• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Kamis, 16 Mei 2024

Opini

Musabaqah Syafaat Al-Qur’an

Musabaqah Syafaat Al-Qur’an
Ilustrasi. (Foto: Freepik)
Ilustrasi. (Foto: Freepik)

Membaca ayat-ayat Al-Qur’an berbeda dari membaca bacaan-bacaan lain, karena Al-Qur’an adalah Firman Allah yang bersifat mukjizat dan diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dengan perantara Malaikat Jibril ‘alaihissalam. Sangat jelas letak kekhasan dari Kalam Suci tersebut, bahkan membacanya pun dinilai sebagai ibadah penuh pahala terutama pada bulan suci Ramadhan.


Umat Islam harus mencintai Al-Qur’an, baik sebagai mukjizat bagi kerasulan Baginda Rasul Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagai pelajaran dan penerangan, sebagai petunjuk bagi manusia, dan sebagai sumber ilmu pengetahuan. Kecintaan pada Al-Qur’an tidak akan pernah tumbuh jika kita tidak mengenalnya. Kita tidak akan mengenalnya, jika kita tidak pernah membacanya dengan mengerti kandungan maknanya. 


Syekhul Islam Al-Imam al-Allamah Imam Muhyiddin Abu Zakaria Yahya Bin Syaraf Annawawi Ad-Dimasyqi menerangkan tentang keutamaan membaca Al-Qur’an dalam kitab kumpulan haditsnya, “Riyadhush Shalihin” halaman 430-433. Pertama, Al-Qur’an yang kita baca nantinya akan memberikan syafaat (pertolongan) di Hari Kiamat (HR Imam Muslim). Kedua, mereka yang belajar Al-Qur’an—tentu saja melalui proses membaca dan memahami—dan mengajarkannya dilabeli sebagai sebaik manusia (HR Imam Bukhari). Ketiga, orang yang ahli (mahir) dalam membaca Al-Qur’an akan bersama para malaikat pencatat yang mulia lagi benar. Dan, orang yang terbata-bata membaca Al-Qur’an serta bersusah payah (mempelajarinya), maka baginya pahala dua kali (HR Muttafaq Alaihi). Keempat, perumpaman orang mukmin yang membaca Al-Qur’an adalah seperti jeruk manis yang baunya harum dan rasanya manis. Perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an adalah seperti kurma, tidak berbau harum tetapi rasanya manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Qur’an adalah seperti bunga, baunya harum tetapi rasanya pahit. Dan, perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an seumpama buah pare, tidak berbau harum dan rasanya pahit (HR Muttafaq Alaih). Kelima, barang siapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah maka baginya satu kebaikan. Dan, satu kebaikan akan dilipatgandakan dengan sepuluh kali lipat. Saya tidak mengatakan “Alif lam mim” itu satu huruf, tetapi, “Alif” itu satu huruf, “Lam” itu satu huruf, dan “Mim” itu satu huruf,” (HR At-Tirmidzi)


Kelima keutamaan tersebut, adalah beberapa dari sekian banyak keutamaan yang disandang Al-Qur’an sebagai Kitab Suci umat Islam. Sungguh dahsyat anugerah yang telah diberikan oleh Allah subhanahu wata’ala melalui Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bagi umat Islam. Hal yang perlu digarisbawahi adalah bahwa dengan membaca Al-Qur’an saja sebegitu istimewanya; pahala, derajat, bahkan pertolongan akan didapatkan oleh para pembacanya, apalagi jika kita mampu membaca, merenungi maknanya, dan mengaplikasikan kandungan isi Al-Qur’an dalam kehidupan kita—membumikan Al-Qur’an. Mereka yang terbata-bata dalam mengeja dan memahami siratan serta suratan Firman Allah subhanahu wata’ala, adalah golongan orang-orang hebat di abad modern. Semoga hati kita selalu direkatkan untuk tetap mencintai Al-Qur’an. Jika bukan umat Islam yang mencintai Ayat-Ayat Suci tersebut, lalu siapa?


Wallahu a’lamu bisshawab


K Hadi Susiono Panduk, Kolumnis Muslim; Rais Syuriyah Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama Bayah, Pengurus Pergunu Kabupaten Lebak; Pengurus MUI Kabupaten Lebak; Alumnus Pondok Pesantren Al-Khoirot & Sabilillah dan Madrasah Aliyah Nahdlatul Muslimin Kudus; serta Universitas Diponegoro Semarang


Opini Terbaru