• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Rabu, 17 April 2024

Syariah

Dalil Penggunaan Tasbih Pada Saat Berdzikir

Dalil Penggunaan Tasbih Pada Saat Berdzikir
Ilustrasi (Foto: NU Online)
Ilustrasi (Foto: NU Online)

Tasbih yang dalam Bahasa arabnya disebut juga dengan kata “subhah” , adalah butiran-butiran yang di satukan dan dirangkai untuk menghitung banyaknya jumlah dzikir yang diucapkan ole seseorang,baik zikir dengan lidah maupun dengan hati.

 

Islam adalah suatu agama yang memerintahkan para penganutnya untuk selalu senantiasa berdzikir kepada Allah SWT. Sebagai bukti peribadatan guna mendekatkan diri kepada Allah SWT . Di dalam Al-Qur’an surat Al Ahzab ayat 41 Allah Swt Berfirman :

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا

 

Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.

 

Begitu juga dengan Allah SWT berfirman:

 

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

 

''(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka''.


Ayat diatas menjelaskan bahwa berdzikir itu merupakan salah satu ibadah yang mudah dilakukan dalam segala kondisi baik ketika sedang duduk atau pun ketika berbaring . Adapun Fadilah yang kita dapat dari berdzikir sebagaimana di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW Bersabda :

 

مَنْ سَبَّحَ اللَّهَ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَحَمِدَ اللَّهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَكَبَّرَ اللَّهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ فَتْلِكَ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ وَقَالَ تَمَامَ الْمِائَةِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ غُفِرَتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ

 

Barangsiapa yang mengucapkan “subhaanallah” setiap selesai shalat 33 kali, “alhamdulillah” 33 kali dan “Allahu Akbar” 33 kali; yang demikian berjumlah 99 dan menggenapkannya menjadi seratus dengan “La ilaha illallahu wahdahu la syarikalah, la hul mulku walahul hamdu wa huwa ‘la kulli syai-in qadir” akan diampuni kesalahannya, sekalipun seperti buih lautan” [HR Muslim dari Abu Hurairah].

 

Untuk Menghitung jumlah zikir,Islam tidak menetapkan cara tertentu. Hal itu diserahkan ke masing-masing orang yang berzikir. Cara apa saja tidak dilarang asalkan tidak bertentangan dengan kitabullah dan Sunnah Rasulullah SAW

 

Abu dawud,Tirmidzi,An-Nasa’I dan Al-Hakim meriwayatkan sebuah hadits dari Ibnu Umar R.A yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW menghitung zikirnya dengan menggunakan jari-jarinya. Para imam ahli hadits juga meriwayatkan sebuah hadits dari Bisrah,seorang wanita dari kaum muhajirin yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda : 

 

عليكم بالتسبيح والتهليل والتقديس ولا تغفلن فتنسين التوحيد و اعقدن بالأنامل فانه مسئولات مستنطقات
 

 

"Hendaklah kalian senantiasa berzikir, bertahlil dan bertaqdis (berzikir dengan menyebut kesucian Allah). Janganlah sampai kalian lalai karena nanti bisa melupakan tauhid. Hitunglah zikir kalian dengan jari karena kelak jari-jari itu akan ditanya dan akan diminta berbicara".

 

Akan tetapi perintah menghitung dengan jari tidak berarti melarang orang menghitung zikir dengan cara lain. Turmuzi, Al Hakim dan Thabrani meriwayatkan sebuah hadits dari Shafiyah yang mengatakan bahwa pada suatu saat Rasulullah Saw datang ke rumahnya. Beliau melihat 4000 butir biji korma yang biasa digunakan oleh Shafiyah untuk menghitung zikir. Nabi Saw. bertanya: "Hai binti Huyay, apakah itu?". Shafiyah menjawab: Itulah alat yang aku pakai menghitung zikir". Nabi Saw. bersabda "Sesungguhnya engkau dapat berzikir lebih banyak dari itu!". Shafiyah berkata: "Ya Rasulullah, ajarilah aku!". Rasulullah Saw. kemudian berkata: "Sebutlah Subhaanallah adada khalqihi..."

 

Abu Daud dan Turmuzi meriwayatkan sebuah hadits yang dinilai sebagai hadits hasan oleh An-Nasa'i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Al-Hakim yaitu sebuah hadits yang berasal dari Sa'ad bin Abi Waqqash r.a yang mengatakan bahwa pada suatu hari

 

Rasulullah Saw singgah di rumah seorang wanita. Beliau melihat banyak batu kenikil yang biasa dipergunakan oleh wanita itu untuk menghitung zikir. Beliau bertanya: "Maukah engkau kuberitahu cara yang lebih mudah dari itu dan lebih afdhal ? Sebut sajalah kalimat-kalimat berikut 

 

سبحان الله عدد ماخلق في السماء، سبحان الله عدد ما خلق في الأرض ، سبحان الله عدد مابين ذالك ، الله اكبر مثل ذالك ، والحمد
الله مثل ذالك ولا اله الا الله مثل ذالك ولا قوة الا بالله مثل ذالك

 

"Maha Suci Allah sebanyak maklhlukNya yang di langit. Maha Suci Allah sebanyak makhlukNya yang di bumi. Maha Suci Allah stanyak ciptaanNya yang ada diantara yang demikian itu. Allahu Akbar, seperti itu. Allah Mala Besar, seperti itu. Alhamdulillah, seperti itu. Laa ilaaha illallah, seperti itu dan laa quwwata illa bHillah, seperti itu juga".

 

Dalam soal zikir, yang paling penting untuk diperhatikan adalah kemantapan dan kekhusyuan di dalam hati karena yang dipandang oleh Allah adalah hati orang yang berdzikir, bukan penampilan dan benda yang dipakai berzikir 

 

Adin Tamam Fauzi, Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Ciputat dan Aktifis PMII


Editor:

Syariah Terbaru