutuhkan ialah pemenuhan gizi yang seimbang pada saat masa kehamilan sampai umur balita.

 

Di sisi lain, menurut Margaret, ada beberapa yang menjadi penyebab stunting. Pertama, orang tua terutama ibu tidak mengerti atau tidak memiliki pengetahuan terkait asupan gizi yang dibutuhkan. Kedua, pola asuh yang salah. Ketiga tidak memberikan ASI yang eksklusif.

 

Lalu, kurangnya mendapat akses fasilitas layanan kesehatan. Karena kondisi sanitasi yang buruk. Hal tersebut berpengaruh bisa dari lingkungan termasuk asap rokok. Dan juga infeksi yang keseringan, seperti diare, cacingan, saluran pernapasan terganggu, dan lainnya.

 

“Selain itu, ada faktor kemiskinan. Mungkin orang tua tahu si anak harus diberi gizi yang seimbang. Tetapi karena kondisi kemiskinan itu yang juga menjadi pemicunya.” tandasnya.

 

Pada kesempatan itu, PPNPN Ditjen Bimas Islam Kemenag RI Nuria Isna Asyar mengatakan, seperti data yang diperoleh. Bahwa Presiden Jokowi mengamanahkan pada tiga leading sector untuk penanganan stunting. Diantaranya Kementerian Kesehatan, Kementerian Agama, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk menurunkan angka stunting di tahun 2024 hingga 14%. 

 

“Artinya kita punya pekerjaan rumah yang lumayan banyak sekitar 8% dalam jangka waktu setahun,” tukasnya.

 

Pewarta: M. Najib Tsauri


Nasional Terbaru