• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Jumat, 29 Maret 2024

Nasional

Stafsus Kemenag dan Dubes RI untuk Havana Sampaikan Peran Strategis Indonesia

Stafsus Kemenag dan Dubes RI untuk Havana Sampaikan Peran Strategis Indonesia
Dubes RI untuk Havana yang menyampaikan sambutan di acara AWIC 2022. (Foto: Istimewa)
Dubes RI untuk Havana yang menyampaikan sambutan di acara AWIC 2022. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online Banten
Staf Khusus Kementerian Agama RI Abdul Rochman, menyampaikan moderasi beragama bisa menjadi sarana mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang harmonis, damai, dan toleran serta menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju.

 

“Moderasi beragama pada hakikatnya ber-Indonesia, dan ber-Indonesia pada hakikatnya moderasi beragama,” kata Abdul Rochman pada saat sambutan di Acara ASEAN Women Interfaith Camp (AWIC) 2022 yang dihelat oleh PB KOPRI PMII secara hybrid, di Hotel Acacia, pada Senin (22/8/2022).

 

Abdul Rochman mengatakan, definisi moderasi beragama jika dipahami bersama adalah sebuah cara pandang dan sikap dalam bermasyarakat. Mengejewantahkan esensi ajaran agama yang mengajarkan perlindungan dalam menjaga martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan. 

 

“Moderasi beragama berlandaskan prinsip keadilan, berimbang dan menghormati kosntitusi sebagai kesepakatan bersama,” kata pria yang akrab disapa Cak Adung.

 

Cak Adung mengungkap, moderasi beragama seringkali disalahpahami sebagai memoderasikan agama. Hal itu merupakan pandangan yang keliru. Karena agama pada hakikatnya memiliki prinsip moderat atau seimbang (Wasathiyah).

 

“Sesungguhnya moderasi beragama itu, sebuah cara pandang dan sikap kita dalam melindungi dan menjaga martabat kehormatan manusia. Beragama dengan prinsip Wasathiyah,” tandas Cak Adung.

 

Kendati demikian, Duta Besar Republik Indonesia untuk Havana Nana Yuliana menyampaikan, diplomasi Indonesia fokus pada diplomasi perdamaian. Ia mengungkap, terdapat empat jenis kehidupan dalam kedamaian (Living in Peace), yakni secara individual, negara, regional (ASEAN), dan global. 

 

“Untuk menciptakan perdamaian diperlukan tiga hal, pertama saling menghargai (mutual respect), kedua memahami perbedaan (understanding differences), dan ketiga komitmen yang tinggi yang menciptakan dan memelihara perdamaian itu sendiri (strong commitment to make and keep the peace),” kata perempuan pertama yang menjadi Dubes di Kuba.

 

Pada tataran negara, kata Nana Yuliana, Indonesia telah memiliki Pancasila sebagai perekat bangsa yang dapat menciptakan perdamaian. Dari sisi historis, Indonesia bahkan telah berupaya untuk menciptakan perdamaian sejak tahun 1928 melalui Sumpah Pemuda. Komitmen tersebut menyatukan perbedaan Indonesia dari mulai suku, bahasa, pandangan politik, dan sebagainya.

 

Sementara, pada tingkat regional dan global, Indonesia selalu memainkan perannya untuk berkontribusi menciptakan perdamaian dunia melalui ASEAN. 

 

“Diplomasi Indonesia juga telah berkontribusi dalam penciptaan perdamaian atas konflik di Kamboja dan Filipina. Selain forum-forum internasional, Indonesia juga mengirim banyak Women Peacekeepers ke negara konflik,” imbuh Nana Yuliana.


Nasional Terbaru